BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN SURABAYA
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Sosialiasi Pengendalian Serangan Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros) Di Kabupaten Tulungagung

Diposting     Jumat, 26 April 2024 02:04 pm    Oleh    Admin Balai Surabaya



 

BBPPTP Surabaya melaksanakan sosilisasi kegiatan pengendalian kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros) di Balai Desa Kalibatur, Kecamatan Kalidawir, Kabupaten Tulungangung pada Selasa (23/04/24). Sosialisasi dihadiri oleh  dua kelompok tani Ngudi Subur dan Tani Subur dari Desa Kalibatur serta stakeholder terkait antara lain perwakilan dari Dinas Pertanian Kabupaten Tulungagung, Camat Kalidawir, Kepolisian Sektor Kalidawir, Komando Rayon Militer Kecamatan Kalidawir.  Total luas wilayah pengendalian kumbang tanduk di Desa Kalibatur sebesar 125 Ha.

Kelapa merupakan salah satu komoditas perkebunan yang menjadi sumber penghasilan masyarakat di pesisir selatan pulau jawa termasuk Kabupaten Tulungagung. Pada 2021 tanaman kelapa di Kabupaten Tulungagung memiliki luas areal sebesar 12.106 Ha (Statistik Perkebunan Unggulan Nasional 2021-2023 – Direktorat Jenderal Perkebunan).

Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) menjadi kendala yang sering dialami petani dalam budidaya tanaman kelapa. Salah satu OPT penting pada tanaman kelapa adalah kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros). Serangan kumbang tanduk mempengaruhi produktivitas tanaman kelapa karena imago kumbang tanduk menyerang pelepah daun kelapa muda yang menyebabkan pelepah daun kelapa patah atau daun kelapa menjadi terpotong membentuk seperti kipas. Pelepah daun kelapa yang tidak sempurna sehingga menyebabkan proses fotosintesis menjadi tidak optimal, hal ini berpengaruh secara langsung terhadap produksi tanaman kelapa.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2019 tentang Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan pada Pasal 48 mengamanatkan bahwa perlindungan pertanian dilaksanakan dengan sistem pengelolaan hama terpadu serta penanganan dampak perubahan iklim dan pelaksanaannya menjadi tanggungjawab pemerintah pusat, pemerintah daerah, petani, pelaku usaha dan masyarakat.

Teknologi pengendalian kumbang tanduk yang dapat diterapkan adalah pemasangan perangkap feromon dengan tujuan untuk menangkap imago kumbang tanduk dan selanjutnya dimusnahkan. Pembuatan perangkap perkembangbiakan dengan pengaplikasian Metarhizium sp.

Selain menerapkan teknologi tersebut, petani dapat melaksanakan pengendalian kumbang tanduk dengan cara lain yaitu cara pertama dengan melakukan sanitasi kebun dari sisa-sisa tanaman seperti sisa kayu tebangan tanaman kelapa atau tanaman yang lain, tunggul tanaman, pelepah daun kelapa yang jatuh ke tanah dan bahan organik  lain. Cara kedua dengan memfermentasi kotoran ternak dan ditambahkan  Metarhizium sp. agar tidak menjadi tempat berkembangnya larva kumbang tanduk.

Sosialisasi ini diharapkan dapat membantu pekebun dalam melakukan pengendalian kumbang tanduk secara terpadu pada pusat-pusat serangan, agar intensitas serangan kumbang tanduk menurun.


Bagikan Artikel Ini  
[Sassy_Social_Share style="display:inline-block; margin-left:140px;"]

Strategi Adaptasi dan Mitigasi Dampak El Nino dan La Nina Sektor Pertanian di Indonesia

Diposting     Sabtu, 20 April 2024 01:04 pm    Oleh    Admin Balai Surabaya



 

Oleh : Effendi Wibowo

Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Ahli Muda

 

Pada tahun-tahun sebelumnya, Indonesia telah mengalami musim kemarau yang parah akibat dari fenomena El Nino. Namun, kabar baiknya, Indonesia saat ini sudah mulai memasuki musim hujan yang cukup berlimpah. Namun, di balik optimisme akan hujan yang datang, ada kabar buruk terkait dengan adanya fenomena La Nina yang diperkirakan akan terjadi pada tahun 2024 ini.

El Nino dan La Nina adalah dua fenomena cuaca ekstrem yang memiliki dampak signifikan pada sektor pertanian dan perkebunan di Indonesia. Meskipun Indonesia sedang mengalami musim hujan yang cukup deras saat ini, La Nina yang akan datang juga tidak bisa dianggap enteng.

El Nino, yang biasanya ditandai dengan kekeringan parah, telah menyebabkan gagal panen dan krisis pangan di beberapa daerah di Indonesia. Namun, La Nina, saudara perempuan dari El Nino, membawa dampak yang berbeda. Meskipun La Nina membawa hujan yang berlimpah, dampaknya masih perlu dipertimbangkan dengan hati-hati.

 

El Nino: Kekeringan Parah dan Dampaknya

El Nino adalah sebuah fenomena cuaca yang terjadi ketika suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian timur dan tengah menjadi lebih hangat dari biasanya. Dampak dari El Nino bisa sangat merugikan, terutama bagi negara-negara yang bergantung pada pertanian sebagai sumber penghidupan utama.

Indonesia, dengan sebagian besar wilayahnya yang subur dan subur, sering kali menjadi korban utama dari fenomena El Nino. Pada tahun-tahun ketika El Nino melanda, Indonesia mengalami kekeringan parah yang menyebabkan gagal panen dan krisis pangan.

Selama musim kemarau yang panjang, sumber daya air menjadi langka, tanaman mati karena kekurangan air, dan hewan ternak kesulitan mendapatkan pakan yang cukup. Akibatnya, petani dan peternak sering kali mengalami kerugian finansial yang besar.

Selain itu, El Nino juga dapat meningkatkan risiko kebakaran hutan dan lahan. Tanaman yang kering dan hutan yang rentan terhadap kebakaran menjadi sasaran empuk bagi api. Kebakaran hutan yang terjadi selama periode El Nino dapat menyebabkan kerugian lingkungan yang serius dan mengancam kehidupan satwa liar.

 

La Nina: Hujan Berlimpah dan Dampaknya

La Nina adalah kebalikan dari El Nino, di mana suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian timur dan tengah menjadi lebih dingin dari biasanya. Dampak dari La Nina sering kali berbeda dengan El Nino, tetapi tidak selalu lebih baik.

Di Indonesia, La Nina sering kali dibayangkan sebagai pembawa hujan berlimpah yang dapat mengatasi kekeringan yang diakibatkan oleh El Nino. Namun, hujan yang berlebihan juga dapat menyebabkan banjir dan tanah longsor, terutama di daerah-daerah yang topografinya cenderung datar.

Banjir dan tanah longsor yang disebabkan oleh hujan lebat dapat menyebabkan kerusakan infrastruktur, kehilangan nyawa, dan kerugian materi yang besar. Tanaman yang terendam air juga bisa mati karena kelebihan air, mengakibatkan gagal panen yang sama parahnya dengan kekeringan.

Selain itu, La Nina juga dapat mempengaruhi musim tanam dan panen, dengan hujan yang berlimpah kadang-kadang menyebabkan penundaan dalam penanaman atau panen. Hal ini dapat mengganggu siklus pertanian dan mengakibatkan ketidakpastian bagi petani dan peternak.

 

Dampak Pada Sektor Pertanian dan Perkebunan

Dampak dari perubahan cuaca ekstrem yang disebabkan oleh El Nino dan La Nina sangat dirasakan dalam sektor pertanian dan perkebunan di Indonesia. Para petani dan peternak sering kali menjadi korban utama dari fluktuasi cuaca yang tidak terduga ini, dengan dampak yang mencakup berbagai aspek, mulai dari penurunan hasil panen hingga kerugian finansial yang signifikan.

Pada saat musim kemarau yang panjang, ketika El Nino membuat suhu meningkat dan hujan jarang turun, pertanian dan perkebunan menjadi terganggu. Tanah menjadi kering dan tidak subur, menyebabkan tanaman tidak tumbuh dengan baik atau bahkan mati. Hasil panen menurun secara drastis, bahkan gagal sama sekali di beberapa daerah. Hal ini mengakibatkan kelangkaan pangan dan kenaikan harga bahan makanan, yang pada gilirannya memengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat. Petani dan peternak juga menghadapi kesulitan mendapatkan air untuk kebutuhan irigasi dan pemberian minum hewan ternak, karena sumber daya air menjadi langka selama musim kemarau yang panjang.

Namun, ketika musim hujan tiba, yang ditandai dengan kedatangan La Nina, situasinya tidak selalu menjadi lebih baik. Meskipun hujan berlimpah, namun banjir dan tanah longsor dapat menyebabkan kerusakan infrastruktur yang besar, serta kehilangan nyawa. Tanaman yang terendam air juga dapat mati atau terinfeksi penyakit, mengakibatkan penurunan hasil panen dan kerugian finansial bagi petani. Sebagian besar petani tidak memiliki perlengkapan atau infrastruktur yang memadai untuk menghadapi banjir, sehingga kerugian yang diderita bisa sangat besar.

Selain itu, fluktuasi cuaca yang ekstrem juga dapat mengganggu siklus pertanian dan perkebunan. Penundaan dalam penanaman atau panen sering terjadi akibat hujan yang berlebihan atau kekeringan yang berkepanjangan. Hal ini menyebabkan ketidakpastian dalam produksi dan ketersediaan bahan pangan, yang pada akhirnya berdampak pada kesejahteraan petani dan peternak.

 

Upaya Adaptasi dan Mitigasi

Untuk mengatasi dampak dari perubahan cuaca ekstrem, diperlukan upaya adaptasi dan mitigasi yang efektif. Pemerintah perlu meningkatkan infrastruktur irigasi dan pengelolaan sumber daya air untuk membantu petani menghadapi kekeringan dan banjir. Program-program bantuan dan asuransi pertanian juga dapat membantu melindungi petani dari kerugian finansial akibat kerusakan tanaman atau hewan ternak akibat cuaca ekstrem.

Selain itu, pendidikan dan pelatihan tentang praktik pertanian dan perkebunan yang tahan cuaca perlu ditingkatkan, sehingga petani dapat lebih siap menghadapi perubahan cuaca yang tidak terduga. Salah satunya yang dilakukan Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya, dengan menggelar Sosialisasi Mitigasi Dampak Perubahan Iklim Pada Perkebunan yang di lakukan di Kabupaten Kediri Tulungagung beberapa waktu lalu (26/03). Kolaborasi antara pemerintah, lembaga riset, TNI, Polri dan organisasi masyarakat juga penting untuk meningkatkan pemahaman tentang dampak dari perubahan cuaca ekstrem dan mengembangkan solusi yang sesuai.

Dengan upaya yang tepat dan kerja sama yang kuat, Indonesia dapat mengurangi kerentanan sektor pertanian dan perkebunan terhadap perubahan cuaca ekstrem, dan melindungi mata pencaharian para petani, pekebun dan peternak dari ancaman yang ditimbulkan oleh El Nino dan La Nina.


Bagikan Artikel Ini  
[Sassy_Social_Share style="display:inline-block; margin-left:140px;"]

BBPPTP Surabaya Terima Kunjungan Kerja dari Komisi II DPRD Kabupaten Wajo

Diposting     Kamis, 18 April 2024 06:04 pm    Oleh    Admin Balai Surabaya



Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya menerima kunjungan kerja dari Komisi II Bidang Ekonomi dan Keuangan DPRD Kabupaten Wajo serta Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Wajo pada Kamis (18/04/24).

Kunjungan kerja yang dipimpin oleh Sudirman Meru, Ketua Komisi II DPRD Bidang Ekonomi dan Keuangan Kabupaten Wajo dilakukan dalam rangka konsultasi dan koordinasi untuk mendapatkan informasi dan petunjuk teknis terkait dengan visitasi nurseri perkebunan dan penanganan organisme pengganggu tumbuhan pada tanaman perkebunan.

“Kami berharap bisa mendapatkan gambaran dan pendampingan teknis dari BBPPTP Surabaya tentang nurseri perkebunan. Pemerintah Kabupaten Wajo memiliki aset lahan, yang rencananya akan dibangun untuk kepentingan sektor pertanian khususnya perkebunan dalam rangka mewujudkan program ketahanan pangan di Kabupaten Wajo”, kata Sudirman.

Secara terpisah Andi Faisal, Kepala BBPPTP Surabaya mengapresiasi dan menyambut baik kunjungan tersebut. Ia berharap BBPPTP Surabaya dapat memberi kontribusi nyata terhadap pembangunan perkebunan di Kabupaten Wajo.

Selama kunjungan, rombongan berkesempatan untuk mengunjungi salah satu nurseri yang dikelola oleh BBPPTP Surabaya, yaitu nurseri di Kabupaten Kediri. Nurseri tersebut memiliki dua area persemaian dan pembesaran seluas 800m2 dengan kapasitas produksi 10-15 ribu butir kelapa serta dilengkapi dengan sarana dan prasarana lain antara lain kantor, sistem pengairan, gudang dan juga pagar. Saat ini, nurseri Kabupaten Kediri memproduksi benih kelapa jenis kelapa genjah kuning bali dan kelapa dalam bali.


Bagikan Artikel Ini  
[Sassy_Social_Share style="display:inline-block; margin-left:140px;"]

Mentan Cek Pompanisasi di Merauke, Targetkan Pertanian Modern

Diposting        Oleh    Admin Balai Surabaya



 

 

 

Rilis Kementan, 17 April 2024
Nomor : B-243/HM.160/A.7/04/2024

 

MERAUKE – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menargetkan Kabupaten Merauke di Provinsi Papua Selatan menjadi daerah percontohan pertanian modern yang mampu menekan biaya produksi dan meningkatkan indeks kesejahteraan petani. Hal ini disampaikan Mentan usai meninjau pemasangan pompanisasi di Desa Amunkay, Distrik Tanah Miring, Kabupaten Merauke.

“Mimpi kami ke depan adalah mentransformasi pertanian tradisional menuju modern dengan tujuannya adalah meningkatkan kesejahteraan petani karena kita bisa menekan biaya produksi hingga 60 persen,” ujar Mentan, Rabu, 17 April 2024.

Sebagai langkah nyata, Mentan mengatakan saat ini pemerintah tengah menggarap lahan seluas 20 ribu hektare dari total yang ditargetkan 500 ribu hektare. Perlahan tapi pasti, target tersebut dalam waktu dekat akan tercapai mengingat Indeks Pertanaman (IP) di Merauke rata-rata 2 kali dalam semusim dan bisa ditingkatkan menjadi 3 kali dalam semusim.

“Insyaallah kita akan garap pertama adalah kita sudah putuskan langsung kita garap 20 ribu hektare optimalisasi lahan dan anggarannya kami setujui hari ini dan mulai hari ini kita kerjakan. Kalau ini berhasil dengan baik, kita akan bergeser mengelola 500 ribu hektare dari potensi 1,2 juta hektare. Ini kami sudah rintis 2016-2017 bersama Pak Bupati 10 ribu hektare dan berhasil, sekarang ini sudah panen,” kayanya.

Hanya saja, kata Mentan, pertanaman di sana memberiku perhatian khusus terutama pada pengelolaan air yang dinilai masih kurang maksimal. Maka dari itu, program pompanisasi di Merauke akan dimasukkan agar petani bisa bertanam disaat musim kering.

“Sekarang kita kelola airnya dengan baik. Insyaallah hari ini IP nya 1,3 dan ada yang panen 2 kali, 1 kali dan kita tingkatkan target menjadi 3 kali. jadi produksinya bisa 3 kali lipat naik dengan menggunakan peralatan,” katanya.

“Yang pertama bantuan dari pusat, Insyaallah dalam waktu singkat mudah mudahan satu minggu alat seperti traktor roda 4 ada 75 unit kami kirim dari Surabaya, kemudian pompa ada 40 unit agar petani bisa tanam disaat musim kering. Kemudian combine harvester ada 10 unit dan lain lian. Semua kami serahkan agar Merauke bisa menjadi percontohan,” jelasnya.

Sebagai informasi, Kementerian Pertanian terus bergerak melakukan antisipasi darurat pangan Di Kabupaten Merauke dengan melaksanakan program Pompanisasi Lahan Sawah dan lahan kering pada lahan seluas 45 ribu Hektar serta Optimasi Lahan Rawa dan penanaman Padi Gogo TUSIP pada lahan seluas 1.050 Hektar

Kementerian Pertanian memberikan bantuan pompanisasi pada desa Amunkay sebanyak 2 unit pompa 8 inch dan pipa paralon untuk memompa air dari saluran pembuang. Program pompanisasi ini diharapkan dapat mengoptimalkan pertanaman minimal sampai 2 kali tanam padi. Adapun total bantuan pemerintah untuk Kabupaten Merauke mencapai 8,069 milyar yang mana anggaran tersebut diluar Pemberian KUR sebesar 13.034 milyar.


Bagikan Artikel Ini  
[Sassy_Social_Share style="display:inline-block; margin-left:140px;"]