BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN SURABAYA
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Pelatihan Internal Peningkatan Kapabilitas Pengawas Benih Tanaman di Magelang Berjalan Sukses

Diposting     Rabu, 22 Mei 2024 09:05 am    Oleh    Admin Balai Surabaya



Pelatihan Internal BBPPTP Surabaya, Pengenalan Klon Unggul Harapan Kelapa Dalam Upat-upat

Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya baru-baru ini menyelenggarakan pelatihan internal Pengenalan dan Penilaian Pemeliharaan Blok Penghasil Tinggi (BPT)/Pohon Induk Terpilih (PIT) Kelapa Dalam Upat-upat di Desa Banyuadem, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Pelatihan yang diikuti oleh seluruh Pengawas Benih Tanaman (PBT) di BBPPTP Surabaya ini bertujuan untuk meningkatkan kapabilitas PBT dalam melakukan pengawasan dan sertifikasi benih tanaman perkebunan di wilayah kerja BBPPTP Surabaya.

Peserta pelatihan dibekali materi oleh narasumber yang kompeten di bidangnya dari Forum Pengawas Benih Tanaman BBPPTP Surabaya. Materi yang disampaikan adalah Pengenalan Klon Unggul Harapan Kelapa Dalam Upat-upat oleh Bambang Priyo Utomo dan Aspek Hukum Peredaran Benih serta Teknik Penilaian BPT/PIT Kelapa Dalam oleh Badrul Munir.

Selain dibekali materi oleh narasumber, peserta pelatihan diberikan simulasi pengamatan terhadap sampel PIT. Simulasi dilakukan di Blok Bengkok yang merupakan lokasi BPT di Desa Banyuadem. Peserta yang dibagi menjadi tiga kelompok diberi form pengamatan untuk digunakan dalam pengamatan terhadap sampel PIT, kemudian melaksanakan analisis data dari hasil pengamatan tersebut.

Di tempat terpisah Kepala BBPPTP Surabaya, Andi Faisal mengatakan, “Semoga pelatihan ini memberi dampak positif untuk memberi jaminan kualitas unggul dan kemurnian varietas benih tanaman Kelapa Dalam Upat-upat, sehingga bisa meningkatkan produksinya”.

Pelatihan berhasil diselenggarakan dengan sukses dan mendapat respon positif dari pihak terkait di Desa Banyuadem dan anggota Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) setempat. Mereka sangat antusias dan memberikan apresiasi terhadap pengenalan dan penilaian Kelapa Dalam varietas Upat-upat yang dianggap memiliki potensi unggul di Kabupaten Magelang.


Bagikan Artikel Ini  
[Sassy_Social_Share style="display:inline-block; margin-left:140px;"]

Pelepasan Varietas oleh Kementan, Kejar Produksi Menuju Benih Unggul

Diposting        Oleh    Admin Balai Surabaya



Sidang Pelepasan Varietas Tanaman perkebunan Semester I Tahun 2024

Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman lakukan pelepasan varietas dan memastikan pengembangan berbagai varietas tanaman terus dilakukan dari waktu ke waktu untuk menghasilkan benih unggul yang berkualitas. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan mutu dan produktivitas tanaman pertanian.

Kemudian, Mentan juga menyampaikan perlunya melakukan akselerasi dan upaya untuk menemukan benih yang lebih baik. Direktur Jenderal Perkebunan (Dirjenbun), Andi Nur Alam Syah dalam Sidang Pelepasan Varietas Tanaman Perkebunan 2024 di Surabaya juga menyampaikan pentingnya mengembangkan varietas-varietas tanaman unggul terbaru.

“Kita harus mencari dan mengembangkan varietas-varietas unggul baru yang lebih tahan terhadap hama atau organisme pengganggu tumbuhan (OPT), dapat berproduksi lebih banyak dan yang paling penting dapat dikembangkan sesuai arahan Bapak Menteri Pertanian,” ungkapnya pada hari Rabu (15/4).

Acara Sidang Pelepasan Varietas Tanaman Perkebunan tersebut dihadiri tim penilai varietas yang terdiri dari para ahli yang kompeten serta tim pengusul calon varietas yang akan dilepas. Andi Nur pada kesempatannya menjelaskan bahwa saat ini banyak jumlah varietas yang telah dilepas, tetapi kondisi perbenihan masih dihadapkan dengan berbagai tantangan, salah satunya mengenai ketersediaan benih yang belum sebanding dengan jumlah kebutuhan untuk pengembangan maupun peremajaan.

Sebagai informasi, sekitar tahun 1980, Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Perkebunan telah melepas varietas unggul sebanyak 633 varietas, baik dalam bentuk varietas, klon, galur, lini murni maupun hibrida. Varietas ini tersebar di 35 komoditas yang menjadi binaan Direktorat Jenderal Perkebunan.

Varietas Baru Tanaman Perkebunan

“Perlu dilakukan evaluasi terhadap varietas-varietas yang telah dilepas tersebut untuk mengetahui pengguna dan penerima manfaat bagi masyarakat atau petani/pekebun, sehingga apabila sudah dianggap tidak layak perlu dilakukan pencabutan keputusan pelepasan varietasnya,” tegas Andi Nur.

Lebih lanjut, Andi Nur menekankan perlunya melakukan kaji ulang secara menyeluruh terhadap seluruh aturan yang mengatur tentang perbenihan perkebunan mulai dari pencarian varietas unggul, pelepasan varietas, penetapan kebun induk, produksi benih sampai pemasukan dan pengeluaran benih tanaman perkebunan. “Jangan setengah-setengah melakukan review ini agar hasilnya bisa maksimal dan bermanfaat bagi masyarakat petani/pekebun,” timpalnya.

Kemudian, Andi Nur menyampaikan bahwa pihaknya tengah membutuhkan varietas-varietas unggul untuk pengembangan, misalnya biji kakao yang kebutuhannya sangat tinggi bati sektor industri sehingga membutuhkan pasokan yang besar dan stabil.

“Untuk itu, dibutuhkan varietas kakao yang tahan hama dengan produktivitas yang tinggi, itulah salah satu usulan pelepasan varietas kakao yang diuji dalam sidang pelepasan varietas, begitupun dengan usulan dari komoditas yang lain,” tambahnya.

Dalam Sidang Pelepasan Varietas Tanaman Perkebunan kali ini sendiri telah diusulkan 10 proposal calon varietas yang terdiri dari komoditas kakao, kelapa sawit, kelapa, sagu, dan tembakau dengan masing-masing keunggulan dan spesifikasi yang dibutuhkan masyarakat petani/pekebun saat ini.

Pada kesempatan tersebut, Rasidin Azwar sebagai salah satu anggota Tim Pelepasan Varietas (TPV) Tanaman Perkebunan menyampaikan, dalam sidang ini Tim TPV bekerja secara profesional dengan menjunjung tinggi metode pelepasan varietas dengan tetap memperhatikan kebermanfaatan varietas tersebut bagi masyarakat petani/pekebun.

Sementara itu, Tenaga Ahli Menteri Pertanian Bidang Pengembangan Budi Daya dan Pascapanen Komoditas Pertanian, Andi Muhammad Syakir menyampaikan perlunya evaluasi terhadap metode pengujian dalam pelepasan varietas, dan di era saat ini dituntut untuk serba cepat, maka dibutuhkan metode serta inovasi baru dalam melakukan pelepasan varietas tanaman. “Jadi kita perlu cepat dengan tetap memperhatikan asas-asas pengujian demi kebermanfaatan bagi masyarakat petani/pekebun,” jelasnya.

Andi Nur kembali menuturkan, saat ini Sidang Pelepasan Varietas Tanaman Perkebunan dapat dilakukan kapanpun saat dibutuhkan, tidak perlu menunggu periode tertentu, sehingga sesuai kebutuhan. “Yang utama, tujuan untuk menghasilkan benih yang berkualitas dapat tercapai dan harus bisa berkelanjutan, sehingga perlu dilakukan kolaborasi antara para pemilik varietas dengan para produsen benih atau pihak yang akan memproduksi benih, jadi benihnya dapat bernilai secara ekonomis,” pungkasnya.


Bagikan Artikel Ini  
[Sassy_Social_Share style="display:inline-block; margin-left:140px;"]

Sosialisasi Pembinaan dan Sertifikasi Desa Pertanian Organik Gula Aren di Kabupaten Pacitan – Jawa Timur

Diposting     Rabu, 15 Mei 2024 02:05 pm    Oleh    Admin Balai Surabaya



Sosialisasi Kegiatan Pembinaan dan Sertifikasi Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditas Perkebunan

Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya melaksanakan sosialisasi pembinaan dan sertifikasi desa pertanian organik berbasis komoditas perkebunan kepada Kelompok Tani Akur X di Desa Temon, Kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan pada Selasa (8/5/24).

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Pacitan, Sugeng Santoso, menjelaskan bahwa Desa Temon memiliki potensi produksi komoditas perkebunan berupa gula aren. “Adanya pembinaan dan sertifikasi desa organik berbasis komoditas perkebunan, kami harapkan dapat meneruskan keberlanjutan usaha gula aren di sini. Keberlanjutan ini bertujuan untuk bisa memasuki pasar nasional maupun internasional, mampu memenuhi salah satu persyaratannya yaitu lolos proses sertifikasi organik” kata Sugeng.

Selama ini permasalahan yang dihadapi petani pengrajin gula aren adalah kualitas dari gula aren yang tidak seragam, karena masing-masing pengrajin memiliki metode dan cara sendiri dalam memproduksi gula aren. Selain itu, jumlah nira yang dihasilkan dari penyadapan masih rendah. Pada saat tertentu bahkan nira tidak keluar sama sekali, sehingga petani lebih memilih menebang pohonnya dan memanfaatkan batang arennya sebagai bahan baku soun daripada mempertahankan pohon aren untuk produksi gula aren.

Mengatasi hal tersebut diperlukan kehadiran pemerintah untuk memberikan motivasi kepada para pengrajin gula aren serta meningkatkan pengetahuan mulai dari budidaya, pemeliharaan pohon aren, cara pemanenan, tata cara penyadapan dan proses pengolahan yang diharapkan dapat meningkatkan produktivitas nira untuk menghasilkan gula aren. Selain itu, melalui sertifikasi desa organik berbasis komoditas perkebunan akan diterapkan budidaya, perlindungan, dan pasca panen secara organik, sehingga diharapkan gula aren yang dihasilkan akan terjamin kualitasnya dan memenuhi standar pasar nasional maupun internasional.

Menuju desa organik berbasis komoditas perkebunan, kelompok tani akan diberi bantuan berupa sarana dan prasarana serta bimbingan teknis pertanian organik. Bantuan sarana dan prasarana berupa ternak kambing, kandang ternak, rumah kompos, mesin pencacah hijauan dan mesin pemotong rumput. Bantuan tersebut diberikan sebagai modal awal agar petani mampu mengelola secara mandiri perkebunan organiknya. Sedangkan bimbingan teknis (bimtek) pertanian organik yang akan diberikan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan melalui BBPPTP Surabaya adalah teknik budidaya organik, pengembangan dan pembuatan agens pengendali hayati dan bimtek pemenuhan persyaratan sertifikasi organik.

“Kami bersyukur bisa mendapat pendampingan dan fasilitasi bantuan dari pemerintah ini, program ini sangat bermanfaat sekali untuk kemajuan pengembangan perkebunan aren di Desa Temon”, kata Heri Suryanto anggota Kelompok Tani Akur X. Pada kegiatan sosialisasi tersebut petani menyatakan kesanggupannya untuk saling sinergi dan menjaga komitmen, agar pengembangan desa organik dengan komoditas unggulan gula aren dapat berjalan secara konsisten dan berkesinambungan.

Secara terpisah Kepala BBPPTP Surabaya, Andi Faisal mengatakan “Keberhasilan pengembangan desa organik diperlukan upaya dan komitmen yang sungguh-sungguh dari semua pihak, baik itu pekebun, petugas lapangan dan dukungan pemerintah daerah maupun pusat”.


Bagikan Artikel Ini  
[Sassy_Social_Share style="display:inline-block; margin-left:140px;"]

Monitoring Perluasan Areal Tanam Padi Wilayah Jawa Timur

Diposting     Jumat, 03 Mei 2024 08:05 am    Oleh    Admin Balai Surabaya



Direktur Jenderal Perkebunan Andi Nur Alam Syah melaksanakan kunjungan monitoring dalam rangka kegiatan pompanisasi, olah tanah dan tanam padi sebagai upaya khusus Perluasan Areal Tanam (PAT) untuk peningkatan Produksi Padi Nasional di Kabupaten Nganjuk, Trenggalek, Blitar dan Malang pada Rabu (24-25/4). Monitoring ini merupakan tindak lanjut dari arahan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman pada apel siaga alat mesin pertanian di Lapangan Kodam V Brawijaya beberapa waktu lalu bahwa pemerintah memiliki komitmen dalam meningkatkan ketahanan pangan nasional melalui perluasan areal tanam padi.

El Nino memberikan dampak yang luar biasa terhadap sektor pertanian di Indonesia. El Nino telah menyebabkan penurunan produksi komoditas pangan, bahkan sampai tahap darurat pangan. Antisipasi hal tersebut, pemerintah melalui Kementerian Pertanian mengambil langkah strategis melalui Kegiatan Pompanisasi, Olah Tanah dan Tanam Padi sebagai upaya khusus Perluasan Areal Tanam (PAT) untuk Peningkatan Produksi Padi Nasional.

Sebagai salah satu daerah lumbung pangan nasional, Jawa Timur memiliki kurang lebih 380.000 hektar lahan tadah hujan. “Kami optimis jika sistem pompanisasi mampu memaksimalkan penanaman di lahan ini, saya hadir disini untuk memonitoring percepatan tanaman melalui pompanisasi, serta memonitoring bantuan pompa sesuai peruntukannya dan spesifikasinya” ujar Andi Nur dihadapan jajaran Pemerintah Kabupaten, TNI, Dinas Pertanian dan petani penerima manfaat.

“Pemenuhan kebutuhan air di bidang pertanian sangat menentukan keberhasilan usaha tani, khususnya untuk tanaman padi. Kegiatan pompanisasi dan perpipaan dari Kementerian Pertanian yang bekerja sama dengan TNI, tentunya akan memberikan kontribusi yang signifikan dalam mendukung program ketahanan pangan khususnya pemenuhan kebutuhan air untuk pertanian, meningkatkan kesejahteraan petani dan penanggulangan kemiskinan” jelas Andi Nur.

Pada kesempatan tersebut Andi Nur meminta kepada Kepala Dinas Pertanian bersama dan tim Pusat Kementerian Pertanian untuk segera mendetailkan kebutuhan pompa, mengecek sungai-sungai besar yang dapat dipompa untuk dapat mengairi sawah tadah hujan. Pompanisasi diharapkan dapat memacu produksi hingga menghasilkan dua atau tiga kali panen.

“Kami sangat senang dengan bantuan pompa air. Kami berterima kasih kepada Menteri Pertanian untuk bantuan ini” ujar Ketua Kelompok Tani Alam Sejahtera, Sutojayan – Blitar.

Pentingnya detail pompa yang sesuai dengan kebutuhan petani setempat dan kondisi lahan yang ada sangatlah penting. Melihat kemiringan lahan di lokasi kunjungan, pompa tidak dapat menjangkau area paling atas sehingga Andi Nur menyarankan permohonan pengajuan sumur bor untuk dibuat di lokasi paling atas sehingga biaya operasional dapat ditekan apabila dibandingkan dengan pompa yang lokasinya terlalu berada di bawah.


Bagikan Artikel Ini  
[Sassy_Social_Share style="display:inline-block; margin-left:140px;"]