SEBARAN SERANGAN KEPIK PENGHISAP BUAH KAKAO Helopeltis sp. DI WILAYAH KERJA BBPPTP SURABAYA
Diposting Rabu, 07 September 2022 11:09 pmKakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang dikembangluaskan dalam rangka peningkatan sumber devisa negara dari sektor nonmigas. Kakao merupakan komoditas yang memberikan keuntungan disebabkan harga pasar yang relatif stabil dibandingkan dengan komoditas perkebunan lain. Kakao diperkirakan mempunyai harapan cerah di masa depan. Pengembangan tanaman kakao hampir disemua wilayah kerja Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya (BBPPTP) yaitu Propinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, NTB, NTT, DIY, Bali dan Banten.
Peningkatan produksi perkebunan kakao rakyat, masih banyak kendala antara lain serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yaitu, Helopeltis sp. Penggerek buah kakao (PBK) (Conopomorpha cramerella) dan Penyakit busuk buah (Phytopthora sp.)
Luas Areal Tanaman Kakao
Areal tanaman kakao pada Triwulan IV tahun 2021 dengan propinsi terluas adalah Prop. Nusa Tenggara Timur yaitu 61.428,00 Ha, peringkat kedua adalah Jawa Timur 54.917,00 Ha, Bali 13.867,00 Ha, NTB 7.990,00 Ha, Banten 7.624,44 Ha, Jawa Barat 6.229,00 Ha, DIY 4.634,42 Ha, dan terakhir Prop. Jawa Tengah 3.390,63 Ha. Semua wilayah kerja BBPPTP terdapat areal budidaya kakao. Hal ini dikarenakan Indonesia memiliki daerah tempat ketinggian sehingga cocok untuk pertumbuhan tanaman kakao.
Tabel .1 . Luas Areal Kakao di Wilayah Kerja BBPPTP Surabaya
No. | Provinsi | Luas Areal (ha) | |
1 | Banten | 7.624,44 | |
2 | Jawa Barat | 6.229,00 | |
3 | Jawa Tengah | 3.390,63 | |
4 | DIY | 4.634,42 | |
5 | Jawa Timur | 54.917,00 | |
6 | Bali | 13.867,00 | |
7 | NTB | 7.990,00 | |
8 | NTT | 61.428,00 | |
Total | 160.080,49 |
Sumber data : Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya 2021
Sebaran Serangan OPT Kakao
Tabel 2 . Sebaran Serangan OPT Kakao di Wilayah Kerja BBPPTP Surabaya
No. | Provinsi | Luas Serangan (ha) | |||
Helopeltis sp. | C. cramerella | Phytopthora sp. | OPT Lainnya | ||
1 | Banten | 314,50 | 119,00 | 374,00 | 0,00 |
2 | Jawa Barat | 51,58 | 6,90 | 51,42 | 0,00 |
3 | Jawa Tengah | 233,51 | 216,64 | 134,47 | 0,00 |
4 | DIY | 145,00 | 169,00 | 275,00 | 0,00 |
5 | Jawa Timur | 746,02 | 635,75 | 735,16 | 0,00 |
6 | Bali | 716,04 | 640,18 | 941,45 | 0,00 |
7 | NTB | 785,00 | 1.191,00 | 1.366,00 | 0,00 |
8 | NTT | 4.650,80 | 3.830,30 | 6.326,80 | 0,00 |
Total | 7.642,45 | 6.808,77 | 10.204,30 | 0,00 |
Sumber data : Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya 2021
Tabel diatas menunjukkan ada beberapa OPT utama yang menyerang pertanaman kakao diwilayah kerja BBPPTP Surabaya. Adapun OPT itu adalah Helopeltis sp. 7.642,45 Ha, C. cramerella 6.808,77 Ha, dan Phytopthora sp. 10.204,30 Ha.
Kepik penghisap buah (Helopeltis sp.)
Hama penghisap buah Helopeltis antonii (Hemiptera; Miridae) merupakan salah satu kendala utama pada budidaya kakao di Indonesia. Hama ini menimbulkan kerusakan dengan cara menusuk dan menghisap menghisap cairan buah ataupun tunas-tunas muda. Serangan pada buah muda menyebabkan matinya buah tersebut, sedangkan serangan pada buah berumur sedang mengakibatkan terbentuknya buah abnormal. Akibatnya, daya hasil dan mutu kakao menurun (Saputra, 2011).
Buah yang disenangi adalah yang masih muda dan yang mendekati matang. Buah yang terserang menunjukan bekas tusukan berupa bercak-bercak hitam pada permukaan buah. Pada serangan berat, seluruh permukaan buah dipenuhi oleh bekas tusukan berwarna hitam dan kering, kulitnya mengeras serta retak-retak (Saputra, 2011).
Gambar 1 : Peta Tingkat Serangan Helopeltis sp. pada Tanaman Kakao Triwulan IV
Sumber : Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya 2021
Jika dilihat pada gambar diatas wilayah dengan serangan tinggi terjadi pada Prop. Jawa Tengah, Bali, NTB dan NTT. Serangan kategori sedang terjadi di Provinsi Banten dan DIY dan serangan rendah di provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur. Pada tingkat serangan tinggi, pengendalian perlu dilakukan untuk untuk menekan perkembangan luas serangan OPT.
Tabel 3 Fluktuasi Luas Serangan Helopeltis sp Triwulan III 2021 Hingga Triwulan IV 2021
No. | Provinsi | Luas serangan Helopeltis sp (Ha) | Peningkatan/Penurunan | Peningkatan/Penurunan | |
T-III 2021 | T-IV 2021 | Luas serangan (Ha) | Luas serangan (%) | ||
1 | Banten | 314,50 | 314,50 | 0,00 | 0,00 |
2 | Jawa Barat | 29,46 | 51,58 | 22,12 | 75,08 |
3 | Jawa Tengah | 218,25 | 233,51 | 15,26 | 6,99 |
4 | DIY | 180,61 | 145,00 | -35,61 | -19,72 |
5 | Jawa Timur | 702,14 | 746,02 | 43,88 | 6,25 |
6 | Bali | 0,00 | 716,04 | 716,04 | 100,00 |
7 | NTB | 713,00 | 785,00 | 72,00 | 10,10 |
8 | NTT | 4.661,90 | 4.650,80 | -11,10 | -0,24 |
Total | 6.819,86 | 7.642,45 | 822,59 | 12,06 |
Gambar .2 : Perbandingan Luas Serangan Helopeltis sp pada Tanaman Kakao
Triwulan III 2021 danTriwulan IV 2021
Sumber : Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya 2021
Kondisi tersebut apabila digambarkan dengan Grafik Perbandingan Luas Serangan pada Triwulan IV tahun 2021 dan Triwulan III tahun 2021 (gambar 2). Terjadi peningkatan luas serangan Helopeltis sp sebesar 12,06 %. Terjadi peningkatan luas serangan karena pada beberapa wilayah provinsi terjadi peningkatan serangan kecuali DIY dan NTT.
Tabel 4. Perbandingan Luas Serangan Helopeltis sp Triwulan IV 2020 dan Triwulan IV 2021
No. | Provinsi | Luas serangan Helopeltis sp (Ha) | Peningkatan/Penurunan | Peningkatan/Penurunan | |
T-IV 2020 | T-IV 2021 | Luas serangan (Ha) | Luas serangan (%) | ||
1 | Banten | 322,00 | 314,50 | -7,50 | -2,33 |
2 | Jawa Barat | 51,58 | 51,58 | 0,00 | 0,00 |
3 | Jawa Tengah | 482,55 | 233,51 | -249,04 | -51,61 |
4 | DIY | 62,97 | 145,00 | 82,03 | 130,27 |
5 | Jawa Timur | 634,80 | 746,02 | 111,22 | 17,52 |
6 | Bali | 1.070,01 | 716,04 | -353,97 | -33,08 |
7 | NTB | 758,00 | 785,00 | 27,00 | 3,56 |
8 | NTT | 4.289,20 | 4.650,80 | 361,60 | 8,43 |
Total | 7.671,11 | 7.642,45 | -28,66 | -0,37 |
Gambar 3 : Perbandingan Luas Serangan Helopeltis sp pada Tanaman Kakao
Triwulan IV 2021 dan IV 2020
Sumber : Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya 2021
Gambar 3 yang menunjukkan grafik Perbandingan Luas Serangan Helopeltis sppada Triwulan IV tahun 2021 dan Triwulan IV tahun 2020 secara keseluruhan menunjukkan adanya penurunan luas serangan seluas 28,66 Ha atau 0,37%. Penurunan luas serangan salah satunya karena adanya tindakan pengendalian yang dilakukan petani secara swadaya maupun pengendalian yang dilakukan melalui program pemerintah berupa pengendalian mekanis, sanitasi serta biologis menggunakan musuh alami cukup maksimal sehingga terjadi penurunan luas serangan hama.
Tabel 5. Perbandingan Luas serangan dan Luas pengendalian Helopeltis sp
No. | Provinsi | LS (Ha) | LP (Ha) | Tingkat Pengendalian (%) |
1 | Banten | 314,50 | 0,00 | 0,00 |
2 | Jawa Barat | 51,58 | 8,70 | 16,87 |
3 | Jawa Tengah | 233,51 | 103,89 | 44,49 |
4 | DIY | 145,00 | 55,00 | 37,93 |
5 | Jawa Timur | 746,02 | 272,51 | 36,53 |
6 | Bali | 716,04 | 716,05 | 100,00 |
7 | NTB | 785,00 | 0,00 | 0,00 |
8 | NTT | 4.650,80 | 716,73 | 15,41 |
Total | 7.642,45 | 6.288,18 | 24,51 |
Gambar 4 : Perbandingan Luas Serangan dan Luas Pengendalian Helopeltis sp
pada Tanaman Kakao periode Triwulan IV 2021
Sumber : Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya 2021
Data pada tabel 5 dan Gambar 4 menunjukkan Perbandingan Luas Serangan dan Luas Pengendalian Helopeltis sp periode Triwulan IV tahun 2021. Data pada tabel dan grafik tersebut menunjukkan bahwa secara global Luas pengendalian hama Helopeltis sp periode Triwulan IV tahun 2021 sekitar 24,51%
Pengendalian yang direkomendasikan dan perlu dilakukan oleh petani antara lain (Direktorat Perlindungan perkebunan, 2013):
Rekomendasi Pengendalian Helopeltis sp.
A. Mekanis
Pengendalian secara mekanis meliputi penangkapan hama dan penyelubungan buah dengan kantong plastik.
B. Kultur teknis
1. Pemberian pupuk secara teratur akan menjadikan tanaman tumbuh dengan baik serta memiliki daya tahan tubuh yang baik serta memiliki daya tahan tinggi terhadap gangguan hama.
2. Pemangkasan pada tanaman kakao dilakukan dengan cara membuang tunas air yang tumbuh di sekitar prapatan dan cabang-cabang utama. Tunas air akan mengganggu pertumbuhan tanaman karena dapat menjadi pesaing tanaman dalam pengambilan zat hara dan air.
3. Sanitasi tanaman inang. H. antonii dapat hidup pada tanaman inang lain seperti kapok, rambutan, dadap, albasia, dan dari famili Leguminoceae.
C. Pengendalian secara hayati
Pengendalian H. antonii dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami khususnya B. bassiana telah dilaksanakan di Yogyakarta (DIY) tetapi belum memberi hasil yang memuaskan. Sedangkan pengendalian pada tanaman kakao dengan menggunakan semut hitam dan semut rang-rang cukup prospektif.
D. Pengendalian secara kimiawi
Pengendalian secara kimiawi harus dilakukan secara hati-hati, karena pengendaliannya yang tidak tepat justru akan meningkatkan populasi H. antonii. Tanaman yang disemprot insektisida akan tumbuh lebih cepat dengan tunas-tunas baru yang lebih sukulen dan disukai hama tersebut. Selain itu, pengendalian kimiawi yang tidak tepat akan membunuh predator dan parasitoid hama tersebut (Saputra, 2006)
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Perlindungan Perkebunan. 2013. Teknik Pengendalian Helopeltis sp. Jakarta
Saputra, H. 2011. Identifikasi Helopeltis antonii pada tanaman Kakao dan Teh.https://agricultureandaquatic.blogspot.co.id/2011/06/identifikasi-helopeltis-antonii-pada.html. Diunduh tanggal 4 Januari 2016
Penulis ERNA ZAHRO’IN dan WAHYU IRIANTO