SERANGAN PENYAKIT BUSUK BUAH KAKAO Phytopthora sp DI WILAYAH KERJA BBPPTP SURABAYA OLEH: WAHYU IRIANTO
Diposting Senin, 12 September 2022 03:09 pmPENYAKIT BUSUK BUAH KAKAO Phytopthora sp.
Phytopthora sp. merupakan jamur penyebab penyakit busuk buah kakao yang dapat menyerang pada berbagai umur buah. Warna buah berubah, umumnya mulai dari ujung buah atau dekat tangkai yang dengan cepat meluas ke seluruh buah. Buah menjadi busuk dalam waktu 14-22 hari (Semangun, 2010).
Serangan Phytopthora sp. menyebar di seluruh wilayah kerja dengan berbagai kategori tingkat serangan. Beberapa pengendalian yang telah dilakukan adalah kultur teknis, mekanis, dan kimia. Pengendalian dapat dilakukan dengan membuang buah-buah yang terserang atau dengan mengiris (memotong) bersih kulit yang terserang sampai bagian sehat kemudian melumasinya dengan fungisida seperti dithane M.45. Pengendalian lain dapat dilakukan dengan cara hayati dengan menggunakan agens hayati Trichoderma sp. yang diberikan disekitar tanaman (Pracaya, 2007).
Gambar I: Peta Tingkat Serangan Phytopthora sp. pada Tanaman Kakao Triwulan IV 2021
Sumber data : Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya 2021
Hasil pemetaan Gambar diatas menunjukkan serangan Phytopthora sp tersebar di semua wilayah kerja BBPPTP Surabaya. Menurut hasil pemetaan tersebut menunjukkan tingkat serangan tinggi terjadi di Prop. DIY, Bali, NTB dan NTT, untuk wilayah Banten dan Jawa Tengah, mengalami tingkat serangan sedang dan tingkat serangan rendah terjadi di Jawa Barat dan Jawa Timur.
Tabel I. Fluktuasi Luas Serangan Phytopthora sp Triwulan III 2021 Hingga Triwulan IV 2021
No. | Provinsi | Luas serangan Phytopthora sp (Ha) | Peningkatan/Penurunan | Peningkatan/Penurunan | ||
T-III 2021 | T-IV 2021 | Luas serangan (Ha) | Luas serangan (%) | |||
1 | Banten | 374,00 | 374,00 | 0,00 | 0,00 | |
2 | Jawa Barat | 97,32 | 51,42 | -45,90 | -47,16 | |
3 | Jawa Tengah | 111,99 | 134,47 | 22,48 | 20,07 | |
4 | DIY | 194,85 | 275,00 | 80,15 | 41,13 | |
5 | Jawa Timur | 700,84 | 735,16 | 34,32 | 4,90 | |
6 | Bali | 923,96 | 941,45 | 17,49 | 1,89 | |
7 | NTB | 1.341,00 | 1.366,00 | 25,00 | 1,86 | |
8 | NTT | 4.888,60 | 6.326,80 | 1.438,20 | 29,42 | |
Total | 8.632,56 | 10.204,30 | 1.571,74 | 18,21 | ||
Gambar 2: Perbandingan Luas Serangan Phytopthora pada Tanaman Kakao
Triwulan I 2018 danTriwulan IV 2021.
Sumber : Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya 2021
Kondisi tersebut apabila digambarkan dengan Grafik Perbandingan Luas Serangan pada Triwulan III tahun 2021 dan Triwulan IV tahun 2021 (gambar 2) diketahui bahwa terjadi peningkatan luas serangan Phytopthora sp berdasarkan Tabel 2 sebesar 18,21 % atau 1.571,74 Ha. Terjadinya peningkatan luas serangan tersebut karena semua wilayah kerja mengalami peningkatan serangan kecuali Jawa Barat.
Tabel 2 Perbandingan Luas Serangan Phytopthora sp Triwulan IV 2020 dan Triwulan IV 2021
No. | Provinsi | Luas serangan Phytopthora sp (Ha) | Peningkatan/Penurunan | Peningkatan/Penurunan | |
T-IV 2020 | T-IV 2021 | Luas serangan (Ha) | Luas serangan (%) | ||
1 | Banten | 414,00 | 374,00 | -40,00 | -9,66 |
2 | Jawa Barat | 51,42 | 51,42 | 0,00 | 0,00 |
3 | Jawa Tengah | 120,73 | 134,47 | 13,74 | 11,38 |
4 | DIY | 57,35 | 275,00 | 217,65 | 379,51 |
5 | Jawa Timur | 608,17 | 735,16 | 126,99 | 20,88 |
6 | Bali | 703,38 | 941,45 | 238,07 | 33,85 |
7 | NTB | 81,00 | 1.366,00 | 1.285,00 | 1.586,42 |
8 | NTT | 4.293,30 | 6.326,80 | 2.033,50 | 47,36 |
Total | 6.329,35 | 10.204,30 | 3.874,95 | 61,22 |
Gambar 3 : Perbandingan Luas Serangan Phytopthora sp pada Tanaman Kakao
Triwulan IV 2020 dan IV 2021.
Sumber : Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya 2021
Gambar 3 yang menunjukkan grafik Perbandingan Luas Serangan Phytopthora sppada Triwulan IV tahun 2020 dan Triwulan IV tahun 2021 secara keseluruhan menunjukkan adanya peningkatan prosentase luas serangan sebesar 61,22 % atau 3.874,95 Ha. Semua wilayah mengalami peningkatan serangan kecuali Banten. Hal tersebut dapat terjadi salah satunya karena adanya tindakan pengendalian yang dilakukan petani secara swadaya maupun pengendalian yang dilakukan melalui program pemerintah berupa pengendalian mekanis, sanitasi serta biologis menggunakan musuh alami kurang maksimal dilaksanakan secara maksimal
Tabel 4 Perbandingan Luas serangan dan Luas pengendalian Phytopthora sp
No. | Provinsi | LS (Ha) | LP (Ha) | Tingkat Pengendalian (%) |
1 | Banten | 374,00 | 0,00 | 0,00 |
2 | Jawa Barat | 51,42 | 6,50 | 12,64 |
3 | Jawa Tengah | 134,47 | 77,32 | 57,50 |
4 | DIY | 275,00 | 101,00 | 36,73 |
5 | Jawa Timur | 735,16 | 203,36 | 27,66 |
6 | Bali | 941,45 | 941,45 | 100,00 |
7 | NTB | 1.366,00 | 0,00 | 0,00 |
8 | NTT | 6.326,80 | 985,81 | 15,58 |
Total | 10.204,30 | 2.315,44 | 22,69 |
Gambar 4 : Perbandingan Luas Serangan dan Luas Pengendalian Phytopthora sp pada Tanaman Kakao periode Triwulan IV 2021
Sumber : Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya 2021
Data pada tabel 4 dan Grafik 4 menunjukkan Perbandingan Luas Serangan dan Luas Pengendalian Phytopthora sp periode Triwulan IV tahun 2021. Data pada tabel dan grafik tersebut menunjukkan bahwa secara global Luas pengendalian hama Phytopthora sp periode Triwulan IV tahun 2021 sekitar 22,69 % atau 2.315,44 Ha.
Rekomendasi Pengendalian
Penyakit Phytopthora sp. ini dapat dikendalikan dengan memadukan berbagai teknik pengendalian seperti varietas tahan, kultur teknis, secara mekanis dan secara kimiawi
Menanam klon-klon yang relatif resisten terhadap penyakit busuk buah P. palmivora yaitu DRC 16, Sca 6, Sca 12 dan ICS 6. (Sukamto dan Mawardani, 1986 dalam Wardojo, 1992)
Kultur Teknis
– Mengatur kelembaban kebun agar tidak terlalu tinggi, dengan cara
mengatur naungan dan pemangkasan tanaman kakao.
– Drainase kebun, diperbaiki agar perkembangan penyakit terhambat.
Mekanis
Buah-buah yang busuk di pohon diambil dan dikumpulkan, kemudian dipendam sedalam kurang lebih 30 cm dari permukaan tanah. Hal ini dapat menekan sumber infeksi serendah mungkin sehingga terhambat terjadinya infeksi baru.
Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan menyemprotkan fungisida. Fungisida yang dapat digunakan adalah fugisida tembaga 0,3 %, dengan interval dua minggu, dan fungisida maneb 0,2 % dengan interval 1 – 2 minggu. Penyemprotan dengan menggunakan knapsack sprayer dengan volume semprot 500 1/hari dan dilakukan pada saat buah sebagian besar telah berumur tiga bulan atau panjang buah sekitar 12 cm.
Pengendalian Secara Biologi
Dengan menggunakan agen hayati dari kelompok jamur yang memiliki beberapa keunggulan sesuai program pengendalian yang ramah lingkungan antara lain mudah didapat karena tersedia di alam, dapat diperbannyak secara sederhana dan efekktif, jamur yang berpotensi untuk mengendalikan secara prefentif yaitu jamur Trichoderma spp.
DAFTAR PUSTAKA
Pracaya, 2007. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Organik. Penebar Swadaya, Depok.
Semangun, H. 2000. Penyakit Penyakit Tanaman Perkebunan. UGM Press. Yogyakarta