BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN SURABAYA
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

OPTIMASI DAN MODIFIKASI METODE EKSTRAKSI UNTUK MENGHASILKAN DNA TANAMAN KUALITAS TINGGI UNTUK PENGUJIAN DNA TANAMAN PERKEBUNAN

Diposting     Rabu, 26 April 2023 05:04 am    Oleh    Admin Balai Surabaya



Oleh :

Dwithree Desfajerin D., SP., MP.

PBT BBPPTP Surabaya

Ekstraksi DNA merupakan prosedur rutin dalam analisis molekuler. DNA dapat diekstrak dari bahan biologis apapun seperti sebagai jaringan hidup, sel, partikel virus, atau sampel lainnya untuk tujuan analisis. Isolasi/ekstraksi DNA dilakukan pertama kali oleh dokter Swiss, Friedrich Miescher pada tahun 1869 yang berharap memecahkan prinsip-prinsip dasar kehidupan, dan menentukan komposisi kimia sel. Dari percobaan yang dilakukan terhadap leukosit, untuk pertama kalinya diperoleh endapan kasar DNA. Untuk memisahkan DNA dari protein dalam ekstrak selnya, Miescher mengembangkan prosedur baru untuk memisahkan inti sel dari sitoplasma dan kemudian DNA diisolasi. Prosedur pertama gagal dan dikembangkan prosedur kedua yang mendapatkan nuclein murni dalam jumlah yang lebih besar, yang kemudian oleh muridnya, Richard Altman disebut sebagai asam nukleat (nucleic acid) (Tan dan Yiap, 2009).

Setelah Miescher berhasil memperoleh DNA dari sel, maka kemajuan metode ekstraksi dan prosedur pemurnian DNA telah berkembang. Telah ditemukan banyak metode khusus ekstraksi DNA yang umumnya terbagi dalam prosedur solution-based atau column-based. Tan dan Yiap (2009) mengemukaan bahwa jenis ekstraksi asam nukleat dibedakan jadi 2 yaitu :

  1. Metode konvensional (Ekstraksi Guanidinium Thiocyanate-Phenol-Chloroform; ekstraksi alkaline; ekstraksi CTAB; Ethidium Bromide (EtBr)-Cesium Chloride (CsCl) Gradient Centrifugation; Purification of Poly (A)+ RNA by Oligp(dT)-Cellulose Chromatography)
  2. Ekstraksi solid-phase Nucleic Acid (Silica Matrices; Glass Particle; Diatomaceous Earth; Magnetic Bead Based Nucleic Acid Purification; dan Anion-Exchange Material).

Bahan tanaman merupakan salah satu bahan yang sulit untuk ekstraksi DNA kualitas tinggi. Kesulitan ekstraksi DNA tanaman adalah proses destruksi dinding sel untuk melepaskan isi sel, karena tanaman memiliki dinding sel yang kuat. Disamping itu DNA yang diisolasi dari tanaman seringkali terkontamoinasi oleh polisakarida dan metabolit sekunder seperti tannin, pigmen, alkaloid, dan flavonoid. Senyawa-senyawa tersebut dapat mengkontaminasi sediaan DNA dan akan menghambat analisis lebih lanjut.

Ekstraksi untuk mendapatkan DNA berkualitas tinggi merupakan satu kaidah dasar yang harus dipenuhi dalam analisis molekuler. Oleh karena itu, masalah-masalah dalam ekstraksi DNA masih merupakan hal penting yang perlu diatasi. Beberapa teknik dan prosedur ekstraksi DNA telah dipublikasikan, tetapi seringkali tidak dapat diaplikasikan karena genus atau bahkan spesies tanaman bersifat sangat spesifik. Suatu metode standar perlu modifikasi dan optimalisasi untuk menghasilkan DNA berkualitas tinggi.

Romman (2011) telah melakukan perbandingan metode CTAB dengan berbagai modifikasinya pada tanaman Sage (Salvia officinalis). Pada protokol pertama, ekstraksi DNA didasarkan pada Doyle dan Doyle (1987). CTAB digunakan untuk memfasilitasi pemisahan protein dari asam nukleat dalam ekstraksi bahan biologis. Sedangkan tiga protokol lainnya merupakan modifikasi dari metode Doyle dan Doyle. Modifikasi ini termasuk penggunaan polivinilpirolidon (PVP) dikombinasikan dengan arang aktif (metode Krizman); menggabungkan isolasi berbasis CTAB dengan pemurnian berbasis kolom (metode Sarwat) dan termasuk perlakuan copper (II) acetate (metode Bokszczanin dan Prazybyla).

Tabel 1. Perbandingan kualitas dan hasil DNA dari berbagai macam metode DNA.

Sumber : Romman (2011).

Tabel 1 menunjukkan hasil dan kualitas DNA tanaman sage yang diisolasi menggunakan modifikasi metode isolasi DNA berbasis CTAB. Hasil dari tiga ekstraksi DNA menunjukkan bahwa protokol metode Krizman memberikan hasil DNA tertinggi dengan rata-rata 411 ± 15,7 µg DNA/g jaringan daun diikuti oleh metode Sarwat yang menghasilkan 257 ± 11,6 µg DNA/g jaringan daun. Kualitas DNA yang diisolasi dengan metode Krizman juga lebih baik daripada tiga protokol lain.

Metode CTAB tradisional (metode Doyle dan Doyle) menghasilkan DNA terendah dan kualitas yang buruk. Metode Krizman menghasilkan rasio absorbansi UV terbaik untuk kontaminasi protein (A260/280) dan karbohidrat (A260/230) (Tabel 1). Dimana untuk persiapan asam nukleat yang baik dan murni, rasio A260/280 yang mewakili kontaminasi protein harus antara 1,8-2,0 sedangkan rasio A260/230 yang merupakan kontaminasi karbohidrat harus >2,0 (Romman, 2011).

Romman (2011) menjelaskan bahwa penggabungan arang aktif dalam campuran ekstraksi Krizman sebelum sampel inkubasi meningkatkan kualitas dan hasil DNA serta memberikan peluang DNA untuk diamplifikasi. Kualitas DNA yang tinggi diharapkan mencegah interaksi ireversibel DNA dengan polifenol, ketika senyawa cytosol-borne muncul saat kontak arang aktif lebih awal dari DNA. Ada kemungkinan bahwa PVP memiliki pengaruh sinergis dalam pengikatan polifenol pada arang aktif. Hal ini terjadi saat pengunaan agent pengikat polyphenol, PVP harus memiliki interaksi yang kuat dengan arang aktif karena konfigurasi sp2-elektronik rantai karbon yang terakhir.

Dalam penelitian lain Sandip (2013) juga melakukan perbandingan berbagai protokol bagi tanaman Ammi majus yaitu protokol yang dijelaskan oleh Doyle dan Doyle berbasis CTAB (Protokol 1), Edward berbasis EDTA (Protokol 2), Kotchoni dan Gachomo berbasis SDS (Protokol 3) dan modifikasi Kotchoni dan Gachomo (Protokol 4). Hasil ekstraksi DNA dari empat protocol tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perbandingan kemurnian, hasil, dan waktu yang diperlukan dalam ekstraksi DNA dengan protokol yang berbeda.

Sumber : Sandip (2013).

Tabel 2 menunjukkan bahwa protocol 4 memberikan kemurnian DNA yang paling tinggi dibanding protocol lainnya dimana rasio A260/280 1,81. Pada Protokol 1 digunakan bahan kimia berbahaya CTAB dan EDTA dan waktu yang diperlukan paling tinggi dibanding yang lain. Hal tersebut menjadikan protokol 1 lebih mahal serta DNA yang terisolasi itu sangat terkontaminasi dengan protein menghasilkan rasio A260/280 1.46. Protokol 2 merupakan salah satu protokol yang terkenal cepat dalam ekstraksi DNA, menjelaskan penggunaan buffer EDTA dan NaCl yang efisien waktu dan biaya, tetapi kontaminasi protein dengan rasio A260/280 1,34. Tanpa EDTA dan Tris-HCl, protokol 3 memerlukan waktu lebih cepat tanpa harus menangani pelarut organik berbahaya. Namun protokol 3 gagal mengisolasi DNA murni tanpa protein dan kontaminasi polisakarida.

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa protokol 2 dan 3 merupakan protokol yang cepat, efektif biaya dan lebih mudah tetapi gagal untuk mengisolasi DNA dengan kemurnian yang cukup dari A. majus dengan rasio A260/280 (1,3-1,6). Modifikasi protokol 3 yaitu protokol 4 menunjukkan hasil terbaik untuk mengisolasi DNA dengan kemurnian dan kuantitas DNA tinggi dengan menggunakan kloroform : isoamil alkohol (24:1), isopropanol yang didinginkan dan tambahan waktu inkubasi untuk langkah ekstraksi buffer. Langkah-langkah tersebut menghasilkan penyempurnaan isolasi DNA murni dengan rasio A260/280 1,81 dengan kuantitas DNA per gram sampel tertinggi. Protokol 4 menghasilkan DNA transparan tanpa kontaminasi RNA saat dielektroforesis pada gel agarosa, menunjukkan kemurnian tinggi.

Dengan berkembangnya analisis molekuler saat ini, sebagian besar prosedur ekstraksi DNA telah berkembang menjadi kit komersial yang mempermudah proses ekstraksi DNA tersebut. Beberapa kit komersial juga tersedia untuk mengekstrak DNA genom dari jaringan tanaman dengan kualitas yang memadai, tetapi hasil dari DNA yang dihasilkan dari kit komersial sering rendah. Selain itu, biaya dapat menjadi penghalang bagi laboratorium kecil.

Sebuah metode ekstraksi DNA efektif telah dikembangkan dengan menggabungkan metode CTAB tradisional dengan prosedur pemurnian menggunakan butiran silica-coated magnetic.Metode tersebut menghasilkan kuantitas dan kualitas DNA yang tinggi pada daun dan biji kering sorgum yang diliofilisasi (Tabel 3). Penggunaan metode ini meningkatkan hasil ekstraksi DNA rata-rata 30 kali lipat dengan kemurnian tinggi yang konsisten. Kit paling baik menghasilkan DNA total 3 µg per sampel daun dan kemurnian DNA rendah serta tidak konsisten seperti yang ditunjukkan oleh rasio variable OD260νμ/OD230νμ. DNA tidak terdeteksi diisolasi dari biji kering dengan menggunakan kit (Tabel 3). Sampel DNA 220-400 nm telah diamati pada Nanodrop NP-1000 untuk menguji kualitas DNA. Spektrum serapan DNA yang diekstraksi dari jaringan daun dan biji menyerupai spektrum DNA phage λ murni (Gambar 1) (Xin and Chen, 2012).

Untuk menguji apakah metode yang dikembangkan tersebut berlaku untuk jenis tanaman lainnya, penerapan metode ini juga diuji pada beberapa spesies tanaman lain yang tersedia. Hasil dan kualitas DNA genom pada beberapa sampel daun tanaman tersebut disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 3. Perbandingan hasil dan kualitas DNA antara kit MagAttract dengan metode perbaikan.

Sumber : Xin and Chen (2012).

Gambar 1. Spektrum serapan DNA yang diisolasi dari daun dan biji kering sorgum liofilisasi. DNA diisolasi dari daun atau biji yang diencerkan sampai 500 ng/µl dengan TE

dan discan pada NanoDrop 220-400 nm (Xin and Chen, 2012).

Optimasi dan modifikasi metode ekstraksi DNA akan terus berkembang sejalan dengan perkembangan metode ekstraksi DNA itu sendiri. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas DNA yang tinggi sehingga akan mendukung analisis lebih lanjut. Selain itu upaya tersebut dilakukan untuk alasan mengurangi waktu kerja, tenaga kerja, dan biaya serta meningkatkan keselamatan pekerja. Perbaikan kelemahan untuk instrumen-instrumen metode ekstraksi DNA perlu dilakukan sepanjang waktu sehingga akan ditemukan suatu metode yang cepat, tepat, murah, dan menghasilkan kuantitas dan kualitas yang tinggi.

Tabel 4. Hasil dan kualitas DNA genom yang diisolasi dari berbagai spesies tanaman.

Sumber : Xin and Chen (2012).

DAFTAR PUSTAKA

Romman, S.A. 2011. Comparison of methods for isolating high quality DNA from sage (Salvia officinalis). J. Med. Plant Res. 5(6):938-941. Available online at https://www.academicjournals.org/JMPR.

Sandip, M. 2013. A reliable and high yielding method for isolation of genomic DNA from Ammi majus. Int. Res. J. Biological Sci. 2(1) : 57-60.

Tan, S.C. and B.C. Yiap. 2009. DNA, RNA, and protein extraction: the past and the present. Review Article. Journal of Biomedicine and Biotechnology. pp. 1-10. doi:10.1155/2009/ 574398.

Xin, Z. and J. Chen. 2012. A high throughput DNA extraction method with high yield and quality. Plant Methods. 8:26. https://www.plantmethods.com/content/8/1/26.


Bagikan Artikel Ini  
[Sassy_Social_Share style="display:inline-block; margin-left:140px;"]

IDENTIFIKASI VARIETAS BULULAWANG DAN VARIETAS LAIN DENGAN CIRI MORFOLOGIS MIRIP BULULAWANG – PH. Padang,SP.,M.Agr (PBT Ahli Madya)

Diposting     Kamis, 13 April 2023 10:04 am    Oleh    Admin Balai Surabaya



Salah satu butir kegiatan dalam pengawasan benih tanaman yang dilakukan oleh Pengawas Benih Tanaman (PBT) sebagaimana tercantum dalam rician butir-butir pelaksanaan kegiatan PBT adalah melakukan penilaian kesesuaian deskripsi varietas ditingkat lapang. Dasar dari kegiatan penilaian kesesuaian deskripsi varietas ditingkat lapang adalah kegiatan Identifikasi Varietas. Selain digunakan untuk keperluan tersebut, identifikasi varietas juga dapat digunakan untuk beberapa kegiatan pemeriksaan lapang lainnya, yaitu: kegiatan pelepasan varietas unggul/ unggul lokal, penilaian dan pemurnian dalam rangka penetapan kebun benih sumber, evaluasi kebun benih sumber serta kegiatan sertifikasi benih.

Tanaman tebu merupakan salah satu komoditas tanaman perkebunan yang cukup banyak di budidayakan di wilayah kerja BBPPTP Surabaya. Guna mendukung budidaya tebu yang ada, maka kehadiran usaha produksi benih tebu sangat diperlukan. Pelaku usaha produksi benih disebut dengan Produsen Benih.

Pengawasan mutu terhadap benih tebu yang diproduksi oleh produsen benih dilakukan melalui mekanisme sertifikasi benih, yaitu untuk mengetahui apakah benih tersebut telah memenuhi persyaratan standar mutu benih, dan selanjutnya apabila akan diedarkan, benih tebu harus diberi label. Salah satu persyaratan standar mutu benih adalah mutu genetis. Mutu genetis ini diketahui melalui identifikasi varietas tebu di lapangan untuk mengetahui kebenaran varietas. Hal ini penting untuk  diperhatikan karena kebenaran varietas merupakan salah satu dari jaminan mutu yang diberikan oleh BBPPTP Surabaya selaku lembaga/ institusi pengawasan mutu benih tanaman perkebunan.

Pada periode awal munculnya varietas Bululawang, pelaksanaan identifikasi varietas dalam rangka sertifikasi benih tebu tidak mengalami kendala. Hal ini dikarenakan varietas Bululawang mempunyai ciri ciri morfologis yang sangat berbeda dengan varietas-varietas yang sedang dikembangkan saat itu. Varietas tebu yang sedang dikembangkan saat itu sebagian besar berwarna hijau, sedangkan varietas Bululawang berwarna kemerahan sampai dengan keunguan. Pengawas Benih Tanaman saat itu, dapat dengan mudah mengetahui kebenaran varietas dengan melihat warna batang dan mengamati apakah terdapat alur mata pada bagian batang. 

Dengan bertambahnya varietas yang mempunyai ciri-ciri morfologis mirip atau mendekati varietas Bululawang, maka identifikasi varietas dalam rangka sertifikasi benih tebu mulai mengalami kesulitan. Kemiripan tersebut bisa terjadi karena memang varietas tersebut masih memiliki kekerabatan dengan varietas Bululawang, namun ada juga varietas yang tidak memiliki kekerabatan/ tidak jelas kekerabatannya tetapi memiliki beberapa karakter cirii ciri morfologi yang mirip dengan varietas Bululawang, utamanya karakter warna batang dan alur mata.

Melalui media tulisan populer ini, Penulis bermaksud menyampaikan bagaimana seorang Pengawas Benih Tanaman harus mampu menghadapi kendala dan tantangan dalam penyelesaian tugas pada saat melaksanakan sertifikasi benih tebu, khususnya pada beberapa varietas tebu dengan warna batang kemerahan atau mirip dengan varietas Bululawang. Tulisan ini juga didasarkan dari hasil proses berlatih yang diadakan oleh Bidang Perbenihan BBPPTP Surabaya melalui kegiatan Induction Training pada akhir bulan Pebruari 2023, dengan narasumber dari Pusat Penelitian Perkebuna Gula PTPN X Jengkol – Kediri dan Pusat Penelitian Perkebuna Gula PTPN XI Sokosari – Lumajang.

  1. VARIETAS BULULAWANG

Varietas ini merupakan hasil pemutihan varietas dan dilepas sebagai benih bina melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 322/Kpts/SR.120/5/2004. Varietas ini ditemukan pertama kali di wilayah Kecamatan Bululawang, Malang Selatan. Varietas ini lebih cocok pada lahan-lahan ringan (geluhan/liat berpasir) dengan sistem drainase yang baik dan pemupukan N yang cukup.

Potensi bobot tebu dari varietas ini sangat tinggi karena tunas-tunas baru (sogolan) pada varietas ini selalu tumbuh, sehingga apabila sogolan ikut dipanen maka akan menambah bobot tebu secara nyata. Hal ini sejalan dengan tren yang terjadi di petani saat ini, dimana mereka lebih memperhatikan bobot tebu dibanding komponen produktifitas lainnya seperti rendemen dan daya hablur.

Varietas Bululawang mempunyai tipe kemasakan tengah – lambat. Dengan semakin bertambahnya areal penanaman varietas Bululawang maka bahan baku (tebu giling) menumpuk pada pertengahan hingga akhir masa giling. Pada awal masa giling akan sulit didapatkan bahan baku tebu yang siap digiling, yaitu varietas tebu dengan tipe kemasakan awal atau awal – tengah. 

Stake holder dan pemulia tanaman telah berupaya untuk menawarkan varietas-varietas yang sudah ada dan atau varietas unggul baru, dengan potensi yang sama dengan varietas Bululawang tetapi dengan tipe kemasakan yang berbeda. Namun hal tersebut belum maksimal karena petani sudah terlanjut terpikat dengan warna merah dari varietas Bululawang.

Pada periode selanjutnya mulailah upaya penciptaan varietas baru dengan menggunakan tetua varietas Bululawang ataupun varietas lain dengan warna batang kemerahan, kecoklatan hingga keungguan yang mengarah pada warna batang yang dengan varietas Bululawang.

  1. BEBERAPA VARIETAS YANG MIRIP DENGAN VARIETAS BULULAWANG

Terdapat beberapa varietas yang mempunyai kemiripan dengan varietas Bululawang. Kemiripan tersebut terkait dengan warna batang dan keberadaan alur mata pada batang tanaman, bentuk mata serta beberapa lainnya. Kemiripan tersebut diperoleh berdasarkan hubungan kekerabatan dan atau tanpa kekerabatan/ tidak jelas kekerabatannya.

  1.  Kemiripan berdasarkan kekerabatan

Kondisi ini biasa terjadi pada Varietas Turunan Essensial, yaitu varietas yang berasal dari varietas yang telah mendapat hak PVT atau mendapat penamaan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan bukan merupakan varietas turunan esensial sebelumnya. Pada dasarnya varietas ini mempertahankan ekspresi sifat sifat esensial dari varietas asal, tetapi dapat dibedakan secara jelas dengan varietas asal dari sifat-sifat yang timbul dari tindakan penurunan itu sendiri. Varietas turunan esensial sebagaimana dimaksud dapat diperoleh dari mutasi alami atau mutasi induksi, variasi somaklonal, seleksi individu tanaman, silang balik, dan transformasi dengan rekayasa genetika dari varietas asal.

Beberapa varietas turunan essensial yang berasal dari varietas bululawang antara lain: Varietas AAS Agribun, ASA Agribun, AMS Agribun serta NXI 4T. Varietas AAS Agribun, ASA Agribu dan AMS Agribun dihasilkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementan RI melalui metode mutasi induksi. Varietas AAS Agribun dan AMS Agribun merupakan hasil induksi mutasi Bululawang dengan Ethyl Methan Sulfonate, sedangkan varietas ASA Agribun hasil induksi mutasi Bululawang dengan iradiasi sinar gamma. Varietas NXI 4T dihasilkan oleh PTPN NXI melalui metode transformasi gen dengan rekayasa genetika. Hasil dari metode ini biasa disebut dengan Produk Rekayasa Genetika (PRG).

  • Tidak mempunyai kekerabatan/ tidak jelas kekerabatannya

Beberapa varietas tebu memiliki kemiripan dengan varietas Bululawang walaupun tidak terdapat kekerabatan antar keduanya atau karena tidak diketahui jelas tetuanya sehingga tidak dapat ditelusuri kekerabatan antar keduanya. Hal ini dikarenakan varietas Bululawang dilepas dengan model “Pemutihan Varietas” sehingga pada SK Pelepasan Varietas tidak tercantum asal usul tetuanya. Beberapa varietas unggul yang sudah dilepas dan memiliki beberapa ciri-ciri  morfologis mirip dengan varietas Bululawang sebagaimana dimaksud antara lain: varietas Cening, VMC 76-16, VMC 86-550, HW Merah, NX 01, NX 02 dan NX 04.

Varietas Cening dilepas pada tahun 2010 dan proses pelepasannya melalui pemutihan, sehingga tidak jelas diketahui asal usul tetuanya. Varietas VMC 76-16 dan VMC 86-550 adalah varietas introduksi dari Philipina, yaitu hasil pertukaran varietas pada CFC/ISO/20 Project Tahun 2000-2005, sehingga juga tidak disebutkan kedua tetuanya. Sedangkan Varietas HW Merah merupakan varietas lokal yang ditemukan pertama dan berkembang di daerah Asembagus kabupaten Situbondo. Varietas ini juga tidak diketahui jelas asal usulnya sehingga tidak dapat diketahui bagaimana hubungan kekerabatan dengan varietas Bululawang. Sementara itu varietas NX 01, NX 02 dan NX 04 adalah varietas yang diusulkan oleh PTPN X. Untuk NX 01 dan NX 02 juga tidak di dapat informasi kekerabatannya terhadap Bululawang. Sementara untuk NX 04 adalah hasil persilangan antara VMX 7616 dengan PSDK 923

  1. PENERAPAN IDENTIFIKASI VARIETAS TEBU OLEH  PBT

Untuk pelaksanakan identifikasi varietas tebu di lapangan khususnya dalam rangka sertifikasi benih, diperlukan beberapa persiapan. Persiapan pertama adalah dengan mempelajari bagian-bagian tanaman tebu (organ) khususnya pada bagian daun, batang dan mata tunas. Organ tersebut tersusun dari bagian-bagian lebih rinci yang mempunyai karakter tertentu (bentuk/ ukuran/ kedudukan/ sifat/ warna) dan dapat digunakan sebagai penciri dari setiap varietas Persiapan selanjutnya adalah membaca, mempelajari dan menghapalkan ciri ciri morfologi varietas tebu sesuai Deskripsi Varietas yang termuat dalam SK Pelepasan Varietas yang saat ini sedang banyak dikembangkan dilapangan.

Untuk kebutuhan pemeriksaan lapang dalam rangka sertifikasi benih tebu, seorang PBT tidak harus mengidentifikasi semua karakter tebu, cukup beberapa karakter (3–5 karakter) yang mengarah pada kesesuaian varietas yang diidentifikasi. Karakter tersebut dapat berupa karakter unik atau karakter lain yang mudah diamati sehingga hasil pembacaan beberapa karakter tersebut mampu menunjukkan kesesuaian atau ketidak sesuaian terhadap ciri-ciri (deskripsi) varietas yang dimaksud.

Setelah diperoleh didapatkan kepastian/ kebenaran varietas terhadap kebun yang diperiksa, maka langkah selanjutnya adalah melakukan identifikasi untuk mengetahui  apakah terdapat campuran varietas lain (CVL) di dalam kebun tersebut, selanjutnya juga mengetahui varietas apa saja yang menjadi komponen CVL dan berapa besaran persentase CVL di dalam kebun. CVL bisa terdiri dari 1 (satu) varietas atau lebih, namun untuk total persentase campuran varietas lain pada kebun adalah tergantung jenjang kebun yang diperiksa. Untuk jenjang Kebun Benih Nenek (KBN) sebesar 0%, Kebun Benih Ibu (KBI) maksimal 2% dan untuk Kebun Benih Datar (KBD) maksimal 5%.

Apabila hasil identifikasi varietas di lapangan terhadap kebun benih sumber tebu diketahui sesuai dengan deskripsi varietas, dan hasil identifikasi terhadap campuran varietas lain berada pada batas toleransi persyaratan standar mutu benih tebu, maka dapat dinyatakan bahwa mutu genetis pada kebun tersebut memenuhi syarat.

Mengingat semakin banyaknya varietas yang mempunyai kemiripan dengan varietas Bululawang, maka pelaksanaan identifikasi dalam rangka sertifikasi kebun benih sumber tebu, harus dilaksanakan dengan tepat dan cermat agar diperoleh hasil yang akurat. Untuk itu, seorang PBT harus memahani determinasi (pembeda) antara varietas Bululawang dengan varietas lain yang mirip dengan varietas Bululawang. Berikut ini beberapa determinasi yang Penulis peroleh dari SK pelepasan Varietas dan narasumber pada Induction Trainning bulan Pebruari 2023 lalu:

  1. Antara Bululawang dengan turunannya
  2. Bentuk mata tunas pada varietas Bululawang lebih tegas menunjukan bentuk segitiga. Warna daun lebih pucat (kekuningan) dibandingkan turunannya. Daun lebih tegak (errec)dengan ukuran daun lebih sempit
  3. Bentuk mata varietas AAS cenderung ke bentuk bulat telur dengan ukuran mata paling kecil bila dibandingkan varietas Bululawang, ASA dan AMS
  4. Bentuk mata varietas ASA berbentuk segitiga agak sedikit lonjong dengan ukuran hampir sama dengan varietas Bululawang
  5. Bentuk mata varietas AMS mirip dengan varietas Bululawang tetapi ukuran mata lebih besar dan menonjol..Warna batang lebih cerah dibandingkan BL dan turunan lainnya.
  6. Bentuk mata varietas NXI 4T agak bulat atau menuju ke oval, warna batang keunguan, alur mata dangkal dan rambut jambul lebih pendek daripada varietas Bululawang.
  • Antara Bululawang dengan varietas lain yang tidak sekerabat
  1. Determinasi antara varietas Cenning dengan varietas Bululawang
  2. Warna batang ungu kecoklatan ; Bululawang berwarna coklat kemerahan
  3. Lapisan lilin lebih tebal dari Bululawang.
  4. Telinga daun tegak : Bululawang serong
  5. Bentuk mata bulat ; Bululawang segitiga
  6. alur mata sempit – dangkal dan tidak mencapai tengah ruas ; Bululawang lebar, dalam dan mencapai tengah ruas
  • Determinasi antara varietas VMC 7616 dengan varietas Bululawang
  • Warna batang merah keunguan (saat terpapar sinar matahari) ; Bululawang berwarna coklat kemerahan
  • Lapisan lilin lebih tipis dari Bululawang.
  • Telinga daun sedang dan serong : Bululawang lemah– sedang, serong
  • Bentuk mata bulat telur ; Bululawang segitiga
  • alur mata sempit tidak mencapai tengah ruas ; Bululawang lebar, dalam dan mencapai tengah ruas
  • Bulu bidang punggung sedikit/ jarang dengan posisi rebah : Bululawang lebat condong
  • Determinasi antara varietas VMC 86-550 dengan varietas Bululawang
  • Warna batang merah ungu kecoklatan ; Bululawang berwarna coklat kemerahan
  • Lapisan lilin sedang-kuat : sama dengan Bululawang.
  • Telinga daun lemah : Bululawang lemah– sedang, serong
  • Bentuk mata bulat ; Bululawang segitiga
  • alur mata ada ; Bululawang lebar, dalam dan mencapai tengah ruas
  • lengkung daun < ¼ : sedangkan Bululawang < ½
  • Determinasi antara varietas HW Merah dengan varietas Bululawang
  • Warna batang ungu kemerahan ; Bululawang berwarna coklat kemerahan
  • Telinga daun kuat, serong : Bululawang lemah– sedang, serong
  • Bentuk mata segitiga sama dengan Bululawang
  • alur mata sempit, dangkal dan tidak mencapai tengah ruas ; Bululawang lebar, dalam dan mencapai tengah ruas
  • letak mata di atas bekas pangkal pelepah daun : atas bekas pangkal pelepah daun
  • Determinasi antara varietas NX 01 dengan varietas Bululawang
  • Warna batang merah keunguan (saat terpapar sinar matahari) ; Bululawang berwarna coklat kemerahan
  • Lapisan lilin sedikit lebih tebal dari Bululawang.
  • Telinga daun serong menuju tegak : Bululawang serong
  • Bentuk mata bulat  ; Bululawang segitiga
  • alur mata tidak ada ; Bululawang lebar, dalam dan mencapai tengah ruas
  • Determinasi antara varietas NX 02 dengan varietas Bululawang
  • Warna batang merah keunguan s/d ungu kecoklatan (saat terpapar sinar matahari) ; Bululawang berwarna coklat kemerahan
  • Lapisan lilin tipis ; Bululawang sedang – kuat.
  • Bulu bidang punggung sedikit sekali (hampir tidak ada) : Bululawang lebat
  • Alur mata lemah, dangkal terletak pada bagian tengah batang : Bululawang  kuat, dalam, posisi dari atas mata hingga melebihi tengah ruas
  • Bentuk mata bulat  telur ; Bululawang segitiga
  • Ukuran daun lebar ; Bululawang sedang
  • Bentuk ruas konis ; Bululawang silindris
  • Determinasi antara varietas NX 04 dengan varietas Bululawang
  • Warna batang coklat kemerahan (saat terpapar sinar matahari) ; Bululawang berwarna coklat kemerahan
  • Bulu bidang punggung tidak ada : Bululawang lebat
  • Alur mata ada, dangkal tidak pada semua ruas : Bululawang  kuat, dalam, posisi dari atas mata hingga melebihi tengah ruas
  • Telinga daun tegak ; Bululawang serong
  • Bentuk mata bulat  telur ; Bululawang segitiga
  • Rambut jambul tidak ada ; Bululawang ada
  1.   PENUTUP

Proses pelepasan varietas tanaman tebu sampai saat ini masih terus berlangsung, dengan demikian varietas tebu cenderung akan semakin bertambah. Pertambahan jumlah varietas tersebut merupakan tantangan bagi pelaksanaan tugas seorang PBT, khususnya pada saat pelaksanaan sertifikasi kebun benih sumber tebu. Untuk menjawab tantangan tersebut seorang PBT diharapkan selalu mengikuti perkembangan varietas unggul baru, mempelajari, mengamati dan berlatih di lapangan. Demikian semoga tulisan populer ini bermanfaat bagi banyak pihak, khususnya  PBT di wilayah kerja BBPPTP Surabaya.

PUSTAKA

.Anonim. 2015. Produksi, Sertifikasi, Pengawasan dan Peredaran Benih Tanaman Tebu (Saccharum officinarum,sp). Keputusan Menteri Pertanian Nomor 318 Tahun 2015Kementerian Pertanian RI. Jakarta.

Anonim. 2023. Katalog Varietas Tebu Unggul. Pusat Penelitian PTPN XI. Sukosari – Lumajang. 22 p.

Anonim. 2023. Pengenalan Varietas Tebu. Pusat Penelitian Tebu PTPN XI Jengkol. Kediri.

Bambang Heliyanto. 2018. Pengenalan Varietas Tebu. Materi Magang Perbenihan Tebu. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balittas. Malang.


Bagikan Artikel Ini  
[Sassy_Social_Share style="display:inline-block; margin-left:140px;"]

Mentan SYL Minta Gapki Perkuat Industri Sawit dan Perkokoh Ekonomi Nasional

Diposting        Oleh    Admin Balai Surabaya



Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) menegaskan pentingnya industri kelapa sawit bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Menurut SYL, industri sawit adalah salah satu yang menopang laju ekspor Indonesia disaat semua negara mengalami krisis global.

Apalagi, selama ini, sawit juga merupakan andalan sekaligus kebanggaan bangsa Indonesia. Hal tersebut disampaikan SYL saat mendampingi Wapres Maruf Amin dalam pengukuhan pengurus Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) di Istana Wakil Presiden, Jakarta.

“Saya katakan sawit itu adalah kebanggan Indonesia karena disaat dunia menghadapi covid, pertanian tetap menjadi bantalan ekonomi. Ekspor kita tahun 2020 tumbuh di atas 15 persen. Tentu salah satunya dari sawit. Tapi yang paling penting target PSR kita jalan. 180 ribu ha dalam setahun itu harus kita kejar untuk kepentingan bangsa yang lebih luas,” kata SYL, Rabu, 12 April 2023. SYL mengatakan, saat ini program peremajaan sawit rakyat kurang lebih mencapai 16 juta hektare. Dari luasan tersebut sebagian di antaranya harus segera dilakukan replenting agar produksi sawit nasional tidak terjadi penurunan.

“Yeng kedua sawit itu bisa menjadi biodisel, bisa menjadi pakan dan bisa menjadi macam macam. Kita dorong yuk. Dan saya bersama Gapki akan merancang menuju 1000 triliun hasil ekspor perkebunan,” katanya.

Ketua Umum Gapki, Edi Martono menyampaikan terimakasih atas perhatian Wapres dan Menteri Pertanian dalam memaksimalkan potensi sawit untuk kepentingan bangsa. Dia mengaku siap mendukung program PSR yang lebih masif di seluruh Indonesia.

“Apalagi selama ini Industri sawit telah menjadi komoditi andalan pemerintah. Tahun 2022 pangsa produksi kita capai 55 persen, pangsa ekspor 50 persen sehingga sawit Indonesia dalam memenuhi kebutuhan dunia sangat penting,” jelasnya.

Sebelumya, Wakil Presiden RI, KH Maruf Amin juga mendorong Gapki untuk mempercepat program peremajaan sawit rakyat atau PSR sebagai upaya bersama dalam membuka hambatan akses pasar di negara tujuan ekspor. Dengan begitu, kata Wapres, produksi sawit nasional terus berkembang dan berkelanjutan.

“Saya berharap Gapki menjadi ujung tombak dalam melakukan percepatan program peremajaan sawit, kemudian mengantisipasi kampanye negatif sawit,” katanya.

Wapres mengatakan, industri sawit merupakan industri yang sangat penting dalam menopang ekonomi nasional. Karena itu, Gapki juga harus memperkuat kemitraan bersama masyarakat serta melakukan pendampingan ISPO dan memaksimalkan program CSR bersama para santri di pesantren seluruh Indonesia.

“Saya minta Gapki memperkuat kemitraan bersama rakyat, melakukan pendampingan ISPO, memaksimalkan program CSR dan kolaborasi dengan pondok pesantren,” jelasnya.

Sumber DITJEN PERKEBUNAN

https://ditjenbun.pertanian.go.id/mentan-syl-minta-gapki-perkuat-industri-sawit-dan-perkokoh-ekonomi-nasional/


Bagikan Artikel Ini  
[Sassy_Social_Share style="display:inline-block; margin-left:140px;"]

IKM Maret 2023

Diposting     Rabu, 05 April 2023 10:04 am    Oleh    Admin Balai Surabaya



Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) adalah data dan informasi tentang tingkat kepuasaan masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran secara kuantitatif dan kualitatif atas pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari aparatur penyelenggara pelayanan publik dengan membandingkan antara harapan dan kebutuhannya. Pada Januari – Maret 2023 dari 36 orang jumlah responden, apresiaisi pelayanan kepada masyarakat Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya pada penilaian kinerja unit pelayanan sangat baik, mutu pelayanan A dengan nilai IKM 89.22/ 3.570Terimakasih apresiasi yang diberikan, BBPPTP Surabaya akan terus meningkatkan kinerja dan mutu pelayanan.


Bagikan Artikel Ini  
[Sassy_Social_Share style="display:inline-block; margin-left:140px;"]