BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN SURABAYA
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

DINAMIKA POPULASI DAN REKOMENDASI PENGENDALIAN URET Lepidiota stigma SEBAGAI SALAH SATU OPT UTAMA TEBU DI WILAYAH KERJA BBPPTP SURABAYA PERIODE TRIWULAN IV TAHUN 2021

Diposting     Rabu, 31 Agustus 2022 10:08 am    Oleh    Admin Balai Surabaya



DINAMIKA POPULASI DAN REKOMENDASI PENGENDALIAN URET

Lepidiota stigma SEBAGAI SALAH SATU OPT UTAMA TEBU DI WILAYAH KERJA BBPPTP SURABAYA PERIODE TRIWULAN IV TAHUN 2021

Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman yang saat ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Karena tanaman tebu digunakan sebagai bahan baku pembuatan gula. Kebutuhan gula di Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun dan belum mampu dipenuhi hingga saat ini.

Produktivitas tebu merupakan hasil interaksi antara faktor internal tanaman dan lingkungan.  Setelah diperoleh tanaman tebu dengan kualitas potensi produksi yang tinggi, maka produktivitas tebu sepenuhnya tergantung lingkungannya.  Faktor lingkungan yang berperan penting dalam menetukan produktivitas tidak hanya sumberdaya lahan, tetapi juga termasuk usaha pengelolaan sumberdaya lahan, khususnya cara memanipulasi lingkungan sumberdaya lahan yang tersedia untuk  mencapai tingkat potensi lingkungan tumbuh yang paling sesuai untuk pertumbuhan tanaman tebu.  Secara internal, sumberdaya lahan penentu keberhasilan pencapaian tebu untuk mendekati potensinya adalah kesuburan tanah baik secara fisik maupun kimia. Faktor eksternal atau  lingkungan ideal yang berpengaruh terhadap perolehan produktivitas tebu adalah iklim, kesehatan tanaman dan budidaya.  (Anonim, 2009).

Berdasarkan data Triwulan IV tahun 2021 (Tabel 1) diketahui bahwa tanaman tebu terdapat di lima Provinsi di wilayah kerja BBPPTP Surabaya yiatu Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, dan NTB. Hal ini dikarenakan tanaman tebu memerlukan kondisi geografis tertentu dalam sistem budidaya sehingga tidak semua provinsi di wilayah kerja dapat mengembangkan budidaya Tebu.  Data Triwulan IV tahun 2021 menunjukkan wilayah Provinsi dengan budidaya tanaman tebu terluas adalah Provinsi Jawa Timur seluas 170.702,00 Ha, provinsi dengan wilayah terluas kedua adalah Jawa Tengah 41.338,57 Ha, diikuti Provinsi Jawa Barat dengan luas 10.429,00 Ha, Provinsi DIY seluas 2.911,88 Ha dan terakhir Provinsi NTB dengan luas areal tebu 2.060,00 Ha. Sedangkan ketiga provinsi yang tidak terdapat budidaya tanaman Tebu adalah Provinsi Banten, Bali, dan NTT

Tabel 1 . Luas Areal Tebu di Wilayah Kerja BBPPTP Surabaya Periode Triwulan IV Tahun 2021

No. Provinsi LA (ha)
1 Banten 0,00
2 Jawa Barat 10.429,00
3 Jawa Tengah 41.338,57
4 DIY 2.911,88
5 Jawa Timur 170.702,00
6 Bali 0,00
7 NTB 2.060,00
8 NTT 0,00
Total 227.441,45

Uret Lepidiota stigma

Gambar 4.11. Gejala Serangan L. stigma pada Tanaman Tebu

Salah satu hama penting yang menyerang tanaman tebu terutama pertanaman tebu di lahan kering adalah hama Lepidiota stigma yang merupakan hama endemis yang sudah terpantau sejak dekade 70 an. Akibat serangan hama ini menyebabkan penurunan hasil gula sampai 50% (Setyaningsih, 2010). Hama L. stigma menyerang akar serta pangkal tanaman tebu, dan menimbulkan kerusakan pada saat stadia larva, sedangkan stadia kumbang tidak menimbulkan kerusakan pada tebu, karena kebutuhan makanannya hanya untuk memasuki masa perkawinan dan peletakan telur. Dalam sistem klasifikasi, uret termasuk dalam Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Sub Ordo Lamellicornia, Famili Scarabidae, Sub Famili Melolonthinae, Genus Lepidiota, dan Spesies Lepidiota stigma (Kalshoven, 1981).

Gejala serangan pada tanaman yang terserang hama L. stigma adalah pada tanaman muda pucuk tanaman menjadi layu, kemudian menguning mirip gejala kekeringan, dan apabila terjadi serangan yang parah dapat menebabkan tanaman mati. Perbedaan antara gejala kekeringan dan gejala akibat serangan L. stigma sangat mudah untuk dilihat. Pada gejala kelayuan akibat kekeringan, kelayuan tampak merata pada areal pertanaman, apabila belum terlambat untuk diberi air, kelayuan berangsur-angsur pulih kembali. Sedangkan pada gejala yang disebabkan oleh serangan L. stigma sifatnya tidak merata dan meskipun sudah diberi air tidak menunjukkan adanya tanda-tanda pulih karena kelayuan tersebut terjadi akibat adanya kerusakan pada akar yang merupakan alat penyerap zat hara dan air dari dalam tanah sehingga pengangkutan zat hara dan air menjadi terhenti (Wiriatmodjo, 1979).

Bagian pangkal tanaman tebu yang terserang L. stigma dapat kehilangan semua akar dan terbentuk rongga-rongga gerekan yang besar pada bagian pangkal batang. Pada tanaman tebu yang sudah tua, gejala yang ditimbulkan akibat serangan L. stigma adalah layunya pucuk tanaman, daunnya mengering, dan akhirnya roboh dan mati (Wiriatmodjo, 1979). Pada umumnya L. stigma menimbulkan kerusakan yang parah pada tanah yang dominan berpasir, tanah dengan keremahan tinggi, dan tanah-tanah berkerikil (Kalshoven, 1981).

Gambar 2: Peta Tingkat Serangan L. stigma  pada Tanaman Tebu Triwulan IV Tahun 2021

Pada pemetaan (gambar 2) menunjukkan serangan L. stigma hanyaterjadi di Provinsi Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur dengan tingkat serangan rendah. Hasil pemetaan tersebut juga sesuai dengan data yang telah ditunjukkan pada tabel Sebaran Serangan OPT Tebu di Wilayah Kerja BBPPTP Surabaya (Tabel 2). Data pada tabel tersebut menunjukkan bahwa luas serangan hama L. stigma tertinggi adalah di Provinsi Jawa Timur dengan luas serangan 820,42 Ha. Dilanjutkan dengan Provinsi Jawa Tengah dengan luas serangan 369,53 Ha dan Provinsi DIY dengan luas serangan 41,00 Ha.

Tabel 4.9. Fluktuasi Luas Serangan L. stigma Triwulan IV 2021 dan Triwulan III 2021

No. Provinsi Luas serangan                L. stigma (Ha) Peningkatan/Penurunan
T-IV 2021 T-III 2021 Luas serangan (Ha)
1 Banten 0,00 0,00 0,00
2 Jawa Barat 0,00 0,00 0,00
3 Jawa Tengah 369,53 366,44 3,09
4 DIY 41,00 8,05 32,95
5 Jawa Timur 820,42 858,80 -38,38
6 Bali 0,00 0,00 0,00
7 NTB 0,00 0,00 0,00
8 NTT 0,00 0,00 0,00
Total 1.230,95 1.233,29 -2,34

Gambar 3 : Perbandingan Luas Serangan L. stigma  pada Tanaman Tebu Triwulan IV Tahun 2021 dan Triwulan III Tahun 2021.

Kondisi tersebut apabila digambarkan dengan Grafik Perbandingan Luas Serangan pada Triwulan IV tahun 2021 dan Triwulan III tahun 2021 (gambar 3). berdasarkan data dan grafik tersebut, diketahui bahwa terjadi penurunan luas serangan L. stigma yang rendah yaitu terjadi penurunan seluas  2,34 Ha. Terjadinya penurunan dengan luasan rendah tersebut mengindikasikan bahwa tetap diperlukan kewaspadaan terhadap peningkatan status keberadaan L. stigma di semua provinsi di wilayah kerja. Penurunan luas serangan terjadi di Provinsi jawa Timur, sedangkan di dua provinsi yang lain terjadi peningkatan luas serangan.

Tabel 4 Perbandingan Luas Serangan L. stigma Triwulan IV 2021 dan Triwulan IV 2020

No. Provinsi Luas serangan L. stigma (Ha) Peningkatan/Penurunan
T-IV 2021 T-IV 2020 Luas serangan (Ha)
1 Banten 0,00 0,00 0,00
2 Jawa Barat 0,00 0,00 0,00
3 Jawa Tengah 369,53 303,75 65,78
4 DIY 41,00 30,50 10,50
5 Jawa Timur 820,42 883,09 -62,67
6 Bali 0,00 0,00 0,00
7 NTB 0,00 0,00 0,00
8 NTT 0,00 0,00 0,00
Total 1.230,95 1.217,34 13,61

Gambar 4 : Perbandingan Luas Serangan L. stigma  pada Tanaman Tebu Triwulan IV Tahun 2021 dan Triwulan IV Tahun 2020.

Berbeda dengan kondisi perbandingan luas serangan pada periode Triwulan IV dan III Tahun 2021 yang mengalami penurunan luas serangan, pada perbandingan luas serangan Triwulan IV Tahun 2021 dan Triwulan IV Tahun 2020 menunjukkan terjadinya peningkatan luas serangan. Peningkatan yang terjadi adalah seluas    13,61 Ha atau hanya sekitar 1,12%, dengan luas peningkatan tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Tengah seluas 65,78 Ha. Data di Provinsi DIY juga menunjukkan terjadinya peningkatan luas serangan seluas 10,50 Ha. Sedangkan data di provinsi Jawa Timur menunjukkan terjadinya penurunan luas serangan seluas 62,67 Ha. Kondisi tersebut membutuhkan kewaspadaan terjadinya kemungkinan peningktan luas serangan pada periode berikutnya, terutama di wilayah yang menunjukkan terjadinya peningkatan luas serangan.

Tabel 5. Perbandingan Luas serangan dan Luas pengendalian L. stigma

No. Provinsi LS (Ha) LP (Ha) Tingkat Pengendalian (%)
1 Banten 0,00 0,00 0,00
2 Jawa Barat 0,00 0,00 0,00
3 Jawa Tengah 369,53 94,50 25,57
4 DIY 41,00 0,00 0,00
5 Jawa Timur 820,42 75,00 9,14
6 Bali 0,00 0,00 0,00
7 NTB 0,00 0,00 0,00
8 NTT 0,00 0,00 0,00
Total 1.230,95 169,50 13,77

Gambar 5 : Perbandingan Luas Serangan dan Luas Pengendalian L. stigma pada Tanaman Tebu periode Triwulan IV Tahun 2021

Berdasarkan data yang ditunjukkan pada Tabel. 4 dan Gambar. 5 menunjukkan bahwa luas pengendalian yang dilaksanakan untuk mengatasi serangan hama L. stigma di semua wilayah kerja sekitar 169,50 Ha atau hanya 13,77% dari luas serangan yang terjadi. Beberapa tindakan pengendalian yang direkomendasikan adalah:

  1. Analisis Tanah

Analisis tanah perlu dilaksanakan untuk mengetahui kondisi tanah, misalnya kandungan bahan organik tanah, pH tanah, kandungan unsur hara (N, P, K), dan keragaman biota tanah. Dengan mengetahui faktor tersebut dapat diketahui upaya yang perlu dilakukan untuk mencipatakan lingkungan tanah yang kurang sesuai bagi L. stigma (Mudjiono, 2010).

  • Pergiliran Tanaman (Crop Rotation)

Pergiliran tanaman merupakan tahap praktek budidaya yang penting dari pandangan PHT, yaitu dalam upaya memutus siklus hidup hama L. stigma (Mudjiono, 2010). Pergiliran tanaman dilakukan dengan cara mengganti tanaman tebu pada masa tertentu dengan jenis tanaman lain yang kurang disukai L. stigma, antara lain tanaman legumes (Pramono, 2005).

  • Pengolahan Tanah (Tillage)

Pengolahan tanah pada lahan kering sangat spesifik. Pengendalian terhadap hama L. stigma dapat diintegrasikan ke dalam tahapan pengolahan tanah. Pemberian kapur pertanian untuk meningkatkan pH tanah dan pemberian pupuk kandang/ kompos dapat dipadukan dengan pengolahan tanah (Mudjiono, 2010).

  • Pemberian Pupuk Kandang/ Kompos sebagai Pembenah Tanah

     Pemberian pupuk yang telah difermentasi diharapkan dapat meningkatkan keragaman biota tanah sebagai pendukung tersedianya musuh alami bagi L. stigma. (Mudjiono, 2010).

  • Perlakuan Bahan Tanam

     Pemberian mikoriza pada bibit tebu diharapkan dapat membantu perakaran tebu lebih tahan terhadap kekeringan, sehingga dengan demikian diharapkan juga lebih toleran terhadap serangan hama L. stigma.  (Mudjiono, 2010)

  • Pengendalian secara mekanis

     Pengendalian secara mekanis bertujuan untuk menangkap dan membunuh L. stigma secara langsung. Pelaksanaannya biasa dikombinasikan dengan kegiatan lain, misalnya bersamaan dengan pengolahan tanah dan penangkapan imago menggunakan light trap (Pramono, 2010).

  • Pengendalian secara Biologis

     Beberapa mikroorganisme dapat berperan sebagai musuh alami hama L. stigma, antara lain kelompok virus, jamur dan nematoda. Kelompok jamur yang banyak digunakan dalam pengendalian hama L. stigma pada tanaman pangan dan perkebunan adalah Beauveria bassiana, Metarhizium anisopliae, Spicaria sp dan Fusarium nygamai.  Nematoda Entomopatogen (NEP) juga berpotensi sebagai APH L. stigma (Mudjiono, 2010).

  • Aplikasi Pestisida Nabati Serbuk Biji Mimba (SBM)

Serbuk biji mimba (SBM) merupakan alternatif lain komponen pengendalian hama non kimiawi yang berasal dari tumbuhan A. indica. Azadirachtin sebagai bahan aktif utama dalam SBM merupakan senyawa luminoid yang sangat beracun bagi serangga hama fitofagus. (Agus, 2004).

  • Pengendalian secara Kimiawi

Penggunaan insektisida yang berbahan aktif BHC dan insektisida sistemik. Hasil uji insektisida yang mengandung bahan aktif BHC, diazinon, dan kuinalfos dengan dosis masing-masing 10 garam formulasi per lubang tanam (dengan ukuran 1x1x0.6 m3) dapat menyebabkan kematian L. stigma pada kedalaman tanah 10–40 cm sebesar 40%, 22%, dan 18% untuk urutan bahan aktif di atas (Priatno, 1987 dalam Susanto 1992).

  1. Pembuatan Perangkap
  2. Perangkap Telur

Pembuatan lubang tanah yang diisi dengan bahan organik tertentu dapat digunakan sebagai perangkap guna menarik imago hama L. stigma bertelur, sehingga memudahkan dalam mengumpulkan L. stigma untuk dimusnahkan (Mudjiono, 2010).

  • Perangkap Lampu (Light Trap)

Penggunaan lampu perangkap imago yang dimulai sejak periode penerbangan imago diharapkan dapat menekan populasi hama L. stigma, namun penggunaan Light Trap lebih efektif sebagai sarana monitoring, khususnya untuk mengetahui grafik fluktuasi populasi imago L. stigma di lapang (Pramono, 2005).

DAFTAR PUSTAKA

Agus, F dan S. Rahayu. 2004. Mimba (Azadirachta indica) dan Manfaatnya. Pidra. World Agroforestry Centre. Transforming Lives and Landscape.

Anonim, 2009. Faktor yang Berpengaruh terhadap Pola Pertumbuhan Tebu.

https://disbunjatim.co.cc/hamatanamanuretdanboktor.htm.

Kalshoven, L.G.E.. 1981. Pest of Crops in Indonesia. Direvsi dan diterjemahkan oleh P. A. Van der Laan. PT Ichtiar Baru – Van Hoeve. Jakarta. 710 p.

Mudjiono, G. 2010. Model Penerapan PHT Tebu Lahan Kering Kasus Pada Pengelolaan Hama Uret. (Disampaikan pada Pertemuan Kebijakan Perlindungan Perkebunan tahun 2010 tanggal 7-9 Oktober 2010 di Puri Avia Resort Cipayung Bogor).

Pramono, D. 2005. Seri Pengelolaan Hama Tebu Secara Terpadu. Dioma. Malang.

Susanto, E. 1992. Pathogenisitas Cendawan Cordyceps sp. Terhadap Hama Perusak Akar tebu (Lepidiota stigma F.) di Lapang. Karya Ilmiah S1. Departemen Pertahanan Keamanan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Cabang Jawa Timur. Surabaya.

Wiriatrmodjo, Boedijono. 1979. Beberapa Masalah yang Dihadapi dalam Pemberantasan Uret pada Tanaman Tebu. Buletin BP3G. Edisi 77. Hal 1-13.


Bagikan Artikel Ini  

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *