BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN SURABAYA
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

FLUKTUASI SERANGAN Rigidophorus lignosus PADA TANAMAN JAMBU METE DI WILAYAH KERJA BBPPTP SURABAYA DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA OLEH :ERNA ZAHRO’IN dan WAHYU IRIANTO

Diposting     Senin, 26 Juni 2023 10:06 pm    Oleh    Admin Balai Surabaya



Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale L) telah lama dikenal dan dibudidayakan di Indonesia, namun baru saat ini sedang dalam pengembangannya baik oleh perkebunan rakyat maupun oleh perkebunan besar swasta. Selain sebagai tanaman yang produktif jambu mete ini bermanfaat juga sebagai tanaman penghijauan, dan tanaman konservasi dalam rehabilitasi lahan kritis. Karakteristik tanamannya yang mampu tumbuh pada berbagai kondisi lahan marginal, menyebabkan jambu mete sering dipilih sebagai tanaman penghijauan. Untuk tujuan tersebut, maka jambu mete ditanam dengan menggunakan jarak tanam yang rapat 3 x 2 m (1600 pohon/ha), agar tajuknya cepat menutup permukaan tanah (Usman, D. Dan Tjahjana, BE, 2011)

Jambu mete merupakan komoditas yang tak kalah pentingnya dibanding dengan tanaman tahunan lainnya dan merupakan bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia, karena hasil tanaman tersebut dapat dimanfaatkan baik untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri juga sumber devisa negara. Disamping itu juga dapat menyerap tenaga kerja untuk mendorong pertumbuhan pada sentra-sentra ekonomi baru di wilayah pengembangan. Jambu mete merupakan salah satu komoditas yang memiliki nilai strategis dalam pembangunan agribisnis perkebunan, karena sangat terkait dengan sektor industri otomatif (seperti: rem, serbuk friksi, campuran ban, cat, dempul, lak dan lain sebagainya), makanan/ minuman, kosmetik, pestisida nabati dan pakan ternak. Kacang mete di pasar dunia termasuk salah satu produk yang mewah (luxury) dan lebih disukai dibandingkan kacang tanah atau almond. Harga kacangnya (kernel) atau gelondong (nut) mete yang mahal dan cenderung meningkat, baik di pasar domestik maupun internasional mendorong para petani mengembangkan tanaman tersebut secara swadaya. Tanaman jambu mete menghasilkan komoditas ekspor yang memiliki nilai jual yang cukup tinggi dan relatif stabil dibanding komoditas ekspor Indonesia lainnya. Selain gelondong dan kacang mete tanaman tersebut menghasilkan pula minyak laka (Cashew Nut Shell Liquid = CNSL) atau Cairan Kulit Biji Mete (CKBM) dan produk lain yang diolah dari buah semu.

Tanaman jambu mete merupakan tanaman perkebunan yang cocok ditanam di lahan marjinal dan wilayah yang memiliki iklim kering, dimana persyaratan iklim yang diperlukan lebih banyak ditemukan di wilayah Indonesia bagian Timur khususnya di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Di pulau Jawa, tanaman jambu mete juga banyak tumbuh di Jawa Tengah (Jepara, Wonogiri), Jawa Timur (Bangkalan, Sampang, Sumenep, Pasuruan, dan Ponorogo), dan di Yogyakarta (Gunung Kidul, Bantul, dan Sleman). Selain di Provinsi NTT dan NTB, di luar pulau Jawa jambu mete banyak ditanam di Bali (Karangasem) (Ditjenbun, 2012).

Organisme pengganggu tumbuhan terutama hama merupakan salah satu penyebab kematian dan mengakibatkan produktivitas serta mutu menjadi rendah. Pada beberapa daerah sentra produksi Helopeltis merupakan hama yang luas serangannya paling tinggi diikuti oleh S. indecora dan hama lainnya. Beberapa permasalahan telah ditemukan yang menyebabkan hama Helopeltis spp seringkali muncul atau Sanurus menjadi hama baru, diantaranya a). percabangan tanaman yang semakin banyak sehingga tumpang tindih dan mengakibatkan perubahan iklim mikro, b). Helopeltis spp. dan S. indecora mempunyai rentang tanaman inang yang sangat lebar dan berlimpah di lapangan, c). penggunaan insektisida kimia yang berlebihan, d). kurangnya pengetahuan petani mengenai tanaman sela, e). adanya interaksi antara Helopeltis spp, S. indecora dan Delichoderus sp (Karmawati, E. 2008).

Luas Areal Tanaman Jambu Mete

Berdasarkan data Triwulan IV tahun 2022 (Tabel 1) diketahui bahwa tanaman Jambu Mete terdapat di lima Provinsi di wilayah kerja BBPPTP Surabaya. Data Triwulan II tahun 2022 menunjukkan jumlah seluruh luas area Jambu Mete di wilayah kerja BBPPTP Surabaya adalah 273.891,77 Ha. Provinsi dengan budidaya tanaman Jambu Mete terluas adalah Prov. Nusa Tenggara Timur seluas 171.672,77 Ha, selanjutnya Provinsi Jawa Timur seluas     34.220,00 Ha, NTB seluas 32.758,08 Ha, Jawa Tengah seluas 24.206,22 Ha, Bali      10.704,00 Ha, DIY 230 Ha, dan Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi dengan luasan area Jambu mete paling rendah yaitu 101,00 Ha. Sedangkan Provinsi Banten merupakan satu satunya provinsi yang tidak terdapat budidaya jambu mete.

Tabel 1 . Luas Areal jambu Mete di Wilayah Kerja BBPPTP Surabaya Periode Triwulan IV tahun 2022

No. Provinsi Luas Areal (ha)
1 Banten 0.00
2 Jawa Barat 101.00
3 Jawa Tengah 24,206.22
4 DIY 230.00
5 Jawa Timur 34,220.00
6 Bali 10,704.00
7 NTB 32,758.08
8 NTT 171,672.47
Total 273,891.77

Sebaran Serangan OPT Jambu Mete

      Tabel 2 . Sebaran Serangan OPT Jambu Mete di Wilayah Kerja BBPPTP Surabaya Periode Triwulan IV tahun 2022

No. Provinsi Luas Serangan (ha)
    Helopeltis sp. Rigidoporus lignosus Sanurus sp. Cricula trifenestrata Acrocercops syngramma
1 Banten 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
2 Jawa Barat 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
3 Jawa Tengah 81.84 0.00 0.00 122.29 0.00
4 DIY 1.72 0.00 0.00 0.00 0.00
5 Jawa Timur 0.00 0.00 0.00 6.82 0.00
6 Bali 19.14 60.39 0.00 0.00 0.00
7 NTB 479.75 37.14 198.02 0.00 222.11
8 NTT 78.70 9.10 0.00 7.36 0.00
  Total 661.15 106.63 198.02 136.47 222.11

Tabel 2 menunjukkan sebaran serangan OPT tanaman Jambu Mete di wilayah kerja BBPPTP Surabaya.  OPT dengan luas serangan tertinggi adalah adalah serangan hama kepik penghisap buah atau Helopeltis sp. seluas 1661.15 Ha, diikuti serangan Ulat Kipat atau Acrocercops syngramma seluas 222.11 Ha. Luas serangan OPT yang menempati urutan ketiga adalah serangan Sanurus sp. seluas 198.02 Ha, diikuti serangan  Cricula trinifestrata   seluas 136.47 Ha, dan terakhir adalah serangan seluas Rigidiporus lignosus 106.63 Ha.  

Rigidophorus lignosus

R. lignosus adalah jamur yang menyerang akar tunggang maupun akar lateral. Jamur ini dapat mengakibatkan kematian tanaman dengan intensitas yang sangat tinggi terutama pada tanaman karet yang berumur 2-4 tahun.Serangan dapa terjadi mulai pada pembibitan, TBM sampai TM. Pada permukaan akar terserang  ditumbuhi benang-benang jamur berwarna putihdan pipih menyerupai akar rambut. Benang-benang tersebut menempel kuat pada akar dan sulit dilepas.Akar tanaman yang sakit akhirnya membusuk, lunak berwarna coklat.Gejala ini baru terlihat apabila daerah perakaran dibuka. Membusuknya akar diduga karena rusaknya struktur  kimia kulit dan kayu akibat enzim yang dihasilkan jamur. Selain dapat menyerang secara akut, R. lignosus dapat pula menyerang secara kronis pada tanaman yang telah tua. Gejala serangan secera kronis tersebut tidak tampak jelas dan baru terlihat  apabila dibonkar sebagian akarnya telah ditumbuhi rizomorfa jamur.

Gejala dari serangan penyakit ini adalah :

  • Mati mendadak seperti tersiram air panas pada musim penghujan
  • Terbentuk buah lebih awal pada tanaman muda yang seharusnya belum waktunya berbuah dan bertajuk tipis
  • Daun berwarna hijau gelap, kusam dan keriput, permukaan daun menelungkup
  • Apabila perakaran dibuka maka pada permukaan akar terdapat benang-benang berwarna putih kekuningan dan pipih menyerupai akar rambut yang menempel kuat dan sulit dilepas. Gejala lanjut akar membusuk, lunak dan berwarna coklat (Lilian, 2012).

Gambar 1. Peta Tingkat Serangan R. lignosus pada Jambu Mete Periode Triwulan IV Tahun 2022 di Wilayah Kerja BBPPTP Surabaya

            Hasil pemetaan (Gambar 6.6) menunjukkan serangan R. lignosus tersebar di tiga provinsi di wilayah kerja yaitu Provinsi Bali, NTB, dan NTT dengan tingkat serangan rendah di bawah 2%. Sedangkan di keempat provinsi yang lain yaitu Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur menunjukkan aman dari serangan penyakit  tersebut. Data di Provinsi Banten menunjukkan tidak terdapat data area budidaya Jambu Mete, oleh karena itu juga tidak ditemukan data serangan R. lignosus.

Tabel 3 Fluktuasi luas serangan R. lignosus pada Jambu mete Periode Triwulan IV tahun 2022 dan triwulan III Tahun 2022 di Wilayah Kerja BBPPTP Surabaya  

No. Provinsi Luas serangan               R. lignosus (Ha) Peningkatan/ Penurunan Peningkatan/ Penurunan
T-IV 2022 T-III 2022 Luas serangan (Ha) Luas serangan (%)
1 Banten 0.00 0.00 0.00 0.00
2 Jawa Barat 0.00 0.00 0.00 0.00
3 Jawa Tengah 0.00 0.00 0.00 0.00
4 DIY 0.00 0.00 0.00 0.00
5 Jawa Timur 0.00 0.00 0.00 0.00
6 Bali 60.39 226.62 -166.23 -73.35
7 NTB 37.14 47.58 -10.44 -21.94
8 NTT 9.10 21.90 -12.80 -58.45
Total 106.63 296.10 -189.47 -63.99

 Gambar 2.  Grafik Perbandingan luas serangan R. lignosus pada Jambu Mete di Wilker BBPPTP Surabaya Periode Triwulan IV Tahun 2022 dan Triwulan III Tahun 2022

Berdasarkan data pada tabel 3 dan gambar 2, perbandingan luas serangan R. lignosus pertode Triwulan IV tahun 2022 menunjukkan terjadinya penurunan luas serangan  seluas 189.47 Ha atau sekitar 63.99 % apabila dibandingkan luas serangan pada periode Triwulan III Tahun 2022. Penurunan luas serangan di tiga provinsi yang terdapat serangan       R. lignosus. Kondisi tersebut dimungkinkan karena kondisi iklim di sekitar area pertanaman jambu mete yang kurang sesuai untuk perkembangan OPT terutama golongan jamur, dan juga telah dilaksanakannya tindakan pengendalian.

Tabel 4. Fluktuasi luas serangan R. lignosus pada Jambu mete Periode Triwulan IV Tahun 2022 dan triwulan IV Tahun 2021 di Wilayah Kerja BBPPTP Surabaya

No. Provinsi Luas serangan               R. lignosus (Ha) Peningkatan/ Penurunan Peningkatan/ Penurunan
T-IV 2022 T-IV 2021 Luas serangan (Ha) Luas serangan (%)
1 Banten 0.00 0.00 0.00 0.00
2 Jawa Barat 0.00 0.00 0.00 0.00
3 Jawa Tengah 0.00 0.00 0.00 0.00
4 DIY 0.00 0.00 0.00 0.00
5 Jawa Timur 0.00 0.00 0.00 0.00
6 Bali 60.39 84.70 -24.31 -28.70
7 NTB 37.14 555.00 -517.86 -93.31
8 NTT 9.10 17.30 -8.20 -47.40
Total 106.63 657.00 -550.37 -83.77

Gambar 3 Grafik Perbandingan luas serangan R. lignosus pada Jambu Mete di Wilker BBPPTP Surabaya Periode Triwulan IV Tahun 2022 dan Triwulan IV Tahun 2021

Hampir sama dengan kondisi yang ditunjukkan pada perbandingan luas serangan      R. lignosus periode Triwulan IV dan triwulan III tahun 2022, pada perbandingan luas serangan periode Triwulan IV Tahun 2022 dan triwulan IV Tahun 2021 juga menunjukkan terjadinya penurunan luas serangan. Penurunan luas serangan yang terjadi seluas 550.37 Ha atau sekitar  83.77 %. Penurunan luas serangan juga terjadi di tiga provinsi yang terdapat serangan       R. lignosus. Penurunan luas serangan tertinggi terjadi di Provinsi Bali, NTB dan NTT.

Tabel 5. Perbandingan luas serangan dengan luas pengendalian R.lignosus periode triwulan IV tahun 2022 di wilayah Kerja BBPPTP Surabaya

No. Provinsi LS (Ha) LP (Ha)
1 Banten 0.00 0.00
2 Jawa Barat 0.00 0.00
3 Jawa Tengah 0.00 0.00
4 DIY 0.00 0.00
5 Jawa Timur 0.00 0.00
6 Bali 60.39 60.39
7 NTB 37.14 0.00
8 NTT 9.10 4.25
Total 106.63 64.64

Gambar 4 Grafik Perbandingan luas serangan dengan luas pengendalian R. lignosus pada Jambu mete di Wilayah Kerja BBPPTP Surabaya periode triwulan IV tahun 2022

Berdasarkan data dan grafik di atas, diketahui bahwa luas pengendalian yang dilaksanakan seluas 64,64 Ha atau sekitar 60,62  % dari seluruh luas serangan yang terjadi. Tindakan pengendalian paling luas dilaksanakan di Provinsi Bali sebesar 100%, atau dilaksanakan di seluruh wilayah yang terdapat serangan R. lignosus.

Beberapa rekomendasi pengendalian yang dapat dilaksanakan antara lain:

Untuk pencegahan;

  1. Menanam tanaman penutup tanah jenis kacang-kacangan, minimal satu tahun lebih awal dari penanaman
  2. Sebelum penanaman lubang tanam ditaburi biakan jamur Trichoderma harzianum yang dicampur dengan kompos sebanyak 200 gr/lubang tanam ( 1 kg T. harzianum dicampur dengan 50 kg kompos/pupuk kandang)
  3. Lubang penanaman diberi belerang 100-200 gr /lubang
  4. Disekitar tanaman muda yang berumur dari 2 tahun ditanami tanaman antagonis antara lain lidah mertua, kunyit dan lengkuas

Untuk pengendalian pada areal yang sudah terserang;

  1. Pada serangan ringan masih dapat diselamakan dengan cara membuka perakaran  dengan membuat lubangtanam 30 cm disekitar leher akar dengan kedalaman sesuai serangan jamur,
  2. Permukaan akar yang ditumbuhi jamur dikerok dengan alat yang tidak melukai akar. Bagian akar yang busuk dipotong dan dibakar. Bekas kerokan dan potongan diberi “ter” dan ‘lzal” kemudian seluruh permukaan akar dioles dengan fungisida yang direkomendasikan
  3. Setelah luka mengering, seluruh perakaran ditutup kembali dengan tanah
  4. Empat tanaman disekitar tanaman yang sakit ditaburi dengan T. harzianum dan pupuk
  5. Tanaman yang telah diobati diperiksa kembali 6 bulan setelah penglesan dengan membuka perakaran, apabila masih terdapat benang jamur maka dikerok dan dioles dengan fungisida kembali
  6. Pengolesan dan penyiraman akar dengan fungisida dilakukan setiap 6 bulan sampai tanaman sehat
  7. Tanaman yang terserang berat atau telah mati/tumbang harus segera dibongkar, bagian pangkal batang dan akarnya dikubur diluar areal pertanaman, menggunakan wadah agar tanah yang terikut tidak tercecer d i dalam kebun
  8. Bekas lubang dan 4 tanaman disekitarnya ditaburi 200 gr campuran Trichoderma sp. dengan pupuk kandang 200 gr/lubang atau tanaman (Petani hebat, 2014)

Bagikan Artikel Ini  

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *