BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN SURABAYA
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Identifikasi Kelapa Lokal Upat-Upat Magelang untuk Pengembangan Varietas Unggul Kelapa Dalam Oleh: Badrul Munir, S.TP, M.P

Diposting     Selasa, 03 Januari 2023 02:01 pm    Oleh    Admin Balai Surabaya



Pendahuluan

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki sumberdaya hayati yang sangat beragarn dan sering dinyatakan sebagai negara yang memiliki “mega-bioofiversity“. Keanekaragaman hayati ini adalah rahmat karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia, yang merupakan sumber plasma nutfah dan dapat dimanfaatkan untuk merakit varietas unggul masa depan yang sangat penting untuk mendukung pernbangunan ekonomi sektor pertanian pada khususnya dan pembangunan nasional pada umumnya.

Kekayaan plasma nutfah merupakan sumber daya alam keempat disamping sumber daya air, tanah dan udara yang sangat penting untuk dilestarikan. Pelestarian plasma nutfah sebagai sumber daya genetik akan menentukan keberhasilan program pembangunan pertanian yang berkelanjutan. Bagi Indonesia, plasma nutfah merupakan sumber daya yang memiliki arti ekonomi dan sosial yang sangat penting. Banyak jenis tanaman yang mempunyai makna global dan nasional berasal dari Indonesia seperti lada hitam, kelapa, cengkeh, tebu, jenis-jenis jeruk, dan buah-buahan tropik lainnya. Melimpahnya keanekaragaman flora tersebut merupakan potensi sumber daya genetik yang dapat menghasilkan klon/varietas unggul perkebunan, disamping juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bio-fuel, bio-pesticide, bio-fertilizer atau untuk tujuan komersial lainnya.

Eksplorasi terhadap komoditas spesifik perkebunan yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif sangat penting untuk mendukung pengembangan varietas unggul nasional. Eksplorasi adalah kegiatan identifikasi klon yang diduga dan diyakini oleh masyarakat setempat memiliki keunggulan-keunggulan tertentu seperti: umur berproduksi yang cepat/genjah, produktifitas yang tinggi, tahan/toleran terhadap serangan OPT, tahan terhadap cekaman lingkungan/kekeringan, kandungan minyak yang tinggi, ataupun ukuran buah yang sangat besar. Langkah selanjutnya adalah mengamati secara seksama apakah keunggulan tersebut dapat terbukti secara nyata di lapangan dan pengujian.

Determinasi adalah suatu proses penentuan terhadap kebenaran suatu varietas/klon. Apabila varietas/klon tersebut sama dengan lokal lain harus diteliti sejauh mana kesamaannya dan jika benar sama maka pemberian nama harus dipilih dari yang terluas penyebarannya. Sebagai instrumen/alat dalam melakukan determinasi maka diperlukan deskripsi varietas.

Deskripsi varietas adalah pengenalan varietas yang lebih mendalam meliputi: asal usul, silsilah, habitus tanaman, batang utama, percabangan, bentuk daun, warna daun tua, warna daun muda, permukaan daun, panjang daun, lebar daun, panjang tangkai daun, bentuk bunga, type rangkaian bunga, warna bunga muda, warna bunga masak, warna mahkota bunga, bentuk buah, warna buah matang, potensi produksi per pohon, dan kadar minyak astiri.

Identifikasi Sebagai Upaya Penemuan Varietas Unggul Baru

Salah satu tugas dan fungsi bidang perbenihan BBPPTP Surabaya adalah melakukan identifikasi klon unggul lokal/harapan. Identifikasi klon unggul lokal/harapan dilakukan dengan cara eksplorasi terhadap klon unggul lokal yang berkembang di suatu wilayah dalam rangka pemanfaatan untuk pelepasan varietas unggul baru. Salah satu klon unggul lokal yang memiliki keunggulan dan keunikan adalah kelapa dalam upat-upat Magelang. Kelapa dalam upat-upat memiliki karakteristik yang unik, karena buahnya yang besar – besar juga produksinya banyak.

Kegiatan identifikasi dilaksanakan di Desa Banyuadem, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang. Desa Banyuadem, Kecamatan Srumbung, merupakan salah satu desa penghasil kelapa di Kabupaten Magelang. Berdasarkan penuturan Bapak Supriyadi, Kepala Desa sekaligus ketua Gapoktan, Desa Banyuadem yang berada pada ketinggian 450 m dpl menyimpan potensi hayati berupa kelapa dalam jenis Upat-upat, yaitu kelapa dengan ukuran lebih besar dan berdaging buah lebih tebal jika dibandingkan dengan kelapa dalam pada umumnya. Kelapa ini sudah lama dibudidayakan secara turun temurun oleh masyarakat Desa Banyuadem. Melihat potensi tersebut maka Pemerintah Desa Banyuadem berniat untuk mengembangkan kelapa tersebut untuk menjadi varietas unggul.

Hal tersebut menarik perhatian Pemerintah Kabupaten Magelang untuk menindak lanjuti pengembangan potensi pohon induk kelapa dalam upat-upat di Desa Banyuadem tersebut menjadi varietas unggul. Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang melalui Bidang Perkebunan melakukan  kegiatan identifikasi dan penelitian  pada Blok Penghasil Tinggi (BPT) dan Penetapan Pohon Induk Terpilih (PIT) kelapa Dalam jenis Upat-upat sebagai sumber benih kelapa unggul lokal. Identifikasi dan penelitian pohon induk terpilih tersebut dilaksanakan pada hari Rabu dan Kamis 6-7 Juli 2022. Tim peneliti dan identifikasi dipimpin langsung oleh Prof. Hengky Novarianto dari Balai Penelitian Tanaman (Balit) Palma Manado Kementerian Pertanian RI, sedangkan tim peneliti tersebut beranggotakan antara lain dari Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya 3 orang, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang 4 orang, Balai Perbenihan Tanaman Perkebunan Provinsi Jawa Tengah di Salatiga 3 orang, BPSB Jawa Tengah di Sukoharjo 4 orang, Petugas Penyuluh Lapangan dari BPP Kecamatan Srumbung 5 orang, serta dibantu Perangkat Desa Banyuadem 8 orang.

Evaluasi terhadap PIT dari masing-masing BPT terpilih dilakukan menggunakan metode observasi. Prosedur observasi dilakukan berdasarkan panduan COGENT (Santos ., 1995) dalam Maskromo (2009). Setiap lokasi BPT diamati 30 pohon sampel. Penentuan pohon contoh dila-kukan secara acak dengan sistem diagonal. Pengamatan dilakukan terhadap karakter produksi dan komponen buah yang terdiri dari (Maskromo, 2009): Jumlah tandan/pohon, dengan menghitung mulai mayang terbuka penuh sampai tandan buah terbawah; jumlah buah/tandan dengan menghitung jumlah buah pada tiga tandan dari pelepah terbawah; jumlah buah/pohon/tahun, yakni jumlah tandan/tahun dikalikan rata-rata jumlah buah/tandan; berat buah utuh (g); bentuk buah; bentuk biji (buah tanpa sabut); berat biji; berat biji tanpa air; berat daging buah; tebal daging buah; berat kopra (ditetapkan 50% dari berat daging buah basah)

Pengamatan terhadap data morfologi batang, daun dan bunga dilakukan berdasarkan pedoman COGENT (Santos ., 1995), sebagai berikut : a. Pengamatan lingkar batang dilakukan pada 20 cm dan 150 cm dari permukaan tanah. Disamping itu juga dilakukan pengukuran panjang batang pada 11 bekas daun (sekitar 1 m dari permukaan tanah), b. ; Setiap pohon contoh diambil satu pelepah daun bagian bawah dari mahkota dengan kriteria warna daun masih kehijauan, kemudian diamati bentuk mahkota, warna tangkai daun, panjang rachis, jumlah anak daun dan lebar anak daun, c. ; Setiap pohon contoh diambil satu mayang yang telah terbuka penuh, kemudian diamati warna tangkai bunga, panjang tangkai tandan (cm), diukur dari pangkal sampai spikelet pertama (cm), panjang rangkaian bunga, diukur dari spikelet pertama sampai spikelet terakhir, diameter tandan bunga, diukur dibawah spikelet pertama, lebar tandan bunga, diukur dibawah spikelet pertama, tebal tandan bunga, diukur dibawah spikelet pertama, jumlah tangkai bunga, dihitung dari spikelet yang ada serta jumlah bunga betina, dihitung jumlah seluruh bunga betina dalam satu mayang. Pengamatan terhadap karakter agronomi (karakter hasil kopra dan komponennya) sesuai pedoman COGENT Maskromo (2009).

Hasil observasi lapangan sebelumnya untuk penetapan dan penilaian BPT dan PIT kelapa Dalam Upat-upat di Desa Banyuadem seluas 8 blok yang meliputi Blok 1 Dusun Trolikan, Blok 2 Dusun Cungkup, Blok 3 Dusun Banyuadem, Blok 4 Dusun Bakalan, Blok 5 Dusun Suruh, Blok 6 Dusun Ganden, Blok 7 Dusun Gambrengan, dan Blok 8 Dusun Dadap Wangi. Berdasarkan pedoman COGENT (Santos ., 1995) persyaratan kelayakan pohon induk untuk diambil sebagai sumber benih adalah menghasilkan minimal 12 tandan buah per tahun dengan rata-rata produksi buah 7 butir per tandan dan daging buah > 400 g (Maskromo, 2009). Hasil observasi lapangan yang meliputi 8 Blok tersebut didapatkan populasi sebanyak 365 pohon calon PIT kelapa Dalam jenis Upat-upat dengan kriteria produksi buah 13 hingga 15 buah per tandan dan 9 tandan setiap pohon per tahunnya. Potensi produksi buah dari 365 calon PIT tersebut adalah 47.651  buah per tahun, sehingga dapat digunakan untuk program peremajaan dan pengembangan kelapa di Desa Banyuadem dan desa-desa lain di wilayah Kabupaten Magelang. Hasil observasi juga diketahui bahwa kelapa dalam upat-upat di Desa Banyuadem rata-rata memiliki berat bersih daging buah terendah antara 500 – 750 gram.

Berdasarkan hasil identifikasi dapat dibuat deskripsi varietas Kelapa Dalam Upat-Upat Magelang sebagai berikut :

  1. Tanaman
  • Asal materi genetik      : Desa Banyuadem, Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah
  • Garis Keturunan          : Hasil seleksi dari dua pohon kelapa asal Dusun  Suruh oleh petani Marto Rejo pada tahun 1960 an.
  • Tipe tumbuh                 : Tegak
  • Habitus                          : Tunggal
  • Lingkungan tumbuh    : Lahan kering iklim basah, tumbuh baik di dataran rendah sampai 450 m dpl.
  • Bentuk tanaman          : Tanaman tunggal
  • Bentuk mahkota daun :  Bulat (Spherical)
  • Umur mulai berbunga : 4 tahun
  • Umur mulai panen         

2. Batang

  1. Lingkar batang 20 cm                         : 148 cm (± 18,37 )
  2. Lingkar batang 150 cm                       :  106 cm (± 9,16 )
  3. Panjang 11 bekas daun (cm)            : 117 cm (± 21,16)
  4. Tinggi batang bebas daun (m)          : 11,41 m (± 0,42)

3. Daun

  1. Jumlah pelepah daun (helai)             :   26 (± 3,48 )
  2. Warna pelepah daun                          : Hijau kekuningan
  3. Panjang pelepah daun                       : 154 cm (± 32,38)
  4. Panjang rachis                                     : 464 cm (± 83,07)
  5. Lebar pelepah daun                            :  8,34 cm (± 0,79)
  6. Tebal pelepah daun                            : 3,31 cm (± 0,35 )
  7. Jumlah anak daun                              : 111 helai (± 8,38)
  8. Panjang anak daun                             :  123 cm (± 11,35)
  9. Lebar anak daun                                 :  6,53 cm (± 0,67)

4. Inflorencia

  1. Jumlah tandan bunga/tahun             : 14,63 buah (± 1,33)
  2. Panjang tangkai tandan                     :  38 cm (± 14,86)
  3. Panjang rangkaian bunga                  :  82 cm (± 16,38)
  4. Lebar tangkai tandan                           : 4,97 cm (± 0,72)
  5. Tebal tangkai tandan                           : 2,72cm (± 0,48)
  6. Jumlah spikelet                                     : 38 buah (± 8,90)
  7. Jumlah spikelet denga bunga betina         :  27 (± 10,18)
  8. Panjang spikelet pertam dengan bunga betina (cm)      :  44 cm (± 7,03)
  9. Jumlah bunga betina                           : 36 buah (± 29,53)

5. Buah

  1. Warna buah                                         : Hijau, Merah kecoklatan
  2. Lingkar buah polar                              : 71 cm (± 4,92)
  3. Lingkar buah equatorial                     : 70 cm (± 4,16)
  4. Lingkar biji polar                                 : 46 cm (± 2,76)
  5. Lingkar biji equatorial                          : 46 cm (± 2,72)
  6. Bentuk buah                                         :  Bulat/AlmostRound
  7. Ukuran buah                                        :  Sangat Besar
  8. Bentuk biji                                             :  Bulat/Almost Round
  9. Kopra/butir                                            : 336 g
  10. Berat buah utuh                                   : 2.700 g (± 640)
  11. Jumlah buah/tandan                           : 11 butir (± 2,52 )
  12. Jumlah buah/pohon                            : 164 butir 45,89 )
  13. Estimasi jumlah buah/ha/tahun        : 20.000 butir/ha (123 pohon/ha)

6. Karakter lain yang bermanfaat         : Batang besar dan tegar

7. Toleransi terhadap udara kering      :  Debu gunung Merapi.

8. Ketahanan terhadap hama dan penyakit utama   :  Agak tahan terhadap Oryctes sp, Rynchoporus sp.

9. Daerah Pengembangan                         : Lahan kering iklim basah, tinggi tempat 0-500 m dpl, curah hujan > 15 per tahun dengan bulan kering < 6 bulan kering.

10. Jenis tanah                                             : Vulkanik, lempung berpasir

PENUTUP

Berdasarkan hasil eksplorasi dan identifikasi tersebut, kelapa dalam upat-upat memiliki keunggulan yang sangat baik. Disamping produksi buahnya banyak juga ukuran buah kelapa sangat besar. Maka kelapa dalam upat-upat layak untuk dilakukan pengembangan ke depan dalam rangka pembangunan industri kelapa. Langkah – langkah yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan proses pengajuan pendaftaran varietas lokal ke PVT Kementerian Pertanian, pengajuan pelepasan calon varietas dan pengusulan BPT/PIT sebagai kebun sumber benih kelapa

DAFTAR PUSTAKA

Ditjenbun. 2022. Media Perkebunan edisi Agustus 2022. Jakarta

Hendaryati DD, Arianto Y (2017). Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas Kelapa 2015 – 2017. Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian, Jakarta.

Maskromo I. 2009. Identifikasi Blok Penghasil Tinggi dan Potensi Benih Kelapa Dalam di Provinsi Bali. Buletin Palma. 32: 29-37.

Undang – Undang No 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman. Kementerian Pertanian RI. Jakarta.


Bagikan Artikel Ini  

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *