BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN SURABAYA
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

IDENTIFIKASI VARIETAS BULULAWANG DAN VARIETAS LAIN DENGAN CIRI MORFOLOGIS MIRIP BULULAWANG – PH. Padang,SP.,M.Agr (PBT Ahli Madya)

Diposting     Kamis, 13 April 2023 10:04 am    Oleh    Admin Balai Surabaya



Salah satu butir kegiatan dalam pengawasan benih tanaman yang dilakukan oleh Pengawas Benih Tanaman (PBT) sebagaimana tercantum dalam rician butir-butir pelaksanaan kegiatan PBT adalah melakukan penilaian kesesuaian deskripsi varietas ditingkat lapang. Dasar dari kegiatan penilaian kesesuaian deskripsi varietas ditingkat lapang adalah kegiatan Identifikasi Varietas. Selain digunakan untuk keperluan tersebut, identifikasi varietas juga dapat digunakan untuk beberapa kegiatan pemeriksaan lapang lainnya, yaitu: kegiatan pelepasan varietas unggul/ unggul lokal, penilaian dan pemurnian dalam rangka penetapan kebun benih sumber, evaluasi kebun benih sumber serta kegiatan sertifikasi benih.

Tanaman tebu merupakan salah satu komoditas tanaman perkebunan yang cukup banyak di budidayakan di wilayah kerja BBPPTP Surabaya. Guna mendukung budidaya tebu yang ada, maka kehadiran usaha produksi benih tebu sangat diperlukan. Pelaku usaha produksi benih disebut dengan Produsen Benih.

Pengawasan mutu terhadap benih tebu yang diproduksi oleh produsen benih dilakukan melalui mekanisme sertifikasi benih, yaitu untuk mengetahui apakah benih tersebut telah memenuhi persyaratan standar mutu benih, dan selanjutnya apabila akan diedarkan, benih tebu harus diberi label. Salah satu persyaratan standar mutu benih adalah mutu genetis. Mutu genetis ini diketahui melalui identifikasi varietas tebu di lapangan untuk mengetahui kebenaran varietas. Hal ini penting untuk  diperhatikan karena kebenaran varietas merupakan salah satu dari jaminan mutu yang diberikan oleh BBPPTP Surabaya selaku lembaga/ institusi pengawasan mutu benih tanaman perkebunan.

Pada periode awal munculnya varietas Bululawang, pelaksanaan identifikasi varietas dalam rangka sertifikasi benih tebu tidak mengalami kendala. Hal ini dikarenakan varietas Bululawang mempunyai ciri ciri morfologis yang sangat berbeda dengan varietas-varietas yang sedang dikembangkan saat itu. Varietas tebu yang sedang dikembangkan saat itu sebagian besar berwarna hijau, sedangkan varietas Bululawang berwarna kemerahan sampai dengan keunguan. Pengawas Benih Tanaman saat itu, dapat dengan mudah mengetahui kebenaran varietas dengan melihat warna batang dan mengamati apakah terdapat alur mata pada bagian batang. 

Dengan bertambahnya varietas yang mempunyai ciri-ciri morfologis mirip atau mendekati varietas Bululawang, maka identifikasi varietas dalam rangka sertifikasi benih tebu mulai mengalami kesulitan. Kemiripan tersebut bisa terjadi karena memang varietas tersebut masih memiliki kekerabatan dengan varietas Bululawang, namun ada juga varietas yang tidak memiliki kekerabatan/ tidak jelas kekerabatannya tetapi memiliki beberapa karakter cirii ciri morfologi yang mirip dengan varietas Bululawang, utamanya karakter warna batang dan alur mata.

Melalui media tulisan populer ini, Penulis bermaksud menyampaikan bagaimana seorang Pengawas Benih Tanaman harus mampu menghadapi kendala dan tantangan dalam penyelesaian tugas pada saat melaksanakan sertifikasi benih tebu, khususnya pada beberapa varietas tebu dengan warna batang kemerahan atau mirip dengan varietas Bululawang. Tulisan ini juga didasarkan dari hasil proses berlatih yang diadakan oleh Bidang Perbenihan BBPPTP Surabaya melalui kegiatan Induction Training pada akhir bulan Pebruari 2023, dengan narasumber dari Pusat Penelitian Perkebuna Gula PTPN X Jengkol – Kediri dan Pusat Penelitian Perkebuna Gula PTPN XI Sokosari – Lumajang.

  1. VARIETAS BULULAWANG

Varietas ini merupakan hasil pemutihan varietas dan dilepas sebagai benih bina melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 322/Kpts/SR.120/5/2004. Varietas ini ditemukan pertama kali di wilayah Kecamatan Bululawang, Malang Selatan. Varietas ini lebih cocok pada lahan-lahan ringan (geluhan/liat berpasir) dengan sistem drainase yang baik dan pemupukan N yang cukup.

Potensi bobot tebu dari varietas ini sangat tinggi karena tunas-tunas baru (sogolan) pada varietas ini selalu tumbuh, sehingga apabila sogolan ikut dipanen maka akan menambah bobot tebu secara nyata. Hal ini sejalan dengan tren yang terjadi di petani saat ini, dimana mereka lebih memperhatikan bobot tebu dibanding komponen produktifitas lainnya seperti rendemen dan daya hablur.

Varietas Bululawang mempunyai tipe kemasakan tengah – lambat. Dengan semakin bertambahnya areal penanaman varietas Bululawang maka bahan baku (tebu giling) menumpuk pada pertengahan hingga akhir masa giling. Pada awal masa giling akan sulit didapatkan bahan baku tebu yang siap digiling, yaitu varietas tebu dengan tipe kemasakan awal atau awal – tengah. 

Stake holder dan pemulia tanaman telah berupaya untuk menawarkan varietas-varietas yang sudah ada dan atau varietas unggul baru, dengan potensi yang sama dengan varietas Bululawang tetapi dengan tipe kemasakan yang berbeda. Namun hal tersebut belum maksimal karena petani sudah terlanjut terpikat dengan warna merah dari varietas Bululawang.

Pada periode selanjutnya mulailah upaya penciptaan varietas baru dengan menggunakan tetua varietas Bululawang ataupun varietas lain dengan warna batang kemerahan, kecoklatan hingga keungguan yang mengarah pada warna batang yang dengan varietas Bululawang.

  1. BEBERAPA VARIETAS YANG MIRIP DENGAN VARIETAS BULULAWANG

Terdapat beberapa varietas yang mempunyai kemiripan dengan varietas Bululawang. Kemiripan tersebut terkait dengan warna batang dan keberadaan alur mata pada batang tanaman, bentuk mata serta beberapa lainnya. Kemiripan tersebut diperoleh berdasarkan hubungan kekerabatan dan atau tanpa kekerabatan/ tidak jelas kekerabatannya.

  1.  Kemiripan berdasarkan kekerabatan

Kondisi ini biasa terjadi pada Varietas Turunan Essensial, yaitu varietas yang berasal dari varietas yang telah mendapat hak PVT atau mendapat penamaan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan bukan merupakan varietas turunan esensial sebelumnya. Pada dasarnya varietas ini mempertahankan ekspresi sifat sifat esensial dari varietas asal, tetapi dapat dibedakan secara jelas dengan varietas asal dari sifat-sifat yang timbul dari tindakan penurunan itu sendiri. Varietas turunan esensial sebagaimana dimaksud dapat diperoleh dari mutasi alami atau mutasi induksi, variasi somaklonal, seleksi individu tanaman, silang balik, dan transformasi dengan rekayasa genetika dari varietas asal.

Beberapa varietas turunan essensial yang berasal dari varietas bululawang antara lain: Varietas AAS Agribun, ASA Agribun, AMS Agribun serta NXI 4T. Varietas AAS Agribun, ASA Agribu dan AMS Agribun dihasilkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementan RI melalui metode mutasi induksi. Varietas AAS Agribun dan AMS Agribun merupakan hasil induksi mutasi Bululawang dengan Ethyl Methan Sulfonate, sedangkan varietas ASA Agribun hasil induksi mutasi Bululawang dengan iradiasi sinar gamma. Varietas NXI 4T dihasilkan oleh PTPN NXI melalui metode transformasi gen dengan rekayasa genetika. Hasil dari metode ini biasa disebut dengan Produk Rekayasa Genetika (PRG).

  • Tidak mempunyai kekerabatan/ tidak jelas kekerabatannya

Beberapa varietas tebu memiliki kemiripan dengan varietas Bululawang walaupun tidak terdapat kekerabatan antar keduanya atau karena tidak diketahui jelas tetuanya sehingga tidak dapat ditelusuri kekerabatan antar keduanya. Hal ini dikarenakan varietas Bululawang dilepas dengan model “Pemutihan Varietas” sehingga pada SK Pelepasan Varietas tidak tercantum asal usul tetuanya. Beberapa varietas unggul yang sudah dilepas dan memiliki beberapa ciri-ciri  morfologis mirip dengan varietas Bululawang sebagaimana dimaksud antara lain: varietas Cening, VMC 76-16, VMC 86-550, HW Merah, NX 01, NX 02 dan NX 04.

Varietas Cening dilepas pada tahun 2010 dan proses pelepasannya melalui pemutihan, sehingga tidak jelas diketahui asal usul tetuanya. Varietas VMC 76-16 dan VMC 86-550 adalah varietas introduksi dari Philipina, yaitu hasil pertukaran varietas pada CFC/ISO/20 Project Tahun 2000-2005, sehingga juga tidak disebutkan kedua tetuanya. Sedangkan Varietas HW Merah merupakan varietas lokal yang ditemukan pertama dan berkembang di daerah Asembagus kabupaten Situbondo. Varietas ini juga tidak diketahui jelas asal usulnya sehingga tidak dapat diketahui bagaimana hubungan kekerabatan dengan varietas Bululawang. Sementara itu varietas NX 01, NX 02 dan NX 04 adalah varietas yang diusulkan oleh PTPN X. Untuk NX 01 dan NX 02 juga tidak di dapat informasi kekerabatannya terhadap Bululawang. Sementara untuk NX 04 adalah hasil persilangan antara VMX 7616 dengan PSDK 923

  1. PENERAPAN IDENTIFIKASI VARIETAS TEBU OLEH  PBT

Untuk pelaksanakan identifikasi varietas tebu di lapangan khususnya dalam rangka sertifikasi benih, diperlukan beberapa persiapan. Persiapan pertama adalah dengan mempelajari bagian-bagian tanaman tebu (organ) khususnya pada bagian daun, batang dan mata tunas. Organ tersebut tersusun dari bagian-bagian lebih rinci yang mempunyai karakter tertentu (bentuk/ ukuran/ kedudukan/ sifat/ warna) dan dapat digunakan sebagai penciri dari setiap varietas Persiapan selanjutnya adalah membaca, mempelajari dan menghapalkan ciri ciri morfologi varietas tebu sesuai Deskripsi Varietas yang termuat dalam SK Pelepasan Varietas yang saat ini sedang banyak dikembangkan dilapangan.

Untuk kebutuhan pemeriksaan lapang dalam rangka sertifikasi benih tebu, seorang PBT tidak harus mengidentifikasi semua karakter tebu, cukup beberapa karakter (3–5 karakter) yang mengarah pada kesesuaian varietas yang diidentifikasi. Karakter tersebut dapat berupa karakter unik atau karakter lain yang mudah diamati sehingga hasil pembacaan beberapa karakter tersebut mampu menunjukkan kesesuaian atau ketidak sesuaian terhadap ciri-ciri (deskripsi) varietas yang dimaksud.

Setelah diperoleh didapatkan kepastian/ kebenaran varietas terhadap kebun yang diperiksa, maka langkah selanjutnya adalah melakukan identifikasi untuk mengetahui  apakah terdapat campuran varietas lain (CVL) di dalam kebun tersebut, selanjutnya juga mengetahui varietas apa saja yang menjadi komponen CVL dan berapa besaran persentase CVL di dalam kebun. CVL bisa terdiri dari 1 (satu) varietas atau lebih, namun untuk total persentase campuran varietas lain pada kebun adalah tergantung jenjang kebun yang diperiksa. Untuk jenjang Kebun Benih Nenek (KBN) sebesar 0%, Kebun Benih Ibu (KBI) maksimal 2% dan untuk Kebun Benih Datar (KBD) maksimal 5%.

Apabila hasil identifikasi varietas di lapangan terhadap kebun benih sumber tebu diketahui sesuai dengan deskripsi varietas, dan hasil identifikasi terhadap campuran varietas lain berada pada batas toleransi persyaratan standar mutu benih tebu, maka dapat dinyatakan bahwa mutu genetis pada kebun tersebut memenuhi syarat.

Mengingat semakin banyaknya varietas yang mempunyai kemiripan dengan varietas Bululawang, maka pelaksanaan identifikasi dalam rangka sertifikasi kebun benih sumber tebu, harus dilaksanakan dengan tepat dan cermat agar diperoleh hasil yang akurat. Untuk itu, seorang PBT harus memahani determinasi (pembeda) antara varietas Bululawang dengan varietas lain yang mirip dengan varietas Bululawang. Berikut ini beberapa determinasi yang Penulis peroleh dari SK pelepasan Varietas dan narasumber pada Induction Trainning bulan Pebruari 2023 lalu:

  1. Antara Bululawang dengan turunannya
  2. Bentuk mata tunas pada varietas Bululawang lebih tegas menunjukan bentuk segitiga. Warna daun lebih pucat (kekuningan) dibandingkan turunannya. Daun lebih tegak (errec)dengan ukuran daun lebih sempit
  3. Bentuk mata varietas AAS cenderung ke bentuk bulat telur dengan ukuran mata paling kecil bila dibandingkan varietas Bululawang, ASA dan AMS
  4. Bentuk mata varietas ASA berbentuk segitiga agak sedikit lonjong dengan ukuran hampir sama dengan varietas Bululawang
  5. Bentuk mata varietas AMS mirip dengan varietas Bululawang tetapi ukuran mata lebih besar dan menonjol..Warna batang lebih cerah dibandingkan BL dan turunan lainnya.
  6. Bentuk mata varietas NXI 4T agak bulat atau menuju ke oval, warna batang keunguan, alur mata dangkal dan rambut jambul lebih pendek daripada varietas Bululawang.
  • Antara Bululawang dengan varietas lain yang tidak sekerabat
  1. Determinasi antara varietas Cenning dengan varietas Bululawang
  2. Warna batang ungu kecoklatan ; Bululawang berwarna coklat kemerahan
  3. Lapisan lilin lebih tebal dari Bululawang.
  4. Telinga daun tegak : Bululawang serong
  5. Bentuk mata bulat ; Bululawang segitiga
  6. alur mata sempit – dangkal dan tidak mencapai tengah ruas ; Bululawang lebar, dalam dan mencapai tengah ruas
  • Determinasi antara varietas VMC 7616 dengan varietas Bululawang
  • Warna batang merah keunguan (saat terpapar sinar matahari) ; Bululawang berwarna coklat kemerahan
  • Lapisan lilin lebih tipis dari Bululawang.
  • Telinga daun sedang dan serong : Bululawang lemah– sedang, serong
  • Bentuk mata bulat telur ; Bululawang segitiga
  • alur mata sempit tidak mencapai tengah ruas ; Bululawang lebar, dalam dan mencapai tengah ruas
  • Bulu bidang punggung sedikit/ jarang dengan posisi rebah : Bululawang lebat condong
  • Determinasi antara varietas VMC 86-550 dengan varietas Bululawang
  • Warna batang merah ungu kecoklatan ; Bululawang berwarna coklat kemerahan
  • Lapisan lilin sedang-kuat : sama dengan Bululawang.
  • Telinga daun lemah : Bululawang lemah– sedang, serong
  • Bentuk mata bulat ; Bululawang segitiga
  • alur mata ada ; Bululawang lebar, dalam dan mencapai tengah ruas
  • lengkung daun < ¼ : sedangkan Bululawang < ½
  • Determinasi antara varietas HW Merah dengan varietas Bululawang
  • Warna batang ungu kemerahan ; Bululawang berwarna coklat kemerahan
  • Telinga daun kuat, serong : Bululawang lemah– sedang, serong
  • Bentuk mata segitiga sama dengan Bululawang
  • alur mata sempit, dangkal dan tidak mencapai tengah ruas ; Bululawang lebar, dalam dan mencapai tengah ruas
  • letak mata di atas bekas pangkal pelepah daun : atas bekas pangkal pelepah daun
  • Determinasi antara varietas NX 01 dengan varietas Bululawang
  • Warna batang merah keunguan (saat terpapar sinar matahari) ; Bululawang berwarna coklat kemerahan
  • Lapisan lilin sedikit lebih tebal dari Bululawang.
  • Telinga daun serong menuju tegak : Bululawang serong
  • Bentuk mata bulat  ; Bululawang segitiga
  • alur mata tidak ada ; Bululawang lebar, dalam dan mencapai tengah ruas
  • Determinasi antara varietas NX 02 dengan varietas Bululawang
  • Warna batang merah keunguan s/d ungu kecoklatan (saat terpapar sinar matahari) ; Bululawang berwarna coklat kemerahan
  • Lapisan lilin tipis ; Bululawang sedang – kuat.
  • Bulu bidang punggung sedikit sekali (hampir tidak ada) : Bululawang lebat
  • Alur mata lemah, dangkal terletak pada bagian tengah batang : Bululawang  kuat, dalam, posisi dari atas mata hingga melebihi tengah ruas
  • Bentuk mata bulat  telur ; Bululawang segitiga
  • Ukuran daun lebar ; Bululawang sedang
  • Bentuk ruas konis ; Bululawang silindris
  • Determinasi antara varietas NX 04 dengan varietas Bululawang
  • Warna batang coklat kemerahan (saat terpapar sinar matahari) ; Bululawang berwarna coklat kemerahan
  • Bulu bidang punggung tidak ada : Bululawang lebat
  • Alur mata ada, dangkal tidak pada semua ruas : Bululawang  kuat, dalam, posisi dari atas mata hingga melebihi tengah ruas
  • Telinga daun tegak ; Bululawang serong
  • Bentuk mata bulat  telur ; Bululawang segitiga
  • Rambut jambul tidak ada ; Bululawang ada
  1.   PENUTUP

Proses pelepasan varietas tanaman tebu sampai saat ini masih terus berlangsung, dengan demikian varietas tebu cenderung akan semakin bertambah. Pertambahan jumlah varietas tersebut merupakan tantangan bagi pelaksanaan tugas seorang PBT, khususnya pada saat pelaksanaan sertifikasi kebun benih sumber tebu. Untuk menjawab tantangan tersebut seorang PBT diharapkan selalu mengikuti perkembangan varietas unggul baru, mempelajari, mengamati dan berlatih di lapangan. Demikian semoga tulisan populer ini bermanfaat bagi banyak pihak, khususnya  PBT di wilayah kerja BBPPTP Surabaya.

PUSTAKA

.Anonim. 2015. Produksi, Sertifikasi, Pengawasan dan Peredaran Benih Tanaman Tebu (Saccharum officinarum,sp). Keputusan Menteri Pertanian Nomor 318 Tahun 2015Kementerian Pertanian RI. Jakarta.

Anonim. 2023. Katalog Varietas Tebu Unggul. Pusat Penelitian PTPN XI. Sukosari – Lumajang. 22 p.

Anonim. 2023. Pengenalan Varietas Tebu. Pusat Penelitian Tebu PTPN XI Jengkol. Kediri.

Bambang Heliyanto. 2018. Pengenalan Varietas Tebu. Materi Magang Perbenihan Tebu. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balittas. Malang.


Bagikan Artikel Ini  

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *