BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN SURABAYA
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Strategi Adaptasi dan Mitigasi Dampak El Nino dan La Nina Sektor Pertanian di Indonesia

Diposting     Sabtu, 20 April 2024 01:04 pm    Oleh    Admin Balai Surabaya



 

Oleh : Effendi Wibowo

Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Ahli Muda

 

Pada tahun-tahun sebelumnya, Indonesia telah mengalami musim kemarau yang parah akibat dari fenomena El Nino. Namun, kabar baiknya, Indonesia saat ini sudah mulai memasuki musim hujan yang cukup berlimpah. Namun, di balik optimisme akan hujan yang datang, ada kabar buruk terkait dengan adanya fenomena La Nina yang diperkirakan akan terjadi pada tahun 2024 ini.

El Nino dan La Nina adalah dua fenomena cuaca ekstrem yang memiliki dampak signifikan pada sektor pertanian dan perkebunan di Indonesia. Meskipun Indonesia sedang mengalami musim hujan yang cukup deras saat ini, La Nina yang akan datang juga tidak bisa dianggap enteng.

El Nino, yang biasanya ditandai dengan kekeringan parah, telah menyebabkan gagal panen dan krisis pangan di beberapa daerah di Indonesia. Namun, La Nina, saudara perempuan dari El Nino, membawa dampak yang berbeda. Meskipun La Nina membawa hujan yang berlimpah, dampaknya masih perlu dipertimbangkan dengan hati-hati.

 

El Nino: Kekeringan Parah dan Dampaknya

El Nino adalah sebuah fenomena cuaca yang terjadi ketika suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian timur dan tengah menjadi lebih hangat dari biasanya. Dampak dari El Nino bisa sangat merugikan, terutama bagi negara-negara yang bergantung pada pertanian sebagai sumber penghidupan utama.

Indonesia, dengan sebagian besar wilayahnya yang subur dan subur, sering kali menjadi korban utama dari fenomena El Nino. Pada tahun-tahun ketika El Nino melanda, Indonesia mengalami kekeringan parah yang menyebabkan gagal panen dan krisis pangan.

Selama musim kemarau yang panjang, sumber daya air menjadi langka, tanaman mati karena kekurangan air, dan hewan ternak kesulitan mendapatkan pakan yang cukup. Akibatnya, petani dan peternak sering kali mengalami kerugian finansial yang besar.

Selain itu, El Nino juga dapat meningkatkan risiko kebakaran hutan dan lahan. Tanaman yang kering dan hutan yang rentan terhadap kebakaran menjadi sasaran empuk bagi api. Kebakaran hutan yang terjadi selama periode El Nino dapat menyebabkan kerugian lingkungan yang serius dan mengancam kehidupan satwa liar.

 

La Nina: Hujan Berlimpah dan Dampaknya

La Nina adalah kebalikan dari El Nino, di mana suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian timur dan tengah menjadi lebih dingin dari biasanya. Dampak dari La Nina sering kali berbeda dengan El Nino, tetapi tidak selalu lebih baik.

Di Indonesia, La Nina sering kali dibayangkan sebagai pembawa hujan berlimpah yang dapat mengatasi kekeringan yang diakibatkan oleh El Nino. Namun, hujan yang berlebihan juga dapat menyebabkan banjir dan tanah longsor, terutama di daerah-daerah yang topografinya cenderung datar.

Banjir dan tanah longsor yang disebabkan oleh hujan lebat dapat menyebabkan kerusakan infrastruktur, kehilangan nyawa, dan kerugian materi yang besar. Tanaman yang terendam air juga bisa mati karena kelebihan air, mengakibatkan gagal panen yang sama parahnya dengan kekeringan.

Selain itu, La Nina juga dapat mempengaruhi musim tanam dan panen, dengan hujan yang berlimpah kadang-kadang menyebabkan penundaan dalam penanaman atau panen. Hal ini dapat mengganggu siklus pertanian dan mengakibatkan ketidakpastian bagi petani dan peternak.

 

Dampak Pada Sektor Pertanian dan Perkebunan

Dampak dari perubahan cuaca ekstrem yang disebabkan oleh El Nino dan La Nina sangat dirasakan dalam sektor pertanian dan perkebunan di Indonesia. Para petani dan peternak sering kali menjadi korban utama dari fluktuasi cuaca yang tidak terduga ini, dengan dampak yang mencakup berbagai aspek, mulai dari penurunan hasil panen hingga kerugian finansial yang signifikan.

Pada saat musim kemarau yang panjang, ketika El Nino membuat suhu meningkat dan hujan jarang turun, pertanian dan perkebunan menjadi terganggu. Tanah menjadi kering dan tidak subur, menyebabkan tanaman tidak tumbuh dengan baik atau bahkan mati. Hasil panen menurun secara drastis, bahkan gagal sama sekali di beberapa daerah. Hal ini mengakibatkan kelangkaan pangan dan kenaikan harga bahan makanan, yang pada gilirannya memengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat. Petani dan peternak juga menghadapi kesulitan mendapatkan air untuk kebutuhan irigasi dan pemberian minum hewan ternak, karena sumber daya air menjadi langka selama musim kemarau yang panjang.

Namun, ketika musim hujan tiba, yang ditandai dengan kedatangan La Nina, situasinya tidak selalu menjadi lebih baik. Meskipun hujan berlimpah, namun banjir dan tanah longsor dapat menyebabkan kerusakan infrastruktur yang besar, serta kehilangan nyawa. Tanaman yang terendam air juga dapat mati atau terinfeksi penyakit, mengakibatkan penurunan hasil panen dan kerugian finansial bagi petani. Sebagian besar petani tidak memiliki perlengkapan atau infrastruktur yang memadai untuk menghadapi banjir, sehingga kerugian yang diderita bisa sangat besar.

Selain itu, fluktuasi cuaca yang ekstrem juga dapat mengganggu siklus pertanian dan perkebunan. Penundaan dalam penanaman atau panen sering terjadi akibat hujan yang berlebihan atau kekeringan yang berkepanjangan. Hal ini menyebabkan ketidakpastian dalam produksi dan ketersediaan bahan pangan, yang pada akhirnya berdampak pada kesejahteraan petani dan peternak.

 

Upaya Adaptasi dan Mitigasi

Untuk mengatasi dampak dari perubahan cuaca ekstrem, diperlukan upaya adaptasi dan mitigasi yang efektif. Pemerintah perlu meningkatkan infrastruktur irigasi dan pengelolaan sumber daya air untuk membantu petani menghadapi kekeringan dan banjir. Program-program bantuan dan asuransi pertanian juga dapat membantu melindungi petani dari kerugian finansial akibat kerusakan tanaman atau hewan ternak akibat cuaca ekstrem.

Selain itu, pendidikan dan pelatihan tentang praktik pertanian dan perkebunan yang tahan cuaca perlu ditingkatkan, sehingga petani dapat lebih siap menghadapi perubahan cuaca yang tidak terduga. Salah satunya yang dilakukan Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya, dengan menggelar Sosialisasi Mitigasi Dampak Perubahan Iklim Pada Perkebunan yang di lakukan di Kabupaten Kediri Tulungagung beberapa waktu lalu (26/03). Kolaborasi antara pemerintah, lembaga riset, TNI, Polri dan organisasi masyarakat juga penting untuk meningkatkan pemahaman tentang dampak dari perubahan cuaca ekstrem dan mengembangkan solusi yang sesuai.

Dengan upaya yang tepat dan kerja sama yang kuat, Indonesia dapat mengurangi kerentanan sektor pertanian dan perkebunan terhadap perubahan cuaca ekstrem, dan melindungi mata pencaharian para petani, pekebun dan peternak dari ancaman yang ditimbulkan oleh El Nino dan La Nina.


Bagikan Artikel Ini  

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *