BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN SURABAYA
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Waspadailah…Cacao Mild Mosaic Virus Disease! Oleh ; Roosmarrani Setiawati, SP., M.Sc.

Diposting     Rabu, 30 November 2022 03:11 pm    Oleh    Admin Balai Surabaya



Setelah Swollen Shoot Virus Disease, kini kakao Indonesia terancam oleh penyaki virus baru yaitu Cacao Mild Mosaic Virus (CaMMV)Disease. Apa dan bagaimana pengaruh virus ini terhadap produksi kakao kita?

            Tanaman kakao, penghasil cokelat di negara ini telah banyak dikenal orang. Tahun 2021 Indonesia tercatat sebagai produsen kakao terbesar ke-3 di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana dengan produksi 706.500 ton per tahun. Jumlah ini mengalami penurunan 0.97% dibanding tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 713.400 ton.

            Produksi kakao berkelanjutan terancam oleh berbagai penyakit baik yang disebabkan oleh jamur dan virus. Banyak di antaranya yang menimbulkan  endemik pada daerah penghasil kakao tertentu namun tidak pada daerah yang lain. Pertukaran plasma nutfah kakao antar bank gen dan lembaga penelitian sangat penting untuk membiakkan bahan tanam yang lebih baik tetapi membawa risiko penyebaran patogen ini secara bersamaan.

            Virus menimbulkan tantangan khusus terutama karena beberapa spesies dapat tetap laten untuk waktu yang lama atau menyebabkan gejala yang sangat ringan atau tidak sama sekali. Penyakit mosaik pada kakao yang disebabkan oleh Badnavirus kerap menimbulkan kendala pada budidaya tanaman kakao.  Gejala infeksi virus ini seperti mosaik, klorosis, dan belang-belang yang terjadi pada daun seringkali dijumpai pada perkebunan kakao di Indonesia sejak tahun 1970-an (Probowati et al., 2019). Seiring dengan berkembangnya teknik diagnosis dan identifikasi patogen secara molekuler, para ahli melakukan serangkaian penelitian untuk memastikan penyebab penyakit ini. 

Sejarah

            CaMMV adalah Badnavirus yang berasosiasi dengan penyakit mosaik kakao, dan sebelumnya hanya diketahui di Amerika (Muller et al., 2018). CaMMV  awalnya dikenal dengan sebutan Cacao Trinidad Virus (CTV) strain A, sedangkan Cacao Trinidad Virus strain B untuk Cacao Yellow Vein Banding Virus berdasarkan gejala yang ditimbulkannya. Identifikasi patogen ini pertama dilakukan untuk menggambarkan gejala mirip virus yang dijumpai pada daun kakao di Trinidad sekitar tahun 1940an.  Saat itu CaMMV telah  mengakibatkan kehilangan hasil antara 7-33% (Puiq et al., 2021).

             Di Indonesia, penyakit virus pada tanaman kakao yang pertama kali dilaporkan oleh Semangun adalah penyakit mosaik. Keberhasilan penelitian Semangun dan Sinarmojo dalam menularkan penyakit dengan cara penyambungan dan pemberian serangga vektor Pseudococcus sp. serta Ferrisia virgata Cock. telah memperkuat dugaan bahwa penyakit mosaik disebabkan oleh virus.

Gejala Infeksi CaMMV

            Gejala penyakit CaMMV terutama tampak pada daun. Pada awal mula gejala ini dijumpai di Trinidad, berupa bintik-bintik merah pada daun.  Daun-daun yang lain dapat menampakkan klorosis di sekitar tulang daun, kadang berbentuk seperti daun pakis pada urat daun (fern-like interveinal), vein-banding, serta mosaik. Namun, Baker dan Dale (1947) menyatakan bahwa tanaman kakao yang telah terinfeksi untuk waktu yang lama dapat menjadi pembawa (carrier) penyakit tanpa adanya gejala. CTV strain B cenderung menutupi CTV strain A yang mana keduanya dapat terjadi bersama-sama. Ullah et al.(2021) juga membuktikan bahwa daun-daun kakao yang tidak bergejala ternyata terdeteksi positif mengandung virus CaMMV.

A
B

Gambar 1. Gejala CaMMV pada daun dan kakao

  1. Klorosis pada bagian urat  daun  B. Mosaik pada daun

(Sumber: Kandito et al., 2022)

https://doi.org/10.1002/ndr2.12071

Patogen

            Penyakit ini disebabkan oleh CaMMV yang termasuk dalam Genus Badnavirus dan Famili Caulimoviridae. Virus jenis ini memiliki double strandedcircular DNA genome. Partikel CaMMV berbentuk bacilliform (batang) yang tak bermembran.

Penularan

Text Box: ©Clive Lau.
Text Box: ©Clive Lau.

            Penelitian yang diakukan selama tahun 1940-1950 pada sampel bahan kakaodi Trinidadmembuktikan bahwaCaMMV ditularkan oleh serangga vektor golongan kutu-kutuan (Famili:  Pseudococcidae). Setidaknya, dilaporkan 20 jenis kutu dompolan (mealybugs) termasuk diantaranya Planococcoides njalensis dan Planococus citri. Virus bersifat semi persisten, artinya virus terbawa serangga vektor tapi tidak berkembangbiak dalam tubuhnya. Selain itu penularan penyakit ini juga dapat melalui penyambungan (grafting) dan penempelan (okulasi).

Penyebaran

            CaMMV pertama kali dilaporkan menginfeksi tanaman kakao di Trinidad dan Tobago sekitar tahun 1940an. CaMMV kemudian menyebar ke negara-negara Puerto Rico, Brazil, Columbia, Republik Dominika, dan Vanezuela. Di Asia Tenggara, gejala penyakit akibat virus ini juga telah dilaporkan menginfeksi tanaman kakao sejak 50 tahun yang lalu. Meskipun sedikit sekali penelitian yang dilakukan karena rendahnya dampak akibat penyakit ini. Turner dan Sherperd (1978) menyatakan bahwa hampir total penggunaan bahan tanam kakao Trinitario di Indonesia di masa lalu telah membatasi terjadinya penyakit tertentu. Namun tampaknya penyakit karena virus yang tersebar luas telah lama ada. Dalam populasi kakao Trinitario, munculnya gejala sangat bervariasi. Kadang-kadang mudah terlihat pada banyak daun pada satu waktu, tetapi hampir tidak dapat diamati selama tahun berikutnya.

            Saat ini di Indonesia, CaMMV dijumpai menimbulkan gejala klorosis dan mosaik pada  klon-klon kakao di kebun Kulon Progo, DIY dan Jember, Jawa Timur. Baik klon kakao lama maupun klon kakao baru dapat terinfeksi virus ini (Kandito, A., komunikasi pribadi).

Strategi Pengendalian

            Untuk mencegah meluasnya penyakit CaMMV ke daerah yang belum terinfeksi maupun kebun-kebun yang sudah terinfeksi CaMMV maka langkah pengendalian yang dapat dilakukan antara lain:

  1. Dilarang memindahkan bahan tanaman sakit, serangga, sampel tanah dari kebun yang terinfeksi kecuali dibawah pengawasan pakar peneliti.
  2. Tanaman kakao sakit diupayakan untuk dibongkar (eradikasi) untuk menghilangkan sumber inokulum. Dalam upaya ini perlu diingat bahwa biaya yang diperlukan tidak sedikit dan seringkali mengakibatkan pertentangan politik dalam negeri.
  3. Serangga vektor dikendalikan dengan memanfaatkan baik agens pengendali hayati (APH) maupun pestisida nabati. Penggunaan insektisida kimia yang bersifat sistemik dianjurkan bila telah terjadi serangan endemik.
  4. Melakukan inokulasi silang (preimunisasi) dengan menggunakan strain virus yang avirulen untuk melindungi tanaman kakao dari virus yang virulen.
  5. Dilakukan upaya cordon sanitaire, yaitu suatu jalur yang bebas dari CaMMV untuk mengisolir kebun-kebun yang terinfeksi.
  6. Menggunakan bibit kakao yang berasal dari Somatic Embryogenesis (SE) untuk menurunkan tingkat infeksi CaMMV.

Pustaka

Baker, R.E.& Dale, W.T.1947.Notes on a virus disease of cacao. Ann.Appl. Biol. 34: 60– 65.

Marelli, J.P., Guest, D.I., Bailey, B.A., Evans, H.C., Brown, J.K., & Junaid, M. 2019           Chocolate under threat from old and new cacao diseases. Phytopathology 109:        1331–1343.

Muller, E., Ravel, S., Agret, C., Abrokwah, F., Dzahini-Obiatey, & F.H., Galyuon, I. 2018. Next generation sequencing elucidates cacao badnavirus diversity and reveals the existence of more than ten viral species. Virus Research 244: 235–251.

Kandito, A., Hartono, S., Trisyono, Y.A. & Somowiyarjo, S. 2022. First report of Cacao     mild mosaic virus associated with Cacao Mosaic Disease in Indonesia. New Disease Reports 45.

Probowati,W., Somowiyarjo, S. & Hartono, S. 2019. Molecular characterization of mosaic            virus from the cocoa trees showing mosaic symptoms in Yogyakarta, Indonesia.        Biodiversitas 20: 3698–3704.

Puig, A.S. 2021. Detection of Cacao mild mosaic virus (CaMMV) using nested PCR and evidence of uneven distribution in leaf tissue. Agronomy 11, 1842.

Probowati, W. 2013. Identifikasi Molekuler Virus Penyebab Mosaik pada Kakao di            Yogyakarta. Tesis. Program Studi Bioteknologi. Sekolah Pasca Sarjana UGM.

Semangun, H. 2008. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Gadjah Mada          University Press.

Turner, P.D.; Shepherd, R. Cocoa diseases in Malaysia and Indonesia: Their present and           otential importance. In Proceedings of the International Conference Cocoa             Coconuts, Kuala Lumpur, Malaysia, 21–24 June. 308–321.

Ullah, I., Andrew J. Daymon, Paul Hadley , Michelle J. End, Pathmanathan Umaharan

            & Jim M. Dunwell. 2021.Identification of Cacao Mild Mosaic Virus (CaMMV) and   Cacao Yellow Vein-Banding Virus (CYVBV) in Cocoa (Theobroma cacao)         Germplasm. Viruses 13(2152):1-17..                                                                        


Bagikan Artikel Ini  

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *