BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN SURABAYA
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

MENGENAL PERANAN SILIKA PADA TANAMAN TEBU Oleh : Dwithree Desfajerin D., SP., MP. PBT BBPPTP Surabaya

Diposting     Kamis, 31 Agustus 2023 12:08 pm    Oleh    Admin Balai Surabaya



Unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman terdiri dari unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro dibutuhkan dalam jumlah banyak seperti nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan sulfur (S). Sedangkan unsur hara mikro dibutuhkan dalam jumlah sedikit yang memberikan peran sebagai unsur-unsur penunjang bagi pemanfaatan unsur-unsur makro oleh tanaman antara lain besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), boron (B), dan molibdenum (Mo). Unsur mikro dibagi menjadi unsur mikro esensial dan non-esensial/fungsional.

Unsur hara dianggap esensial jika memenuhi 3 kriteria yaitu 1) diperlukan untuk menyelesaikan satu siklus hidup tanaman secara normal, 2) unsur tersebut memegang peran yang penting dalam proses biokimia tertentu dalam tubuh tanaman dan peranannya tidak dapat digantikan atau disubtitusi secara keseluruhan oleh unsur lain, 3) peranan dari unsur tersebut dalam proses biokimia tanaman dibutuhkan secara langsung. Semua unsur hara makro adalah esensial bagi tanaman. Namun terhadap unsur mikro tidak semuanya esensial.

Unsur mikro non-esensial/fungsional yaitu unsur hara yang tidak selalu diperlukan tanaman, atau hanya diperlukan oleh jenis-jenis tanaman tertentu. Meski mempunyai manfaat bagi tanaman namun peranannya bisa digantikan oleh unsur hara yang lain. Cobalt (Co) merupakan unsur hara non esensial yang mempunyai peran dalam penambatan nitrogen simbiotik pada tanaman kacang-kacangan, namun peranan tersebut bisa digantikan oleh molibdenum (Mo). Silika (Si) merupakan unsur mikro non esensial yang berperan dalam penguatan dinding sel, namun tanpa silikon tanaman masih tetap bisa tumbuh normal. Natrium (Na) juga merupakan unsur non esensial yang peranannya hanya sebagai penunjang unsur kalium manakala terjadi kekahatan kalium, tapi tidak bisa menggantikan peranan kalium secara keseluruhan. Selain itu ada nikel (Ni), selenium (Se), titan (Ti), dan Iodine (I).

Silika merupakan unsur yang paling melimpah kedua kerak bumi setelah oksigen, lebih dari 75%  kerak bumi terdiri dari oksigen dan silika. Silika tersedia dalam tanah dalam bentuk asam silikat, umumnya ditemukan dalam konsentrasi berkisar antara 0,1-0,6 mM. Isa et al (2010) menyebutkan bahwa unsur silika banyak terkandung dalam tanah dan 50%-70% dalam bentuk SiO2.

Silika memang bukan merupakan unsur hara esensial, namun unsur ini diserap dalam jumlah banyak oleh beberapa tanaman akumulator silika termasuk tebu. Serapan yang cukup banyak ini seringkali tidak diimbangi dengan pemupukan silika, sehingga menyebabkan kadar silika tanah menurun. Keberadaan silika seringkali kurang diperhatikan, padahal silika memiliki peranan penting untuk tanaman. Zargar et al. (2019) menyatakan bahwa silika memberikan efek menguntungkan pada pertumbuhan dan produktivitas berbagai spesies tanaman dalam berbagai kondisi lingkungan. Mekanisme utama yang mempengaruhi kemampuan silika untuk mengurangi dampak cekaman kekeringan meliputi peningkatan serapan dan transportasi air, pengaturan perilaku stomata dan kehilangan air transpirasi, akumulasi zat terlarut dan zat osmoregulasi, dan menginduksi pertahanan tanaman yang terkait dengan kejadian sinyal, sehingga menjaga keutuhan tanaman. keseimbangan air tanaman.

Beberapa kajian menjelaskan bahwa silika memiliki beberapa peran penting terhadap tanaman tebu (Saccharum officinarum). Yukamgo dan Yuwono (2007) mengemukakan silika merupakan unsur hara bermanfaat bagi tanaman tebu dan diserap dalam jumlah yang lebih besar dari unsur hara lainnya, bahkan melebihi serapnnya terhadap air. Selama pertumbuhan (1 tahun), tebu menyerap silika sekitar 500-700 kg per ha lebih tinggi dibanding unsur-unsur lainnya. Tanaman ini menyerap unsur hara silika sebesar 500-700 kg per ha, sementara pada penyerapan unsur hara makronya menyerap 50-500 kg nitrogen per ha, 100-300 kg kalium per ha, dan 40-80 kg fosfor per ha (Mativchenkov dan Calvert, 2002). Mulyadi dan Toharisman (2008) menambahkan, tanaman tebu memiliki kandungan silikat pada jaringannya dalam presentase yang cukup tinggi yaitu 2% dari bobot keringnya.

Silika sebagai unsur bermanfaat pada tanaman tebu memiliki banyak peran positif dalam pertumbuhan dan produksi tanaman tebu. Yukamgo dan Yuwono (2007) dan Savant et al. (1999) mengungkapkan peran silika pada tanaman tebu, antara lain meningkatkan fosfor tersedia, meningkatkan ketahanan tebu terhadap cekaman biotik dan abiotik, meningkatkan ketegakan daun, meningkatkan bobot dan mencegah inversi sukrosa pada batang tebu. Telaah di Mauritius menunjukkan bahwa pemberian 247 ton per ha debu bassalt meningkatkan hasil tebu cukup nyata.

Pemberian yang besar tersebut meningkatkan kandungan silika dan menurunkan kandungan mangan di jaringan tanaman (Pawirosemadi, 2011). Dari hasil penelitian yang dilakukan Mulyadi dan Toharisman (2003), pemupukan silika dengan dosis 100-700 kg per ha menunjukkan hasil yang nyata lebih tinggi sekitar 5-10% dibanding dengan tanpa perlakuan pemupukan silika. Serupa dengan pengaruh terhadap bobot, pemupukan silika juga dapat meningkatkan hasil gula sebesar 9-12%. Toharisman et al. (2010) melaporkan aplikasi 250 kg per ha pupuk silika memberikan pengaruh peningkatan rendemen yang nyata dimana terjadi peningkatan sebesar 4,23% di area Tjukir dan 13,11% di area Tersana Baru.

Hartatik et al. (2017) menyatakan bahwa pemberian silika secara signifikan mampu meningkatkan tinggi tanaman, panjang batang, diameter batang, berat dan volume akar. Di sisi lain, varietas tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tebu, sama halnya interaksi dengan sumber silika. Abu bagas merupakan sumber silika yang memberikan pengaruh terbaik dalam meningkatkan panjang batang, diameter batang, berat dan volume akar tebu. Aplikasi penyemprotan pupuk silika nano pada tebu berpengaruh positif terhadap pertumbuhan tanaman tebu dengan meningkatkan jumlah daun, populasi tanaman, tinggi tanaman, diameter batang, dan panjang ruas batang tebu (Pikukuh et al., 2015). Hasil tertinggi diperoleh dari interaksi antara 4 kali aplikasi pemupukan silika nano dengan konsentrasi 30% yang menghasilkan tinggi tanaman senilai 405,03 cm, diameter 2,82 cm, dan jumlah tanaman per meter juring mencapai 11 tanaman.

Tebu menyerap silika dalam bentuk H4SiO4, yaitu suatu bentuk silika yang tidak bermuatan sehingga relatif tidak mobil dalam tanaman. Oleh karena itu, konsentrasi silika dalam tanaman tebu sangat tergantung kepada konsentrasi silika yang larut dalam air tanah. Pergerakan silika dari akar ke batang dan bagian tanaman lainnya mengikuti aliran air. Air diserap akar, masuk ke batang kemudian menguap lewat batang/daun. silika terakumulasi dalam sel epidermis tebu, kemudian berintegrasi kedalamnya sehingga akan memberikan kekuatan kepada batang dan daun tebu.

Peran silika untuk mengurangi stress garam pada tanaman tebu dilakukan oleh Ashral et al (2010). Dalam penelitian tersebut digunakan tanaman tebu yang toleran garam dan sensitif garam, pada umur 20 hari diberikan perlakuan NaCl 0 dan 100 mM NaCl dengan perlakuan empat tingkat silika yang berbeda. Dalam studi ini NaCl menyebabkan pengurangan hasil tebu dan kualitas nira dalam genotipe yang sensitif dan toleran, dianggap berasal dari peningkatan penyerapan Na+ yang memiliki hubungan terbalik dengan K+ dan menyebabkan berkurangnya rasio Na+/K+ yang merupakan indikator yang baik untuk menilai toleransi tanaman terhadap salinitas. Tanaman tebu yang toleran garam terhadap NaCl adalah akumulasi Na+ yang lebih rendah dibandingkan genotip yang sensitif terhadap garam.

Perlakuan NaCl mempunyai efek mendalam pada biosintesis sukrosa dalam daun dan translokasi ke tangkai untuk penyimpanan. Penambahan berbagai tingkat silika pada kondisi stres garam berinteraksi dengan Na+, mengurangi penyerapan dan transportasi ke tunas dengan peningkatan resultan hasil tebu dan kualitas nira dari kedua genotip. Efek yang bersifat memperbaiki dari penambhan silika dalam mengurangi efek merusak dari NaCl dapat berhubungan dengan Si yang ireversibel diendapkan sebagai silica amorf (SiO2.nH2O) di dinding sel dan lumen, sehinga dengan demikian mengurangi translokasi garam ke tunas.

Studi lain juga menunjukkan bahwa deposisi dan polimerasi silikat dalam endodermis dan rhizodermis menyebabkan mekanisme yang mungkin dimana silika secara fisik dapat menghalangi aliran pintas transpirational seluruh akar dan menahan transportasi apolastic garam. Selain itu pengurangan rasio Na+ pada tunas dan Na+ pada akar dari kedua genotip tahan dan sensitif, dengan penambahan silika pada kondisi adanya NaCl juga menunjukkan bahwa penyerapan Na+ dan transportasi ke tunas dari akar sangat dihambat oleh penambahan silika pada kondisi stres garam.

Kalium mempunyai peranan penting bagi kelangsungan hidup tanaman dibawah kondisi stress garam. Mekanisme yang mungkin yang menyebabkan silika mampu merangsang tanaman untuk menyerap K+ pada kondisi stressgaram adalah aktivasi H+-ATPase pada membran. peningkatan kualitas hasil dan nira dari kedua genotipe tebu tersebut oleh silika pada kondisi stres garam dapat dikaitkan dengan Si-enzim kompleks yang berfungsi sebagai pelindung atau regulator aktivitas fotosintesis dan enzim dalam kondisi adanya NaCl.

 Interakasi antara NaCl dengan Si berbeda beda untuk masing-masing spesies dan varietas. Dalam Studi ini menunjukkan bahwa efek yang bersifat memperbaiki dari Si lebih menonjol terjadi pada genotipe tebu yang sensitif garam dibandingkan tebu yang toleran garam. Menurut Ashral et al. (2010) perbedaan respon genotip terhadap Si berhubungan dengan ukuran aliran bypass dan/atau sifat yang mempengaruhi polimerasi silikat.

DAFTAR PUSTAKA

Ashraf M., Rahmatullah., M. Afzal., R. Ahmed., F. Mujeeb., A. Sarwar, & L. Ali. 2010. Alleviation of detrimental effects of NACl by Silicon nutrition in salt-sensitive and salt-tolerant genotypes of sugarcane (Saccharum officinarum L.). Plant Soil (326): 381-391.

Hartatik, D., K.A. Wijaya, C. Bowo. 2017. Respon Pertumbuhan Tanaman Tebu Varietas Bululawang dan Hari Widodo Dengan Pemberian Silika. Berkala Ilmiah Pertanian.

Mativchenkov, V.V., and D.V. Calvert. 2002. Silicon As A Beneficial Element For Sugarcane. Journal American Society of Sugarcane Technologist. (22): 21-30.

Mulyadi, M. dan A. Toharisman. 2003. Silikat: Hara Fungsional yang Berperan dalam Meningkatkan Produktivitas Tebu. Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia. 1-14.

Mulyadi, M. dan A. Toharisman. 2008. Peran Pupuk Silikat SiplusHS dalam Meningkatkan Produktivitas Tebu. Seminar Sehari: Peran Teknologi dalam Mendukung Industri Gula yang Tangguh dan Berdaya Saing.

Pawirosoemadi, M. 2011. Dasar-dasar Teknologi Budidaya Tebu dan Pengolahan Hasilnya. UM Press. Malang. p 224-226.

Pikukuh, P., Djajadi, S.Y. Tyasmoro, N. Aini. 2015. Pengaruh Frekuensi dan Konsentrasi Penyemprotan Pupuk Nano Silika (Si) Terhadap Pertumbuhan Tanaman Tebu. Jurnal Produksi Tanaman. 3 (3): 249-258.

Savant, N. K, Korndorfer, G. H., L. E. Datnoff and G. H. Snyder. 1999. Silicon nutrition and sugarcane production: a review. Journal Plant and Nutrition. 22 (12): 1853-1903.

Toharisman, A., M. Mulyadi dan A. Rasjid. 2010. A New Formulated Silicon Fertilizer for Better Sugarcane Production. Indonesian Sugar Research Institute. 1-4.

Yukamgo, E. dan N.W. Yuwono. 2007. Peran Silika Sebagai Unsur Bermanfaat pada Tanaman Tebu. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. 7 (2):103-116.

Zargar, S.M., R. Mahajan, J.A. Bhat, M. Nazir, and R. Deskmukh.2019. Role of Silicon in Plant stress Tolerance: Opportunities to Achieve a Suistainable Cropping System. 3 Biotech. 9: 73


Bagikan Artikel Ini  
[Sassy_Social_Share style="display:inline-block; margin-left:140px;"]

SERANGAN Helicoverpha armigera PADA TEMBAKAU DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA Oleh: Wahyu Irianto

Diposting     Selasa, 29 Agustus 2023 03:08 pm    Oleh    Admin Balai Surabaya



Tembakau (Nicotiana tabacum L.) adalah merupakan salah satu komoditas tanaman perkebunan yang dapat diekspor dan menghasilkan devisa yang cukup tinggi karena memiliki ciri, rasa, dan aromayang sangat khas. Produktivitas tembakau dalam negeri hingga saat ini mengalami penurunan baik kualitas maupun kuantitasnya. Beberapa faktor pembatas yang mempengaruhi hal tersebut antara lain adalah menurunnya kesuburan tanah, iklim yang tidak menentu serta adanya serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) baik hama maupun penyakit (Amir, 2011).

Penyakit tanaman masih menjadi salah satu kendala dalam usaha tani tembakau, baik mulai dari pembibitan sampai dengan pengolahan lahan, di gudang pengering serta dapat menimbulkan kerugian akibat penurunan kualitas maupun kuantitas hasil. Kerugian dapat mencapai miliaran rupiah akibat serangan penyakit, seperti kerugian akibat penyakit patik pada tembakau serutu di Jember (Dalmadiyo, 1999).

Di Indonesia ada beberapa jenis penyakit tembakau yang sering menimbulkan kerugian. Penyakit lanas (Phytophthora nicotianae) pernah menimbulkan kematian lebih dari 50% tembakau virginia di Bojonegoro (Abdulla et al., 1973) dan sampai saat ini masih terus terjadi di semua derah pertanaman tembakau dengan tingkat serangan 5 sampai 25%. Seperti halnya pada tembakau cerutu besuki, serangan penyakit lanas dapat menimbulkan kerugian pada tahun 1998 sebesar 21,56% sampai 45,22% dan pada tahun 1999 sebesar 13,33% sampai 34,22% (Dalmadiyo et al., 1999; 2000).

Luas Area Tembakau

Luas pertanaman tembakau di wilayah kerja BBPPTP Surabaya adalah 205.551,54 Ha. Pertanaman paling luas sebesar berada di Jawa Timur yaitu 111,884,00 Ha. Hampir semua propinsi memiliki komoditas tembakau dengan luas yang beraneka ragam, Propinsi Banten tidak memiliki komoditas ini seperti terlihat pada Tabel 1

Tabel 1.  Luas Areal Tembakau  di Wilayah Kerja BBPPTP Surabaya

No. Provinsi Luas Areal (Ha)
1 Banten 0.00
2 Jawa Barat 9,497.00
3 Jawa Tengah 54,392.00
4 DIY 929.00
5 Jawa Timur 94,886.00
6 Bali 332.00
 7 NTB 34,405.00
8 NTT 1,209.00
  195,650.00

Sumber: Data Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya, 2023

Sebaran Serangan OPT Tembakau

Gambar  1 . Grafik Luas serangan OPT utama pada Tanaman Tembakau di wilayah kerja BBPPTP Surabaya periode Triwulan I tahun 2023

Sumber: Data Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya, 2023

Pada triwulan I tahun 2023 beberapa jenis OPT mempunyai tingkat serangan yang luas di provinsi tertentu pada Wilayah Kerja Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan. Spodoptera litura merupakan OPT yang menyerang paling luas pada tanaman tembakau. Beberapa OPT yang menjadi pengganggu dalam produksi tembakau antara lain:  Spodoptera litura,  Helicoverpa armigera , Phytopthora nicotianae, Tobacco Mozaik Virus,  Ralstonia sp., Tobacco Crinkle Virus menyerang pada beberapa Provinsi wilayah kerja.

Tabel VII. 1. 2 Luas Serangan OPT Tembakau  di Wilayah Kerja BBPPTP Surabaya

No. Provinsi Luas Serangan Total (ha)
    Helicoverpa armigera Spodoptera litura TMV Phytopthora nicotianae Ralstonia sp. TCV OPT lainnya
1 Banten 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
2 Jawa Barat 0.00 1,592.05 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
3 Jawa Tengah 855.77 171.92 33.95 0.00 0.00 0.00 0.00
4 DIY 0.00 0.00 0.00 4.00 0.00 0.00 0.00
5 Jawa Timur 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
6 Bali 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
7 NTB 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
8 NTT 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
  Total 855.77 1,763.97 33.95 4.00 0.00 0.00 0.00

Sumber: Data Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya, 2023

Helicoverpa armigera

Helicoverpa spp. (Lepidoptera :Noctuide) merupakan hama utama tanaman tomat diberbagai negara (Goncalves et. al. 1989; Kenenedy et. al. 1983; Lange & Bronson 1981; Martin et. al. 1990; Ogunwolu 1989; Walgenbech et. Al. 1989; Walgenbech & Wester 1992 cit. Asri et. al., 2003). Larva menimbulkan kerusakan dengan cara menggerek ke dalam buah. Serangan berat dilaporkan terjadi pada musim kemarau dengan kerusakan buah mencapai 80% (Uhun & Suriatmadja, 1993 cit. Asri et. al., 2003). Selama siklus hidupnya, ulat ini mengalami metamorfosis sempuma.  Banyak cara telah ditempuh untuk mengendalikan ulat ini, seperti cara mekanis, kimia,. hayati, kultur teknis/budidaya (Soebandrio, et. al., 1987 cit. Asri et. al., 2003).

H. armigera Hubner, 1809 (Lepidoptera : Noctuidae) spesies-speies yang tersebar di seluruh dunia, antara lain: H. armigera Hubner, H. obsolete Fabricius, H. conferta, H. fusca Hardwick. H. uniformis. Lebih lanjut Delattre dan King (1994) cit. Hakim et. al. (2016) menyatakan bahwa telur berwarna bening ditempatkan secara berkelompok, larva berwarna hijau, masa pupa warna coklat yang ditempatkan di dalam tanah, masa aktif pada musim hujan, tanaman inang jagung.

Gambar  2.  Peta Tingkat Serangan H. armigera Pada tembakau di wilayah Kerja BBPPTP Surabaya Triwulan I Tahun 2023

Sumber: Data Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya,2023

Hama ini menyerang pertanaman tembakau pada satu provinsi wilayah kerja yaitu Jawa Tengah seluas 855.77 Ha dengan kategori tingkat serangan rendah.

Fluktuasi luas serangan H. armigera pada Tembakau di Wilayah Kerja BBPPTP Surabaya antara Triwulan IV-2022 dengan Triwulan I-2023

Tabel. 3 Fluktuasi luas serangan H. armigera pada Tembakau  di Wilayah Kerja BBPPTP Surabaya antara Triwulan IV-2022 dengan Triwulan I-2023

Provinsi Helicoverpa armigera  
TW IV-2022 TW I-2023 Fluktuasi serangan (Ha) Fluktuasi Serangan (%)
Banten 0.00 0.00 0.00 0.00
Jawa Barat 0.00 0.00 0.00 0.00
Jawa Tengah 205.59 621.33 650.18 316.25
DIY 0.00 0.00 0.00 0.00
Jawa Timur 17.87 0.00 -17.87 -100.00
Bali 0.00 0.00 0.00 0.00
NTB 0.00 0.00 0.00 0.00
NTT 0.00 0.00 0.00 0.00
Total 223.46 621.33 632.31 282.96

Sumber: Data Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya, 2023

Gambar 3. Grafik Perbandingan Luas Serangan H. armigera pada Tembakau di Wilayah kerja BBPPTP Surabaya antara Triwulan IV-2022 dengan Triwulan I-2023

Sumber: Data Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya, 2023

Apabila dibandingkan dengan Triwulan I tahun 2023 serangan H. armigera secara keseluruhan mengalami peningkatan luas serangan seluas 632.31 Ha,  di Provinsi Jawa Timur terjadi penurunan luas serangan sebesar 100 ha, sedangkan provinsi Jawa Tengah mengalami kenaikan luas serangan menjadi 316.25 ha.

Fluktuasi luas serangan H. armigera pada Tembakau di Wilayah Kerja BBPPTP Surabaya antara Triwulan I-2022 dengan Triwulan I-2023

Tabel.  4. Fluktuasi luas serangan H. armigera pada Tembakau di Wilayah Kerja BBPPTP Surabaya antara Triwulan I-2022 dengan Triwulan I-2023

Provinsi Helicoverpa armigera  
TW1-2022 TW1-2023 Fluktuasi serangan  (Ha) Fluktuasi serangan  (%)
Banten 0.00 0.00 0.00 0.00
Jawa Barat 0.00 0.00 0.00 0.00
Jawa Tengah 0.00 855.77 855.77 100.00
DIY 0.00 0.00 0.00 0.00
Jawa Timur 0.00 0.00 0.00 0.00
Bali 0.00 0.00 0.00 0.00
NTB 141.00 0.00 -141.00 -100.00
NTT 0.00 0.00 0.00 0.00
Total 141.00 855.77 714.77 506.93

Pada Triwulan I tahun 2023 serangan H. armigera mengalami peningkatan dibandingkan TW 1 tahun 2022. Peningkatan seluas 714.77 Ha. Peningkatan luas serangan  terjadi pada propinsi Provinsi Jawa Tengah seluas 855.77 Ha atau 100%, sedangan pada Provinsi NTB mengalami penurunan luas serangan sebesar 141 Ha atau penurunan sebesar 100%. Populasi H. armigera dipengaruhi oleh adanya ketersediaan inang, adanya pengendalian, serta ekosistem sekitarnya.

Gambar 4.. Grafik Perbandingan Luas Serangan H. armigera pada Tembakau di Wilayah kerja BBPPTP Surabaya antara Triwulan IV-2022 dengan Triwulan I-2023

Sumber: Data Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya, 2023

Perbandingan Luas Serangan dengan Luas Pengendalian H. armigera Pada Tembakau Di Wilayah Kerja BBPPTP Surabaya Periode Triwulan I Tahun 2023

Pada Triwulan I tahun 2023 telah dilakukan  pengendalian terhadap H. armigera seluas 449 Ha  atau sebesar 52,47% dariluas serangan  total 855.77 Ha.  Untuk meningkatkan pengendalian perlu adanya kerjasama antara berbagai pihak terkait.

Gambar 5. Grafik Perbandingan Luas Serangan dan Luas Pengendalian  H. armigera pada Tembakau di Wilayah kerja BBPPTP Surabaya

Sumber: Data Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya, 2023

Rekomendasi pengendalian

Beberapa teknik pengendalian H. armigera adalah:

  1. Secara mekanis dengan mengambil hama yang ditemui dilapang
  2. Secara luktur teknis dengan sanitasi, pergiliran tanaman unruk memutus siklus hidup hama
  3. Secara hayati dengan pemanfaatan jamur entomopatogen Beauveria bassiana, nematode entomopatogen Steinernema sp dan Heterorhabditis sp., Virus Ha NPV, Pestisida nabati,  dan pemanfaatan parasitoid dan predator. Konservasi parasitoid dan predator dengan menyediakan lingkungan yang mendukung perkembangan populasinya merupakan tindakan optimalisasi musuh alami tersebut sehingga dapat menjadi faktor mortalitas biotik yang efektif bagi serangga hama. Konservasi parasitoid dan predator dapat dilakukan melalui perbaikan bahan tanaman dan teknik budidaya, menerapkan konsep ambang kendali dengan mempertimbangkan keberadaan musuh alami, dan penggunaan insektisida botani, jika diperlukan (Nurindah et. al.,  2011). Trichogramma chilotraeae dapat memarasit telur H. armigera (Sujak et. al., 2011). Virus HaNPV merupakan musuh alamiah ulat Helicoverpa armigera (Asri et. al., 2003).

DAFTAR PUSTAKA

Asri M. T., Isnawati & M. T. Hidayat. 2003. Konsentrasi Virus HaNPV Isolat Yogyakarta Yang Efektif Untuk Mengendalikan Ulat Helicoverpa Armigera. Jumal Pendidikan Matematika dan Sains, Edisi 3 Tahun V/lI.

Dalmadiyo, G., Soejono, Supriyono, M. Machfud, M. Rachman, Suharto dan M. Fauzi. 1999. Penelitian epidemiologi penyakit tembakau cerutu besuki. Laporan Hasil Penelitian tahun 1999. Balittas, Malang. 22 p.

Dalmadiyo, G., Soejono, Supriyono, M. Machfud, M. Rachman, Suharto dan M. Fauzi. 2000. Penelitian pengendaliani penyakit utama tembakau cerutu besuki. Laporan Hasil Penelitian tahun 1999. Balittas, Malang. 20 p.

Nurindah & D. A. Sunarto. 2011. Developing Cotton IPM By Conserving Parasitoids And Predators Of The Main Pest. J. Entomol. Indon., Vol. 8, No. 2, P.110-120

Sujak & Nurindah. 2011. Trichogramma chilotraeae parasitoid Telur Helicoverpa armigera (Hubner) pada Populasi Inang rendah. Agrovivor. Vol 4. No. 1. P34-37.


Bagikan Artikel Ini  
[Sassy_Social_Share style="display:inline-block; margin-left:140px;"]

PELUANG PENGEMBANGAN TEKNIK EMBRYOGENESIS SOMATIK KELAPA DALAM PERBANYAKAN BENIH Oleh : Badrul Munir, S.TP, M.P

Diposting        Oleh    Admin Balai Surabaya



PENDAHULUAN

Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan salah satu tanaman bernilai ekonomi tinggi di Indonesia, disamping kelapa sawit, karet dan kopi (FAO, 2017 dalam Sisunandar 2017). Indonesia  merupakan negara dengan perkebunan kelapa terluas di dunia dengan luas area lebih dari 3,5 juta hektar (Hendaryati & Arianto, 2017). Meski sejak tahun 2005 – 2021 luas areal perkebunan kelapa mengalami penurunan sebesar 0,79 %/tahun dan produksi turun menjadi 16,82 juta ton, namun Indonesia masih menjadi negara penghasil kelapa terbesar pertama disusul India (Media Perkebunan, 2022).

Namun demikian, terdapat banyak kendala yang dihadapi dalam keberlanjutan  budidaya kelapa di Indonesia. Luas area perkebunan kelapa di Indonesia terus mengalami penurunan selama lima belas tahun terakhir (2005-2020). Banyak faktor yang diduga menjadi penyebab berkurangnya luas area perkebunan kelapa di Indonesia, di antaranya adalah tingginya serangan hama dan penyakit, seperti hama kumbang badak (Oryctes rhinoceros L.), ataupun jamur Phytophthora palmivora. Faktor alih fungsi lahan menjadi tempat hunian ataupun tanaman budidaya lain yang bernilai ekonomi lebih tinggi juga menjadi penyebab berkurangnya luas perkebunan kelapa di Indonesia.

Kendala lain yang dihadapi pada perkebunan kelapa di Indonesia adalah tingginya persentase pohon kelapa berusia lebih dari 50 tahun, yaitu sekitar 15 % atau lebih dari 0,5 juta hektar perkebunan kelapa (Novarianto, 2008), sedangkan sisanya  merupakan pohon berusia produktif (73 %) ataupun usia muda (12 %). Akibatnya, perkebunan-perkebunan tersebut memiliki tingkat produktivitas yang relatif rendah, hanya sekitar 1,2 ton kopra per hektar per tahun dari potensi produksi  sekitar 3 – 5 ton kopra per hektar per tahunnya (FAO, 2014).

Upaya peremajaan perkebunan kelapa di Indonesia juga mengalami banyak kendala. Sampai saat ini, Indonesia belum memiliki kebun induk dengan luas dan jumlah yang memadai sehingga tidak mampu menyediakan benih kelapa yang unggul dengan jumlah massal (Novarianto, 2008). Oleh karena itu upaya produksi benih kelapa unggul dalam jumlah yang massal melalui teknik kultur jaringan menjadi kebutuhan yang mendesak pada saat ini. Dengan penggunaan teknologi kultur jaringan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan benih kelapa dalam program peremajaan tanaman kelapa.

TEKNIK KULTUR JARINGAN EMBRYOGENESIS SOMATIK

Kultur adalah budidaya jaringan sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. Kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat seperti induknya. Kultur jaringan disebut sebagai tissue culture. Kultur jaringan tanaman merupakan teknik yang digunakan untuk menumbuh kembangkan bagian tanaman, baik berupa sel, jaringan atau organ dalam kondisi aseptik yang dilakukan secara in vitro (Yusnita, 2003).

Teknik embryogenesis somatik merupakan salah satu teknik kultur jaringan yang banyak digunakan untuk memproduksi benih tanaman melalui proses pembentukan embryo dari sel-sel somatik. Teknik tersebut telah berhasil dan banyak diaplikasikan pada berbagai jenis tanaman. Namun demikian aplikasi teknik embryogenesis somatik untuk produksi benih kelapa masih sangat terbatas (Nguyen et al., 2015) dalam Sisunandar (2017).

Upaya produksi benih kelapa melalui teknik embryogenesis somatik telah dilakukan dengan menggunakan eksplan batang muda pada tahun 1977 (Eeuwens & Blake, 1977). Langkah selanjutnya upaya produksi benih kelapa dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis eksplan seperti daun muda (Pannetier & Buffard Morel, 1982; Karunaratne et al., 1991), immature inflorescence (Verdeil et al., 1994; Magnaval et al., 1997; Antonova, 2009), embryo zigotik (Kumar et al., 1985; Adkins et al., 1998; Samosir, 1999), plumulae (Chan et al., 1998; Fernando et al., 2003; Perez-Nunez et al., 2006), maupun ovarium (Perera et al., 2007; Perera et al., 2009; Bandupriya et al., 2017) dalam Sisunandar (2017).

Namun demikian, di antara eksplan yang telah dicobakan, hanya plumulae dan ovarium yang menunjukkan hasil yang menjanjikan. Perez-Nunez et al. (2006) melaporkan bahwa dari 100 eksplan yang ditanam memiliki kemampuan untuk menghasilkan kalus embryogenik sampai lebih dari 1 juta kalus, meskipun para peneliti tersebut belum mampu melaporkan berapa banyak benih yang dapat dihasilkan dari kalus embryogenik tersebut. Hasil yang mirip juga dilaporkan oleh Bandupriya et al. (2017) dalam Sisunandar (2017) dengan menggunakan eksplan ovarium.

Di Indonesia, upaya untuk memproduksi benih kelapa melalui teknik embryogenesis somatik belum banyak dilakukan. Samosir (1999) dan Sukendah (2009) yang telah melakukan upaya untuk memproduksi benih kelapa dengan menggunakan teknik tersebut dengan menggunakan eksplan embryo zygotik. Namun demikian hasil yang diperoleh masih belum memuaskan dan belum dapat diaplikasikan untuk memproduksi benih kelapa secara vegetatif (Samosir, 1999; Sukendah, 2009). Kemudian Sisunandar bersama CRC-UMP (2020) juga berhasil melakukan pengembangan teknik embryogenesis somatik kelapa dengan menggunakan eksplan plumulae (Gambar 1). Di samping itu, Sisunandar pada tahun 2021 mampu menghasilkan varietas baru kelapa kopyor dengan persentase buah kopyor hampir 100 %.

(Gambar dokumentasi CRC-UMP)

Gambar 1. Tahapan embryogenesis somatik kelapa dengan menggunakan eksplan plumulae

Meskipun hasil penelitian masih belum memuaskan, namun hasil penelitian menunjukkan kemungkinan yang tinggi untuk menggunakan teknik tersebut dalam produksi benih kelapa di masa yang akan datang. CRC-UMP juga telah mengembangkan teknik embryo incision (Patent no IDP000041045) untuk menggandakan jumlah benih yang dihasilkan (Gambar 2). Teknik embryo incision merupakan modifikasi dari teknik kultur embryo, yaitu setelah embryo mulai berkecambah (umur 1 – 2 minggu setelah tanam), bagian titik tumbuh (plumulae) ditoreh dengan menggunakan pisau steril. Langkah selanjutnya embryo tersebut ditanam kembali sampai menghasilkan embryo dengan dua tunas (Gambar 2.A). Selanjutnya kedua tunas tersebut dipisahkan dan ditanam mengikuti langkah-langkah kultur embryo yang telah dijelaskan sebelumnya ataupun dipelihara lebih lanjut untuk dihasilkan benih kembar (Gambar 2.B) yang selanjutnya akan dihasilkan benih kelapa kembar siap tanam ke lahan (Gambar 2.C). Dengan menggunakan teknik tersebut dapat dihasilkan kelapa yang dapat ditanam dua pohon dalam satu lubang sehingga meningkatkan jumlah pohon kelapa per hektarnya (Gambar 2.D). Dengan jumlah populasi pohon kelapa per ha lebih banyak maka produktivitas buah kelapa akan meningkat.

(Gambar dokumentasi CRC-UMP)

Gambar 2. Tahapan teknik embryo incision CRC-UMP (Hak Paten No IDP000041045)

PENUTUP

Teknologi kultur jaringan pada tanaman kelapa telah mengalami kemajuan sangat pesat. Pemanfaatan teknologi kultur jaringan embryogenesis somatik  dalam produksi kelapa kopyor telah mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas persentase buah kopyor kelapa. Teknik embryogenesis somatik juga telah berhasil menghasilkan benih kelapa kembar dari 1 embrio kelapa, meskipun dalam perawatannya membutuhkan waktu dan tenaga lebih ekstra agar tetap berkembang dengan optimal. Ke depan, dengan perkembangan teknologi yang ada sangat memungkinkan untuk memperbanyak benih tanaman kelapa melalui kultur embrio, sehingga didapatkan benih kelapa dengan jumlah dan kualitas yang sangat baik.

BAHAN BACAAN

Ditjenbun. 2022. Media Perkebunan edisi Agustus 2022. Jakarta

Hendaryati DD, Arianto Y (2017). Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas Kelapa 2015 – 2017. Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian, Jakarta.

Mashud (2010). Pengembangan metode kultur embryo kelapa kopyor yang lebih efisien (30 %). Laporan Penelitian Program Insentif Riset Terapan, Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain.

Sisunandar, 2017. Kultur Jaringan Tumbuhan untuk Program Perbaikan Kualitas dan Konservasi Kelapa di Indonesia. Yusnita, 2003. Kultur Jaringan Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisien. Jakarta. Agromedia Pustaka


Bagikan Artikel Ini  
[Sassy_Social_Share style="display:inline-block; margin-left:140px;"]

Mentan SYL Resmikan Ground Breaking Center of Excellence (CoE) Kopi Nasional dan Meriahkan Acara dengan Soft Launching Produk Hilirisasi Perkebunan yang Mengagumkan

Diposting     Senin, 14 Agustus 2023 11:08 am    Oleh    Admin Balai Surabaya



Bandung (13/07) – Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL), sukses gelar Ground Breaking Center of Excellence (CoE) Kopi Nasional sekaligus Soft Launching Produk Hilirisasi Perkebunan di Solokan Jeruk, Rancaekek, Kabupaten Bandung.

Sesuai arahan Presiden Jokowi terkait “Korporasi Petani dan Nelayan dalam Mewujudkan Transformasi Ekonomi”, dimana petani dan nelayan perlu didorong untuk berkelompok dalam jumlah yang besar dan berada dalam sebuah korporasi sehingga memiliki skala ekonomi yang efisien dan bisa mempermudah petani maupun nelayan dalam mengakses pembiayaan, mengakses informasi, mengakses teknologi, meningkatkan efisiensi dan bisa memperkuat pemasarannya serta mengubah pola pikir tidak berfokus pada on farm saja tetapi juga bergerak pada off farm dengan membangun proses bisnis dari produksi sampai pascapanen.

Mentan SYL meminta seluruh jajarannya agar terus berupaya berperan aktif mendorong pengembangan hilirisasi dan kegiatan korporasi petani, dalam hal ini untuk komoditas kopi di kabupaten Bandung, sekaligus me-launching produk hilirisasi komoditas perkebunan yang memiliki nilai tambah tinggi.

“Saya memberikan apresiasi kepada Dirjen Perkebunan yang menginisiasi kegiatan pembangunan Center of Excellent ini. Saya berharap tidak hanya punya branding produk yang kuat di kopi tetapi bagaimana melakukan penguatan kelembagaan, pemberdayaan petani dan kemitraan, juga sekaligus mengangkat produk kopi nasional kita di dunia internasional. Tentunya melalui kegiatan Ground Breaking ini saya harapkan mampu menjawab itu semua,” ujar Mentan SYL.

Mentan SYL menambahkan, perlu mendorong hasil petani Good Handling Practices (GHP) yang sesuai dengan standar agar mampu meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk perkebunan demi mensejahterakan petani maupun pekebun Indonesia.

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan


Bagikan Artikel Ini  
[Sassy_Social_Share style="display:inline-block; margin-left:140px;"]