BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN SURABAYA
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Peningkatan Produksi Gula Melalui Program Agroforestry Tebu Oleh : Badrul Munir, S.TP, MP

Diposting     Rabu, 02 November 2022 11:11 am    Oleh    Admin Balai Surabaya



Program percepatan swasembada gula konsumsi telah dilakukan sejak tahun 2020 sampai nanti tahun 2023 dalam rangka pencapaian target swasembada gula konsumsi tahun 2024. Sampai tahun 2021, produksi gula mencapai 2,35 juta ton atau naik 10,3 % dibanding tahun 2020 (Media Perkebunan, 2022).

Berbagai strategi telah dilakukan baik secara intensifikasi dan ekstensifikasi untuk mencapai target swasembada gula konsumsi. Permasalahan dalam pengembangan gula nasional adalah semakin berkurangnya lahan tebu di sentra – sentra pengembangan. Untuk mencapai target produksi gula tersebut, maka perlu ada terobosan dalam program ekstensifikasi lahan. Perlu dukungan berbagai pihak dalam pemecahan masalah berkurangnya lahan tebu.

Salah satu program yang dilakukan adalah program agroforestry. Agroforestry adalah kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan menggunakan optimalisasi pemanfaatan lahan dengan sistem kombinasi tanaman berkayu, buah-buahan, atau tanaman semusim sehingga terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis diantara komponen penyusunnya. Agroforestry tebu adalah pemanfaatan lahan kehutanan untuk budidaya tanaman tebu. Hal ini sejalan dengan regulasi di Kementerian Lingkungan Hidup. Setelah Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan menerbitkan Peraturan Nomor 8 tahun 2021 tentang tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, serta pemanfaatan hutan di hutan lindung dan hutan produksi, tebu secara eksplisit digolongkan sebagai tanaman jenis lain yang bisa dibudidayakan di dalam kawasan hutan. 

Di pulau Jawa, tebu dalam kawasan hutan berawal dari konflik sosial yang berkepanjangan. Dengan inovasi regulasi Menteri Lingkungan Hidup itu, tebu menjadi legal ditanam di kawasan hutan yang akan menjadi solusi konflik sosial melalui kerja sama petani dengan pemilik lahan (pemerintah atau badan usaha kehutanan milik negara)

Kementerian BUMN mendukung Perum Perhutani yang turut berpartisipasi dalam program Pemerintah pada Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian BUMN bersama Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) juga ikut berperan dalam peningkatan produksi gula dengan bersama-sama mendukung agroforestry tebu. Bahkan Asisten Deputi Bidang Industri Perkebunan dan Kehutanan Kementerian BUMN mengapresiasi inisiatif Perhutani dalam menjalankan program agroforestry dan menjadikan salah satu Program Strategis/Quick Win Perhutani. Program Agroforestry Perhutani merupakan salah satu program strategis Perhutani untuk mendukung ketahanan pangan, yang sebagaimana kita ketahui dunia saat ini sedang mengalami krisis pangan global. Dengan dimulai dari penanaman tebu pada tahun 2021 dan selanjutnya akan diikuti komoditas lainnya. Program ini juga sebagai bentuk sinergi Perum Perhutani dengan BUMN lainnya seperti Holding Perkebunan.

Terkait hal tersebut, maka perlu melihat pengaruh dari program ini terhadap peningkatan produksi gula khususnya di wilayah pengembangan PTPN X. Tulisan populer ini bertujuan untuk memberikan gambaran pengaruh program agroforestry tebu dalam peningkatan produksi gula di wilayah PTPN X.

  1. Agroforestry Tingkatkan Bahan Baku Tebu

Pada tahun 2021 kontribusi beberapa komoditas pada program agroforestry Perum Perhutani sudah cukup signifikan, yaitu dengan total lahan agroforestry sebesar 203.148 Ha Perhutani dengan bantuan masyarakat sekitar hutan dapat memproduksi komoditas padi sebesar 11.422 ton, jagung 12.976 ton, kopi 2616 ton, singkong 3109 ton, porang 274, tebu 498 ton, dan komoditas lainnya 703.692 ton.

Guna menjaga kestabilan pasokan Bahan Baku Tebu (BBT), PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) X secara kontinyu menggarap program Agroforestry tebu dengan Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Timur selama dua tahun terakhir. Program Agroforestry tebu telah terbukti memberikan tambahan pasokan Bahan Baku Tebu (BBT) secara siginifikan ke pabrik gula PTPN X pada Musim Giling Tahun 2020. Salah satunya adalah tambahan pasok BBT sebesar 2.712 Ton untuk PG Lestari. Penambahan pasokan BBT secara signifikan ini kembali terjadi pada Musim Giling Tahun 2021. Varietas yang ditanam pada lahan agroforestry masih didominasi varietas lama Bululawang, karena varietas ini sangat cocok di semua tipe lahan dan tahan pada lahan-lahan kering. Total luasan agroforestry tebu yang telah tertanam adalah sebesar 201.494 Ha untuk PG Gempolkrep dengan KPH Mojokerto, 60,067 Ha untuk PG Djombang Baru dengan KPH Bojonegoro, dan 53,815 Ha untuk PG Lestari dengan KPH Jombang. Selanjutnya, akan diadakan penanaman tanaman tebu kembali pada lahan seluas 128,7 Ha untuk PG Modjopanggoong dengan KPH Blitar.

SINERGI BUMN AGROFORESTRY TEBU MUSIM TANAM 2020/2021 – PRAJA POS

Gambar 1. Tanam Perdana Agroforestry Tebu Tahun 2021

Gambar 2. Panen Perdana Agroforestry Tebu Tahun 2022

Program Agroforestry tebu memberikan dampak signifikan untuk penambahan pasokan BBT ke pabrik gula dengan rendemen antara 7-8%. Selain itu, program Agroforestry tebu ini juga sebagai salah satu upaya memberdayakan masyarakat desa hutan untuk bersinergi memanfaatkan sumberdaya lahan hutan. Hasil penanaman agroforestry tebu ini nantinya akan digilingkan seluruhnya ke Pabrik Gula (PG) dibawah PTPN X. Untuk mengawal agar program agroforestry tebu ini dapat berjalan lancar dan sukses maka pihak PTPN X bersama Perhutani akan melakukan monitoring dan evaluasi (monev) untuk melihat ketepatan perawatan tanaman tebu. Disamping itu juga perlu dijaga kelestarian hutan dari dampak pengembangan program agroforestry tebu.

.

  1.  Dukungan Benih Varietas Unggul

Produktivitas tebu sangat dipengaruhi oleh penggunaan varietas yang ditanam. Penggunaan benih unggul dapat meningkatkan produktifitas gula. Program agroforestry tebu perlu dukungan penggunaan benih unggul dari varietas-varietas yang sudah dilepas oleh Pemerintah tidak hanya varietas Bululawang. BBPPTP Surabaya sebagai UPT Kementerian Pertanian bersama – sama Puslit Gula Jengkol PTPN X dapat berperan serta dalam penyediaan benih unggul sekaligus pengawasan terhadap mutu benih yang digunakan dalam program agroforestry tebu.  

  1. Penutup

Program agroforestry tebu merupakan penambahan luas tanam tebu sebagai upaya peningkatan produksi gula nasional. Program ini telah memberikan dampak positif dalam penambahan produksi gula karena dapat menambah BBT tebu giling PG. Di samping itu juga telah meningkatkan pemberdayaan masyarakat sekitar hutan dalam memanfaatkan lahan di wilayah kehutanan, sehingga membuka lapangan pekerjaan baru. Dukungan dari semua stakeholder Perkebunan diperlukan dalam mensukseskan program agroforestry tebu.

  1. Bahan Bacaan

Ditjenbun. 2022. Media Perkebunan Edisi Agustus 2022. Halaman 41-46. Kementerian Pertanian. Jakarta

https://ptpn10.co.id/blog/jamin-pasok-bbt-ptpn-x-tanam-perdana-lahan-agroforestry. Diakses 10 Oktober 2022

https://bumn.go.id/media/news/detail/agroforestry-untuk-ketahanan-pangan#:~:text=Agroforestri%20adalah%20kegiatan%20rehabilitasi%20hutan,dan%20ekonomis%20diantara%20komponen%20penyusunnya. Diakses 10 Oktober 2022

https://www.forestdigest.com/detail/1816/agroforestri-tebu-defisit-gula. Diakses 10 Oktober 2022

Peraturan Menteri KLH No 8 Tahun 2021 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan di Hutan Lindung dan Hutan Produksi.


Bagikan Artikel Ini  

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *