BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN SURABAYA
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Analisis Potensi Ekonomi Pengembangan Klon Unggul Lokal Tebu PR 12-01 di wilayah PG Krebet Baru Malang Oleh : Wahyu Asrining C, A.Md dan Badrul Munir, S.TP, MP

Diposting     Senin, 19 Desember 2022 02:12 pm    Oleh    Admin Balai Surabaya



Areal tanaman tebu di Kabupaten Malang, terutama yang berada di wilayah Pabrik Gula Krebet Baru pada masa tanam (MT) 2019/2020 memiliki 19.066 Ha dan 99% areal di wilayah Pabrik Gula Krebet Baru adalah milik petani (tebu rakyat). Produksi gula di Pabrik Gula Krebet Baru pada tahun 2019 mencapai 146.106 ton. Oleh karena itu tanaman tebu rakyat di Pabrik Gula Krebet Baru mempunyai peran strategis dalam upaya swasembada gula nasional.

Di wilayah kerja Pabrik Gula Krebet Baru pada saat ini di dominasi varietas masak lambat yaitu varietas Bululawang (seperti pada Lampiran 1). Komposisi kemasakan Pabrik Gula Krebet Baru pada MT. 2019/2020 terdiri dari masak awal tengah 11% atau 2.041 Ha, dan masak lambat 89% atau 17.025 Ha. Sulitnya untuk memenuhi komposisi varietas masak awal (termasuk varietas PS 881) disebabkan karena sampai saat ini belum ada varietas yang mampu mengungguli varietas Bululawang dari segi produktivitas dan daya tahan keprasannya. Sedangkan varietas Bululawang diduga telah mengalami penurunan produktivitas karena banyak yang terdapat lahan yang keprasannya lebih dari 5 kali.

Penataan varietas di wilayah Pabrik Gula Krebet Baru diperlukan, karena mempengaruhi peningkatan produktivitas gula khususnya pada periode awal giling (bulan Mei sampai dengan Juli). Penataan varietas dengan komposisi ideal, akan memberikan pendapatan petani yang relatif stabil dan gula bagian PG dapat dicapai. Peningkatan produktivitas gula khususnya pada periode awal giling dapat dicapai dengan mengganti varietas Bululawang dengan varietas baru PR 1201 merupakan klon unggul lokal masak awal yang menunjukkan produktivitas tinggi. Dari hasil kajian adaptasi dan observasi di lahan-lahan petani mitra PG Krebet Baru secara nyata dapat diterima dan akan dikembangkan lebih luas, sehingga klon unggul lokal PR 1201 ini dapat digunakan sebagai pengganti varietas Bululawang yang telah lama beredar.  

Tujuan Penulisan

Tulisan populer ini bertujuan untuk memberikan informasi terkait hasil analisis potensi ekonomi penggunaan varietas unggul lokal PR 12-01 dalam penataan komposisi varietas di wilayah kerja PG Krebet Baru Malang.

Analisis Usaha Tani dan Minat Petani dalam Pengembangan Klon Unggul Lokal Tebu PR 1201

Analisis usaha tani ditujukan untuk mengukur nilai tambah pendapatan petani apabila mengganti varietas kontrol saat ini (khususnya varietas Bululawang) dengan klon unggul lokal. Data analisis usaha tani diambil dari data produktivitas hasil pengujian multilokasi, dimana untuk komponen pendapatan yang didapatkan petani ada 2 (dua) yaitu dari pendapatan gula dan tetes dengan rincian sebagai berikut :

  1. Bagi hasil gula

Komposisi bagi hasil antara PG dengan petani adalah 34% : 66%

  • Bagi hasil tetes

Petani akan mendapatkankan sebesar 3 (tiga) Kg per kuintal tebu

 Sedangkan untuk perhitungan laba rugi yang diterima petani menggunakan rumus pendapatan – biaya yang timbul, merupakan merupakan tambahan pendapatan yang akan dicapai.

Pengukuran minat petani dilakukan dengan keinginan petani menanam bibit atau sumber benih yang akan diedarkan pada petani kelompoknya.

Penilaian Minat Petani Mengembangkan Klon Unggul Lokal PR 1201

Data minat petani menggembangkan tebu klon unggul lokal PR 1201 dinilai dari keinginan petani melakukan penanaman kebun benih (dalam pengawasan pihak PG Krebet Baru) yang akan diedarkan kepada anggota kelompok tani. Data sebaran kebun benih klon unggul lokal PR 1201 untuk KBD MT. 2020/2021 di tingkat wilayah disajikan pada tabel 1.

Tabel 1.  Sebaran areal per wilayah yang mengembangkan klon unggul lokal PR 1201 di KBD MT. 2020/2021

Dari tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa terdapat 18,12 Ha KBD dari jumlah total 47,00 Ha yang dikelola oleh kelompok tani di wilayah PG Krebet Baru (38,5%).

Areal Pengembangan Klon Unggul Lokal PR 1201

Sebaran klon unggul lokal PR 1201 di wilayah Malang khususnya PG. Krebet Baru dalam 4 tahun musim tanam berjalan disampaikan pada tabel 2 dan tabel 3.

Tabel 2. Perkembangan luas areal pengembangan tebu klon unggul lokal PR 1201

Tabel 3. Sebaran wilayah areal pengembangan tebu klon unggul lokal PR 1201

Dari tabel 2 dan tabel 3 tersebut diatas dapat dilihat bahwa klon unggul lokal PR 1201 menunjukkan  peningkatan luas areal yang cukup signifikan dalam 4 (empat) tahun berjalan, bahkan pada musim tanam 2018/2019 apabila dibandingkan dengan musim tanam sebelumnya MT. 2017/2018 menunjukkan peningkatan sampai dengan 178%. Hal ini menunjukkan bahwa adanya minat petani di Kabupaten Malang untuk menanam dan mengembangkan klon unggul lokal tersebut.

Analisis Usaha Tani

Analisis usaha tani dilakukan pada tanaman pertama (plant cane) dan tanaman keprasan (ratoon cane) di kebun multilokasi petani  di PG Krebet baru. Analisis usaha tani klon unggul lokal PR 1201 disajikan pada tabel 4 dan 5.

Tabel 4.     Perhitungan analisa usaha tani klon unggul lokal PR 1201 apabila dibandingkan dengan varietas kontrol pada tanaman plant cane (PC).

Tabel 5.     Perhitungan analisa usaha tani klon unggul lokal PR 1201 apabila dibandingkan dengan varietas kontrol pada tanaman ratoon cane (RC).

Dari tabel 4 dan 5 dapat dilihat bahwa pada baik pada tanaman plant cane (PC) maupun pada tanaman ratoon cane (RC) terdapat peningkatan pendapatan hasil gula yang diperoleh petani pada penanaman dengan klon unggul local PR 1201 dibandingkan kontrol yang saat ini masih menjadi komersial di tingkat petani. Sedangkan dari hasil perhitungan analisa usaha tani (tabel 4 dan 5), dapat dilihat bahwa terdapat keuntungan sebesar Rp. 7.122.184,-/ha apabila petani menanam klon unggul lokal PR 1201 dan keuntungan pada keprasannya sebesar PR. 20.005.446,-/ha.

 

Penutup

Dari hasil analisis potensi ekonomi terdapat peningkatan pendapatan hasil gula yang diperoleh petani pada penanaman dengan klon unggul lokal PR 1201 dibandingkan varietas kontrol yang saat ini masih menjadi komersial di tingkat petani. Sedangkan dari hasil perhitungan analisa usaha tani terdapat keuntungan sebesar Rp. 7.122.184,-/ha apabila petani menanam klon unggul lokal PR 1201 dan keuntungan pada keprasannya sebesar PR. 20.005.446,-/ha.

Daftar Pustaka

Anonim. 1997. Petunjuk Pelaksanaan Screening Jenis Tebu. P3GI Pasuruan. 20 p.

Anonim. 2020. Laporan Pengujian Klon Tebu Pringu di wilayah PG Krebet Baru Malang.

Budhisantosa, H. 1992. Penentuan Keunggulan Varietas Tebu dengan Fungsi Peluang Binom. Buletin P3GI No. 138.

Fatchiyah, Estri Laras Arumingtyas, Sri Widyarti dan Sri Rahayu. 2011. Biologi Molekular : Prinsip Dasar Analisis. Penerbit Erlangga.

Media perkebunan bulan Juli 2017. Penerbit Koperasi Pegawai Ditjen Perkebunan Kerjasama dengan CV. Perisindo Jaya.


Bagikan Artikel Ini  
[Sassy_Social_Share style="display:inline-block; margin-left:140px;"]

Potensi Yeast sebagai Agens Pengendali Hayati Oleh: Roosmarrani Setiawati, SP., M.Sc

Diposting        Oleh    Admin Balai Surabaya



Yeast atau khamir lebih dikenal sebagai jamur yang banyak dimanfaatkan pada industri pangan terutama pada proses fermentasi. Namun ternyata yeast juga ada yang berperan dan berpotensi sebagai agens pengendali hayati (APH). Sejauh mana peran tersebut dan jenis yeast yang manakan yang memiliki potensi sebagai APH? Yuk, simak penjelasannya di bawah ini !

Yeast

Yeast merupakan jamur uniseluler yang kebanyakan termasuk dalam Ascomycota, walaupun ada beberapa yang termasuk Basidiomycota. Diameter yeast  berukuran sekitar 0,075 mm (0.003 inch) dan memiliki beragam bentuk mulai dari bulat telur, oval sampai  filamen. Sebagian besar yeast berkembangbiak secara aseksual dengan cara membelah diri atau bertunas (Ascomycota). Yeast yang termasuk Basidiomycota berkembangbiak secara dimorfik, dari bentuk monokaryotik ke bentuk filamentus dikaryotik (Choudhary & John, 2009).

Morfologi yeast yang tergolong Ascomycota
Morfologi yeast yang tergolong Ascomycota

Di alam, umumya yeast berada di dalam tanah dengan kondisi tekstur, komposisi kimia, kelembapan, dan pH tanah yang berbeda-beda pada letak geografi dan iklim yang bervariasi. Populasi yeast dipengaruhi oleh tingkat kedalaman tanah. Kebanyakan yeast dapat dijumpai pada lapisan atas tanah, pada kedalaman sekitar 2-10 cm.  Selain itu yeast juga ditemukan pada berbagai jaringan tanaman (yeast endofit) seperti daun, batang, bunga, akar dan daerah sekitar perakaran tanaman (rizosfer).

Peran yeast sebagai APH

Tidak seperti umumnya jamur dan bakteri, pemanfaatan yeast sebagai agens pengendali hayati masih sangat jarang diteliti.  Kalaupun ada, umumnya pemanfaatan yeast sebagai agens biokontrol patogen masih terbatas untuk mengendalikan patogen pasca panen pada buah atau sayuran, misalnya Candida oleophila untuk mengendalikan Penicillum expansum dan Botrytis cinerea pada apel. Selain itu pemanfaatan yeast juga masih terbatas untuk mengendalikan patogen yang terdapat pada permukaan daun serta jaringan tanaman lainnya. Namun untuk patogen-patogen yang bersifat terbawa tanah (soil borne pathogen) hal tersebut jarang diujicobakan.

Beberapa marga yeast seperti Cryptococcus, Rhodotorula, dan Debaryomyces telah dimanfaatkan untuk mengendalikan patogen yang menginfeksi daun dan batang tebu. Jenis yeast yang lebih dulu dikenal yaitu Saccharomyces cerevisiae dapat digunakan untuk mengendalikan Rhizoctonia solani, Fusarium equiseti, Botrytis fabae, dan Phytophthora infestans. Ada lagi Torulaspora globose untuk mengendalikankapang Colletotrichum graminicola pada cabai. Kemampuan berkembangbiak yang cepat memungkinkan yeast dapat berkompetisi dengan mikroba lainnya di daerah perakaran tanaman. Oleh karena itu yeast dapat diaplikasikan dalam jumlah banyak untuk mengendalikan patogen terbawa tanah.

Kemungkinan pemanfaatan yeast sebagai agens pengendali hayati, khususnya jasad antagonis sangat tinggi, karena tidak seperti halnya jamur dan bakteri, yeast memiliki sifat antara lain:

  1. Dapat dijumpai dimana-mana (phytobiome), yang menunjukkan tingkat keanekaragaman hayati yang memungkinkan penemuan  jasad antagonis yang alami dan spesifik,
  2. Aman untuk manusia dan hewan dan karena itu aman untuk dimanipulasi,
  3. Umumnya memacu kesehatan tanaman,
  4. Mikroorganisme yang ramah lingkungan, dan
  5. Dapat dengan mudah dan murah untuk diproduksi dalam jumlah yang sangat tinggi.

Mekanisme Pengendalian

Mekanisme pengendalian penyakit oleh yeast pada umumnya adalah antagonisme melalui kompetisi terhadap ruang dan nutrisi, produksi antibiosis, produksi enzim pendegradasi dinding sel patogen, mikoparasitisme, dan induksi ketahanan tanaman (induced resistance).

Kecepatan pertumbuhan yeast yang tinggi dibandingkan patogen bahkan mikroba  agens pengendali hayati lainnya menyebabkan yeast lebih cepat mengkoloni habitatnya. Akibatnya nutrisi yang ada akan dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh yeast. Kompetisi nutrisi antara yeast dengan patogen terutama adalah kompetisi dalam mendapatkan eksudat gula.

Pemanfaatan Metschnikowia pulcherrima terbuktidapat menghambat perkecambahan spora B. cinerea selama periode inkubasi pada medium sintetik. Contoh lain yaitu Rhodotorula glutinis dan Cryptococcus laurentii untuk Mengen dalikan B. cinerea dan P. expansum.

Beberapa penelitian yang dilakukan para ahli menunjukkan bahwa  terjadi aktivitas antibiotik yeast dalam interaksi dengan jamur patogen pada permukaan buah dan daun. Perlakuan B. cinerea dan Fusarium oxysporum f.sp. radicis-lycopersici dengan antibiotik yang diproduksi oleh S. flocculosa sangatmengurangi perkecambahan spora dan produksi biomassanya. Ahli lain memurnikan ester asam lemak dari Tilletiopsis pallescens dan melaporkan bahwa pada konsentrasi130 µg/ml ternyata mampu menghambat perkembangan buluh kecambah jamur embun tepung Podosphaera xanthii.

Senyawa  siderofor telah terbukti penting dalam kaitannya dengan pengendalian jamur patogen tanaman oleh bakteri. Siderofor juga telah dilaporkan diproduksi oleh spesies Candida dan Rhodotorula. Asam rhodotorulat, yang dihasilkan oleh Rhodotorula, telah menunjukkan kemampuannya dalam menghambat perkecambahan spora berbagai patogen tanaman termasuk  B. cinerea (Calvente et al., 2001). Penyakit busuk abu-abu pada apel yang disebabkan oleh B. cinerea lebih efektif dikendalikan oleh strain R. glutinis penghasil asam non-rhodotorulat kombinasi dengan asam rhodotorulat dibandingkan dengan R. glutinis penghasil asam non-rhodotorulat saja.

Enzim kitinase juga telah dilaporkan dihasilkan dalam medium kultur antara A. pullulans dengan P. expansum dan juga pada permukaan luka apel, T. albescens dan T. pallescens dengan P. xanthii, serta Candida saitoana dengan B. cinerea. Terkait dengan kemampuan melisis dinding sel jamur patogen tanaman, enzim β-1,3-glukanase yang diproduksi oleh Pichia anomala telah dikarakterisasi pada medium yang dilengkapi dengan laminarin atau fragmen dinding sel B. cinerea. Produksi enzim β-1,3-glukanase ditemukan relatif lebih tinggi ketika dinding sel fragmen patogen digunakan sebagai substrat untuk induksi enzim secara in vitro. Jelaslah bahwa enzim pemecah dinding sel terlibat dalam interaksi ini. Namun bila dibandingkan dengan mekanisme mikoparasit yang dilakukan oleh bakteri dan jamur antagonis, maka masih sangat sedikit penelitian yang dilakukan untuk menentukan keterlibatan enzim pemecah dinding sel yang diproduksi oleh yeast pada patogen tanaman jamur tular tanah baik secara in vitro atau in vivo.

Pustaka

El-Tarabily, K.A. &· K. Sivasithamparam.2006. Potential of yeasts as biocontrol    agents             of soil-borne fungal plant pathogens and as plant growth promoters.          Mycoscience 47:25–35.

Ferraz, P., F. Cássio, &  C. Lucas. 2019. Potential of Yeasts as Biocontrol Agents            of the Phytopathogen Causing Cacao Witches’ Broom Disease: Is Microbial        Warfare a Solution?. Frontiers in Microbiology 10(1766):1-13.

Freimoser, F.M. M. P. Rueda,M.B. Tilocca & Q. Migheli. 2019. Biocontrol yeasts:             mechanisms and applications. World Journal of Microbiology and            Biotechnology             35(154):1-20.

Ziedan, El-Sayed H.E. & E. S.H. Farrag. 2011. Application of yeasts as biocontrol             agents  for controlling  foliar diseases on sugar beet plants. Journal of   Agricultural Technology 7(6): 1789-1799.


Bagikan Artikel Ini  
[Sassy_Social_Share style="display:inline-block; margin-left:140px;"]

INVENTARISASI KLON UNGGUL HARAPAN TEBU HASIL PEMULIAAN KERJASAMA BBPPTP SURABAYA DENGAN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH GRESIK Oleh R. Tomas Windharno, SP, MP

Diposting        Oleh    ditjenbun



PENDAHULUAN

Indonesia sampai tahun 2021 memerlukan gula nasional kurang lebih 6,5 juta ton, kemampuan produksi gula di dalam negeri  kurang lebih 2,2 juta ton, tahun 2021 impor gula nasional lebih kurang 4,3 juta ton..  semakin tahun produktivitasnya semakin menurun. Bahkan produktivitas tebu tiap hektar sampai saat ini rata-rata tiap hektar terjun bebas ke titik terendah bagaikan tanaman tidak bernilai ekonomis.  Rendahnya rata-rata produktivitas tanaman tebu tiap hektar yang dibudidayakan masyarakat petani tebu di Indonesia termasuk di wilayah Jawa Timur disebabkan  karena faktor genetik dan lingkungan, serta budidaya tanaman tebu tidak berdasar kultur teknis yang benar.  Terbatasnya ketersediaan varietas unggul baru (VUB) menjadi salah satu faktor utama rendahnya produktivitas tiap hektar. Varietas unggul baru tanaman tebu hasil persilangan sangat langka sekali. Varietas tebu unggul yang ada sebagaian besar keberadaan nya sangat lama sehingga banyak yang mengalami degenerasi genetic.  mananam tebu dengan bertumpu varietas Bululawang dengan keprasan tidak terhingga. Demikian pula sebagian petani juga melakukan hal sama, sehingga lengkaplah dinamika keterpurukan produktivitas tanaman tebu.  Akibatnya secara makro variabilitas produktivitas tiap hektar sangat tinggi dengan indikator produktivitas gula nasional tiap hektar 5,2 ton tahun giling  2021.  Tanaman tebu rakyat di Provinsi Jawa Timur mempunyai peran strategis dalam mewujudkan swasembada gula nasional. Di wilayah Jawa Timur sampai saat ini dominasi varietas masak lambat Bululawang dan PS 864 di areal petani tebu rakyat masih sangat tinggi. Musim Tanam  2020/2021 komposisi Masak Lambat mencapai 65% dari sasaran ideal pada peta jalan penataan varietas yang hanya 30%. Permasalahan mendasar dan sangat kompleks memenuhi komposisi varietas masak awal dan masak tengah disebabkan karena sampai saat ini belum ada varietas yang mampu mengungguli varietas Bululawang dari segi produktivitas dan daya tahan keprasannya. Penataan varietas di wilayah Provinsi Jawa Timur khususnya sangat diperlukan, karena mempengaruhi peningkatan produktivitas gula khususnya pada periode awal giling (bulan Mei sampai dengan Juli). Penataan varietas dengan komposisi ideal, akan memberikan pendapatan petani yang relatif stabil dan gula bagian PG dapat dicapai

KLON UNGGUL HARAPAN TEBU

Klon-KLON unggul harapan SB01 UMG NX 22, klon SB03 UMG NX 22, klon SB04 UMG NX 22, klon SB11 UMG NX 22, klon SB12 UMG NX 22, klon SB19 UMG NX 22, klon SB20 UMG NX 22 merupakan hasil pemuliaan  dengan teknik persilangan buatan menggunakan  metode Hawaii yang dilaksanakan oleh Universitas Muhamadiyah Gresik bekerjsama dengan PTPN X yang dimulai sejak tahun 2013.  Pengujian multilokasi dari masing-masing klon unggul harapan telah dilaksanakan pada beberapa tipe agroekologi yang berbeda sejak Musim Tanam 2019 – 2022 dengan beberapa hasil sebagai berikut :

  1. Klon SB01 UMG NX 22

Tanaman plant cane (PC) bobot tebu sebesar 133,18 ton/ha, rendemen 9,29 dan hablur 12,02 ton/ha. Tanaman ratoon cane 1 (RC.1) bobot tebu sebesar 161,83 ton/ha, rendemen 9,17 dan hablur 14,65 ton/ha. Tanaman ratoon Cane 2 (RC.2) bobot tebu sebesar 157.15 ton/ha, rendemen 10,73 dan hablur 12,12 ton/ha. serangan hama penggerek pucuk 0,00-2,49 dan penggerek batang 0,00-3,05 dan serangan penyakit blendok 0,00-1,60, pokahbung 0,00-2,19, luka api 0,00-5,29 dan mosaic 0,00-2,19

  • Klon SB03 UMG NX 22

Tanaman plant cane (PC) bobot tebu sebesar 147,72 ton/ha, rendemen 7,96% dan hablur 11,37 ton/ha. Tanaman ratoon cane 1 (RC.1) ) bobot tebu sebesar 147,90 ton/ha, rendemen 8,23% dan hablur 11,80 ton/ha. Tanaman ratoon Cane 2 (RC.2) bobot tebu sebesar 148,94 ton/ha, rendemen 10,35% dan hablur 11,45 ton/ha. Serangan hama penggerek pucuk 0,00-2,33 dan penggerek batang 0,00-3,23 dan serangan penyakit blendok 0,00-1,15, pokahbung 0,00-1,83, luka api 0,00-2,43 dan mosaic 0,00-2,68.

  • Klon SB04 UMG NX 22

Tanaman plant cane (PC) bobot tebu sebesar 152,56 ton/ha, rendemen 7,84% dan hablur 10,49 ton/ha. Tanaman ratoon cane 1 (RC.1) bobot tebu sebesar 151,70 ton/ha, rendemen 8,77% dan hablur 13,02 ton/ha. Tanaman ratoon Cane 2 (RC.2) bobot tebu sebesar 164,07 ton/ha, rendemen 10,07 dan hablur 11,87 ton/ha. Serangan hama penggerek pucuk 0,00-2,40 dan penggerek batang 0,00-2,50 dan serangan penyakit blendok 0,00-0,34, pokahbung 0,00-2,02, luka api 0,00-3,88 dan mosaic 0,00-0,55

  • Klon SB11 UMG NX 22

Tanaman plant cane (PC) bobot tebu sebesar 151,57 ton/ha, rendemen 7,98% dan hablur 10,86 ton/ha. Tanaman ratoon cane 1 (RC.1) bobot tebu sebesar 154,10 ton/ha, rendemen 8,62% dan hablur 12,99 ton/ha. Tanaman ratoon Cane 2 (RC.2) bobot tebu sebesar 144,71 ton/ha, rendemen 8,83% dan hablur 10,75 ton/ha. Serangan hama penggerek pucuk 0,00-1,04 dan penggerek batang 0,00-3,25 dan serangan penyakit blendok 0,00-1,52, pokahbung 0,00-0,38, luka api 0,00-3,10 dan mosaic 0,00-5,00

  • Klon SB12 UMG NX 22

Tanaman plant cane (PC) bobot tebu sebesar 148,94 ton/ha, rendemen 7,80% dan hablur 10,26 ton/ha. Tanaman ratoon cane 1 (RC.1) bobot tebu sebesar 162,54 ton/ha, rendemen 8,57% dan hablur 13,91 ton/ha. Tanaman ratoon Cane 2 (RC.2) bobot tebu sebesar 149,35 ton/ha, rendemen 9,22% dan hablur 10,63 ton/ha. Serangan hama penggerek pucuk 0,00-1,32 dan penggerek batang 0,00-1,51 dan serangan penyakit blendok 0,00, pokahbung 0,00-1,02, luka api 0,00-4,23 dan mosaic 0,00-0,57

  • Klon SB19 UMG NX 22

Tanaman plant cane (PC) bobot tebu sebesar 159,04 ton/ha, rendemen 8,50% dan hablur 12,26 ton/ha. Tanaman ratoon cane 1 (RC.1) bobot tebu sebesar 154,24 ton/ha, rendemen 8,58% dan hablur 12,93 ton/ha. Tanaman ratoon Cane 2 (RC.2) bobot tebu sebesar 130,79 ton/ha, rendemen 10,72 dan hablur 10,28 ton/ha. Serangan hama penggerek pucuk 0,00-2,49 dan penggerek batang 0,00-2,19 dan serangan penyakit blendok 0,00, pokahbung 0,00-1,80, luka api 0,00-2,22 dan mosaic 0,00-3,70.

  • Klon SB20 UMG NX 22

Tanaman plant cane (PC) bobot tebu sebesar 153,03 ton/ha, rendemen 8,25% dan hablur 11,35 ton/ha. Tanaman ratoon cane 1 (RC.1) bobot tebu sebesar 145,12 ton/ha, rendemen 8,45% dan hablur 11,99 ton/ha. Tanaman ratoon Cane 2 (RC.2) bobot tebu sebesar 165,33 ton/ha, rendemen 9,87 dan hablur 10,66 ton/ha. Serangan hama penggerek pucuk 0,00-2,19 dan penggerek batang 0,00-2,00 dan serangan penyakit blendok 0,00-0,86, pokahbung 0,00-1,72, luka api 0,00-3,18 dan mosaic 0,00-3,54

Ke – 7 klon  tebu unggul harapan ini sesuai  dikembangkan di wilayah dengan tipologi lahan tekstur berat berjenis tanah Vertisol/Aluvial, dan pada tipologi lahan tekstur ringan berjenis tanah Regosol. Ke 7 klon merupakan klon unggul harapan masak awal, tengah, lambat yang menunjukkan potensi produktivitas tinggi sehingga dapat menggantikan varietas masak awal, tengah dan lambat

                      Klon SB01UMG NX 22 Klon SB03 UMG NX 22 Klon SB04 UMG NX 22
Klon SB11 UMG NX 22 Klon SB12UMG NX 22 Klon SB19 UMG NX 22

KERJASAMA DENGAN BBPPTP SURABAYA

Pada Tahun 2022 telah di sepakati kerjasama antara Universitas Muhamadiyah Gresik dengan Balai Besar Perbenihan dan Perkebunan Surabaya dalam ruang lingkup persiapan usulan pelepasan klon unggul harapan dan beberapa pengumpulan data pendukung diantaranya uji DNA Klon unggul dibandingkan dengan varietas-varietas tebu yang telah dilepas untuk memenuhi unsur BUSS (baru, unik, seragam dan stabi), serta penelitian pengembangan pada ketahanana klon unggul harapan terhadap luka api.

Pengujian ketahanan ke 7 klon tebu unggul harapan terhadap serangan penyakit luka api dilaksanakan di green house Universitas Muhamadiyah Gresik, sedangkan spora jamur diperoleh dari pengembangan kultur yang dilaksanakan dilaboratorium kesehatan benih BBPPTP Surabaya.  Tanaman tebu yang diuji ketahanannya dilakukan infeksi dengan spora jamur Sporisorium scitaminea  penyebab penyakit luka api, kemudian dilakukan metode pengamatan pada tanaman sampel dan dibandingkan dengan tanaman control untuk mendapatkan data tambahan terkait ketahanan tanaman tebu klon unggul harapan terhadap serangan penyakit luka api.

Pengujian DNA dilakukan dengan tujuan identifikasi genetic tanaman dengan bantuan marka molekuler melalui analisis sidik jari (Fingerprinting), sehingga dapat memberikan informasi terkait klon unggul yang akan dilepas terutama dalam pembentukan segregasi baru, varietas dan sintetik unggul baru.  Dalam analisi DNA tanaman perkebunan ini dilaksanakan melaui beberapa tahapan yaitu : isolasi DNA , pemilihan dan optimasi primer, persiapan sampel untuk analisis PCR, elektroforesisi kapiler dan analisa data.

KESIMPULAN

Dalam upaya untuk pencapaian swasembada gula konsumsi tahun 2023, salah satu aspek yang sangat mendukung adalah tersedianya varietas-varietas unggul baru yang mempunyai kemampuan produktivitas yang tinggi pada berbagai kondisi agroekologis khususnya pada lahan – lahan marginal serta di dukung oleh ketahanan tanaman terhadap potensi serangan OPT khususnya penyakit luka api yang telah mewabah pada beberapa varietas tebu yang dikembangkan akhir-akhir ini.

BBPPTP Surabaya terus berkomitmen menjalin kerjasama dengan beberapa intitusi untuk lebih berperan secara kolaboratif dalam pelepasan varietas-varietas baru.  Kerjasama yang terus dikembangkan didukung oleh SDM yang kompeten serta sarana dan prasarana laboratorium yang memadai khususnya di analisis DNA dan kesehatan benih.  Dan diharapkan ditahun 2023 progres pelepasan ke 7 Klon unggul harapan yaitu SB01 UMG NX 22, klon SB03 UMG NX 22, klon SB04 UMG NX 22, klon SB11 UMG NX 22, klon SB12 UMG NX 22, klon SB19 UMG NX 22, klon SB20 UMG NX 22akan dapat dilaksanakan sesuai dengan target yang telah ditetapkan


Bagikan Artikel Ini  
[Sassy_Social_Share style="display:inline-block; margin-left:140px;"]

OPTIMASI DATA POTENSI DAN SUMBER BENIH DALAM PENDEKATAN KAWASAN PERKEBUNAN MELALUI SISTEM INFORMASI POTENSI KETERSEDIAAN BENIH (SIPOTKENDIL) Oleh R. Tomas Windharno, SP, MP

Diposting     Senin, 05 Desember 2022 10:12 am    Oleh    Admin Balai Surabaya



  1. PENDAHULUAN

SiPotkendil merupakan salah satu aplikasi yang dimiliki BBPPTP Surabaya dalam memberikan pelayanan informasi khususnya tentang benih bermutu. Hadirnya aplikasi ini sebagai implementasi terhadap pelayanan public mengenai keterbukaan informasi. Aplikasi yang memiliki akronim SiPotkendil memiliki kepanjangan Sistem Informasi Potensi dan Ketersediaan Benih di Wilayah Kerja.

Aplikasi Sipotkendil mulai dikembangkan pada tahun 2018 yang dapat berjalan pada dua platform yaitu Website dengan url https://sipotkendil.balaisurabaya.ditjenbun.pertanian.go.id/ dan Android dengan url https://play.google.com/store/apps/details?id=com. gentasoft.sipot&hl=en_US.

Tujuan  dari aplikasi ini adalah memberikan informasi tentang ketersedian benih perkebunan yang unggul, bermutu dan bersertifikat di wilayah kerja BBPPTP Surabaya melalui Informasi benih bermutu dalam tiga data benih generative dan vegetative yang mempresentasikan potensi benih Informasi data pembibitan yang merepresentasikan data ketersediaan benih

Konsep mendekatkan logistic benih kepada kawasan pengembangan komoditasi perkebunan menjadi salah satu alasan untuk pengembangan aplikasi SIPOTKENDIL.  Pengembangan kawasan perkebunan baik intensifikasi maupun ektensifikasi memerlukan data ketersediaan sumber-sumber benih yang harus direncanakan  satu tahun (T-1) sebelum pelaksanaan program.  Dengan  base data terkait kegiatan monev sumber-sumber benih komoditas perkebunan khususnya untuk komoditas strategis seperti : tebu, kopi, kakao, kelapa dan jambu mete menjadi data science dalam pertimbangan pengambil keputusan sebelum menjalankan program pengembangan kawasan perkebunan disuatu wilayah karena akan memasukan komponen biaya pengiriman yang menjadikan program kawasan lebih efektif dan efisien serta tidak terjadi pemborosan.

PENGEMBANGAN SIPOTKENDIL

BISNIS PROSES SIPOTKENDIL

Dalam bisnis proses ini menunjukkan bahwa untuk menampilkan informasi yang terintegrasi dan akurat diperlukan pekerjaan terstrktur yang saling terkait sehingga output layanan berupa informasi ketersediaan benih dapat diakses pengguna layanan secara real time.

  1. Tampilan Home / Beranda
Log In Daftar Bahasa  
Lite Peta Komoditi  
Peta Komoditi  
Kementerian Pertanian RI Direktorat Jenderal Perkebunan BBPPTP SURABAYA Jln Raya Mojoagung No.52 – Mojoagung, Jombang  
  • Tampilan Peta Komoditi
Pop up  
Speech Bubble: Rectangle with Corners Rounded: The : 2500 batang
Tebu: 36500 mata tunas
Serai wngi : 1500 batang
Data Potensi / Ketersediaan  

Peta komoditi ini merupakan salah satu fitur yang memuat informasi terkait potensi dan ketersediaan benih perkebunan di beberapa lokasi wilayah kerja BBPPTP Surabaya, informasi ini berasal dari sumber-sumber benih hasil evaluasi dan proses sertifikasi mutu benih.  Dengan informasi ini diharapkan pemanfaatan potensi-potensi benih yang ada dapat dilaksankan untuk pemenuhan logistic benih khususnya diarea kawasan pengembangan yang ada disekitar potensi benih yang tersedia.  Kondisi ini diharapkan mampu memenuhi  kebutuhan bernih bermutu varietas unggul tanaman perkebunan sesuai dengan prinsip 6 tepat yaitu : tepat varietas, jumlah, mutu, waktu lokasi dan tepat harga). 

Informasi peta komoditi ini dari tujuan 6 tepat minimal akan dapat terpenuhi terkait dengan jumlah benih yang diperlukan, standar mutu yang telah dijamin melalui sertifikat mutu benih, waktu penyediaan benih dan masa kadaluarsa benih serta yang tidak kalah pentinya adalah lokasi penyedia benih yang tidak jauh dari kawasan pengembangan (logistic benh) sehingga akan dapat lebih efektif dan efisien.  Hal ini juga akan memberikan informasi bagi intitusi pemerintah dan pihak swasta untuk menyiapkan sumber-sumber benih potensial dalam upaya mendekatkan pengembangan kawasan komoditas perkebunan dengan logistic benih.

  •  Produsen Benih

Pada fitur ini memuat informasi produsen benih perkebuan baik dari institusi maupun dari swasta yang selama ini menjadi mitra BBPPTP Surabaya, sehingga data potensi dan ketersediaan benih akan selalu update sesuai dengan kondisi riil dilapangan

  • Peta Komoditi dan Grafik Data
Callout: Down Arrow: Tampilan setelah klik Filter
Peta Komoditi / Grafik Data  
Speech Bubble: Rectangle with Corners Rounded: The : 2500 batang
Tebu: 36500 mata tunas
Serai wngi : 1500 batang
-Data Ketersediaan-  
Rectangle: Rounded Corners: Grafik
Data Potensi / Ketersediaan  
Peta Komoditi  
Rectangle: Rounded Corners: Cetak Infografik
Rectangle: Rounded Corners: Kembali Filter
Rectangle: Rounded Corners: Unduh
Text Box: Varietas
Text Box: Varietas
Text Box: Varietas
Grafik Ketersediaan  
Peta Ketersediaan  
Grafik Potensi  
Text Box: Varietas
Text Box: Varietas
Text Box: Varietas
Peta Potensi  
Rectangle: Rounded Corners: Unduh

Peta komoditi dan tampilan infografis akan memberikan informasi spasial dan temporay terkait kondisi potensi dan ketersediaan benih perkebunan dari aspek lokasi dan data kuantitatif.  Data spasial potensi  dan ketersediaan benih yang didukung dengan data kuantitatif ini nantinya akan sangat penting dalam mendukung perencanaan pengembangan kawasan berbasis kewilayaan khususnya kawasan komoditas perkebunan.

  1. KESIMPULAN

Paradigma dalam pendekatan holistic tematik dalam sub sector perkebunan menitik beratkan pada integrasi unsur  yang saling berkaitan dan merupakan satu kesatuan.  Pendekatan holistic menitikberatkan pada data spasial dan kuantitatif dengan pendekatan pengembangan kawasan perkebunan berdasarkan daya dukung ruang.

Aplikasi SIPOTKENDIL ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan data yang sangat strategis dalam menyusun rencana pengembangan kawasan perkebunan yang berkelanjutan.  Pemanfaatan data dan informasi geospasial sebagai sumber data merupakan salah satu elemen yang patut diperhatikan oleh para pemangku kepentingan pada sub sector perkebunan guna mencapai sasaran pembangunan subsector perkebunan yang efektif dan efisien.


Bagikan Artikel Ini  
[Sassy_Social_Share style="display:inline-block; margin-left:140px;"]